Thursday, September 30, 2010

UPACARA PENGGUNTINGAN RAMBUT BAYI

Oleh: Aba

Perth Western Austraia, Medio Awal Musim Bunga 2010
Pada hari Minggu, hari kedua di Hari Raya Fitri 1431 Hbertepatan dengan tanggal 12 September 2010 kami menghadiri undangan dalam rangka pengguntingan rambut bayi dari keluarga orang Kokos. Dalam acara tersebut didahului dengan pembukaan yang berupa sambutan dengan harapan-harapan akan kebaikan, keutamaan dan kemulyaan sang bayi hingga kelak di hari hadapan. Selepas itu dilanjutkan dengan pembacaan kitab ‘Iqd al-Jawhar Fi Maulid al-Nabiy al-Azhar’ yang ditulis oleh Sayid Ja’far bin Husain bin Abdul Karim al-Barzanj(http://ahmadsumargono.net/konten.php nama=kolom&op=detail_kolom&id=33) yang kemudian popular dengan nama kitab Barzanji. Pembacaan kitab Barzanji ini sebagaimana lazimnya dalam masyarakat kita, yaitu dengan berkelompok, dibaca secara bergiliran. Para undangan duduk bersila berjejer kesamping mengikut bentuk ruangan. Beberapa bubur khas yang ditaruh dalam mangkok di satu dulang dihidangkan, namun hanya beberapa mangkok saja, tidak banyak, hanya sebagai syarat saja. Sampai pada pembacaan ‘marhaban’ para undangan semua berdiri dan membacanya dengan jahar secara mersama-sama, dan pada saat itulah sang bayi digendong ke tengah-tengah acara, seseorang membawa baki yang berisi semangkok air serta gunting, lalu beberapa orang dituju dan dipersilahkan untuk menggunting beberapa helai rambut sang bayi adapun potongan rambut dicelup dalam air dalam mangkok, dan setelah dianggap cukup maka sang bayi beserta para pengantar masuk kembali, sedang acara pembacaan kitab Barzanji dilanjutkan hingga akhir dan ditutup dengan doa. Selepas itu acara ‘ramah tamah’ menikmati hidangan.

Acara semacam itu kita kenal pula dalam komunitas Bawean dan Melayu yang telah lazim diadakan di sini. Yang nyata, setiap orang adalah pasti mengharap kebaiikan, keutamaan serta kemulyaan putra/putrinya. Semoga Allah SWT selalu memberi bimbingan dan petunjukNya, amin,amin, amin ya Rabbal ‘alamin.

Saturday, September 25, 2010

PETUTUR DALAM BERSILATURRAHIM

PETUTUR DALAM BERSILATURRAHIM
DI HARI RAYA FITRI

Oleh: Aba

Perth, Awal Musim Bunga20010/Syawal 1431

Dalam setiap celebrate apapun selalu terdapat petutur baku yang digunakan, seperti misaalnya pada ulang tahun selalu dituturkan ‘Selamat Ulang Tahun, Semoga Panjang Umur…’ dan sebagainya. Demikian pula dalam celebrate Idul Fitri, yang lazim kita kenal adalah ‘Selamat Hari Raya, Mohon Maaf Lahir dan Batin, Minal A’idzin wal Faizin…’ dan beberapa petutur lainnya dari yang paling lazim hingga yang jarang digunakan. Di sini terdapat suatu petutur yang tidak kita kenal (berbeda) dalam tradisi masyarakat Bawean, Jawa ataupun Indonesia pada umumnya, yaitu petutur ‘Selamat Hari Raya ya…., Makan-minum dihalalkan…’ dan seterusnya. Petutur ‘Makan-minum Dihalalkan’ itulah nuansa berbedanya, suatu kekayaan dalam budaya kita.

SILATURRAHIM DI HARI RAYA FITRI

Oleh: Aba
Perth, Awal Musim Bunga 2010/Syawal 1431 H

Sebagaimana lazimnya di masyarakat muslim Nusantara setiap Hari Raya fitri selalu melakukan silaturrahim, salingt mengucapkan ‘Selamat Hari Raya’ dan saling memohon kemaafan. Demikian pula di kalangan Muslim Nusantara di Western Australia khususnya dalam komunitas Bawean, Kokos dan Melayu atau dalam komunitas muslim yang berpangkal dari komunitas muslim Christmas Island sebagai sebuah komunitas muslim yang pertautannya sangat kuat antara satu dan lainnya.
Bilamana dalam tradisi masyarakat Bawean di pulau Bawean hari raya dirayakan (celebrate) dalam tiga hari, di Western Australia terbentuk tradisi serentang bulan Syawal sebagaimana kita jumpai di masyarakat muslim Singapore ataupun Malaysia. Oleh sebab berbagai kesibukan dalam aktifitas kerja, maka di sini biasanya silaturrahim intent dilakukan di hari Sabtu dan Minggu (weekend) sedang hari-hari biasa (weekdays) hanya mungkin dilakukan pada kerabat dekat saja yang kita tahu persis akan situasi dan kondisinya (dalam kaitan dengan kesibukan aktifitas kerja).

Di hari Sabtu dan Minggu pertama serta di hari Sabtu di minggu ke dua kami berkesempatan bersilaturrahim ke suatu kawasan yang orang kita di sini menyebutnya sebagai kawasan atas, yaitu di kawasan Mirrabooka, Hepburn, Kinross dan seputarnya. Di kawasan itu kami berkesempatan mengunjungi rumah kediaman beberapa sesepuh orang Bawean, Melayu maupun Kokos, serta kawan kerabat dan handai taolan. Suatu destinasi yang mungkin cukup melelahkan secara fisik, namun sangat melegakan, sangat rileks dan amat fresh dari segi rohani yang dapat membikin kelelahan fisik sirna seketika dan tak punya makna apa-apa.

Friday, September 10, 2010

SELAMAT HARI RAYA FITRI 1431 H

DI MOMENT HARI RAYA FITRI 1431 H INI PERKENANKAN KAMI SEKELUARGA MENYAMPAIKAN SELAMAT HARI RAYA FITRI 1431 H SERTA TAK LUPA KAMI MOHON BERIBU KEMAAFAN ATAS SEGALA SALAH HILAF KAMI.

HARI RAYA DI PERTH

HARI RAYA DI PERTH
WESTERN AUSTRALIA

(Kebersamaan Pada Komunitas Bawean)
Oleh: Aba


Bilamana komunitas Bawean di Australia dalam memasuki awal bulan Ramadhan terdapat jua yang berbeda, maka memasuki awal bulan Syawal dilalui secara bersamaan, bermakna mereka berhari raya secara bersamaan, yaitu jatuh pada tanggal 10 September 2010.

NUANSA KERINDUAN II

‘KERINDUAN’ DI BULAN RAMADHAN
Oleh: Aba

Penghujung Musim Dingin 2010/Ramadhan 1431H
Demikian pula dari kejauhan sana (--sekitar satu jam perjalanan mobil dengan kecepatan maksimum 100Km/h, melintas di high way, atau sekitar perjalanan Malang-Sidoarjo Jawa Timur) ustadz Jamal Siraj telah mengundang kami sekeluarga pula untuk berbuka bersama, aduhai indahnya menikmati perjalanan dengan suasana di bulan Ramadhan. Kendatipun kami saling berjauhan domisili namun hati kami tetaplah dekat. Demikian itulah salah satu seni hidup di alam rantau.

NUANSA KERINDUAN I

‘KERINDUAN’ DI BULAN RAMADHAN
Oleh: Aba

Gosnells, Penghujung Musim Dingin 2010/Ramdhan 1431H

Rindu merupakan salah satu tabiat hati, rindu telah menebar inspirasi pada ekspresi seni, tepercik dalam puisi, syair, roman, dan sebagainya. Kala rindu telah hadir dalam hati, maka mesti dipenuhi apa yang ia hendak agar tunai gejolaknya. Di bulan Ramadhan hidup di perantauan, tiada tidak rindu ‘kan kampung halaman, handai tolan, sanak-famili, dan masa-masa lalupun menjelma bag baru lalu kemaren lusa.

Di alam rantau keberadaan insan seperantauan menebar makna yang tiada tara, berbincang, bercanda dan tawa bersama merupakan obat rindu kami.

Tiada terkecuali tentunya, di Australia. Beruntunglah kami sekeluarga bisa hadir dalam kebersamaan malam-malam taraweh dan bahkan juga undangan buka bersama di rumah ustadz Badrun Akhwan sekeluarga, berbincang berbagai topik-topik ringan hingga humor dan anekdot. Kedekatan rumah kami (--tak tan lebih dari tiga menit naik mobil dengan kecepatan maksimal 60Km/h--) telah menambah kedekatan hati kami.

MENGGAYUH MEMAHAMI EKSISTENSI TUHAN

Oleh: A. Fuad Usfa Eksistensi Tuhan Berbicara tentang Tuhan berarti berbicara suatu yang gaib, abstrak. Tidak bisa ditangkap dengan penca in...