Wednesday, September 30, 2015

Cerpen CAK

Cerpen
CATATAN ANAK KOST
Sore itu cuaca amatlah cerah, seorang kawan mengajakku silaturrahmi, kusambut ajakan itu dengan segala senang hati. Tak lama kemudian sampailah kami di sebuah rumah dengan pintu dalam keadaan tertutup, kawanku mengetuknya seraya menyampaikan salam yang serta merta dijawab sang tuan rumah. Sebagai tamu baru, aku masuk dengan sopan; dan, aduhai di rumah itu ada seorang dara nan cantik rupawan, rambutnya terurai menyentuh bahu, kulitnya putih berhidung mancung, matanya seakan menggoda. Sebetulnya kami telah saling mengenal tentang diri, walau baru pertama kali bertatap muka. Aku menyapanya, ia membalas sapaanku, degup jantung serasa menyepat, aku tak tahu getar apakah gerangan?. Aku tengah bersama dara jelita, dara yang jadi idaman banyak jejaka, yang dibincang di banyak tempat dan ragam waktu. 'Ah..., tentu engkau bukan gadisku...', demikian hatiku berbisik, 'terlalu banyak yang mengidamkanmu, yang juga telah menyatakan padamu, sedang aku baru hadir dalam catatan hatimu', lanjut bisik kalbuku. Kala itu dia memakai gaun putih berenda, betapa anggun dan mempesona. Aku berbincang apa adanya, dan yang mengagetkanku, ternyata ia banyak tahu tentang aku, aktifitasku..., atau apa-apaku..., apa saja tentang aku..., sampai kala aku nonton dramapun dia tahu..., bahkan dimana saja posisiku saat itu...; aduh..., mengapa dia tahu...?, untuk apa dia tahu...?. Aku juga banyak tahu tentang dia, tak terbilang kawanku yang mengidamkan dia, terlalu banyak berita tentang dia yang disebar sang bayu, terutama di saat weekend, saat terkadang aku hanya mampu berbaring di kamar kostku. Ah..., saat ini nadiku bergejolak, jantungku berdetak terlalu cepat dari biasanya, dan ternyata cintapun telah bersemi, gayung bersambut, kata berjawab, pucuk dicinta ulam pun tiba, hati berbunga2, jiwa pun mengalunkan gita asmara.


Monday, September 28, 2015

DI PERJALANAN

Oleh: Abah
Di suatu senja aku memasuki kota Johor Bahru, aku ingin menikmati malam di kota itu, aku harus bermalam, dan baru masuk Singapore keesokan harinya, aku menyewa sebuah kamar di lantai dua di suatu hotel sederhana, aku tengok dari jendela orang-orang melakukan aktifias tak henti-hentinya, ternyata 24 jam. Di tengah malam aku turun dan makan di rumah makan India, di pojok sana berdiri 'sang bidadari' mencari 'mangsa'..., hehe...

OH TUHAN

Oleh: Abah
Sy merenung, kala sy msh kecil, hidup di alam Desa, traditional, radio pun jarang orang punya, punya sepeda ontel sdh begitu bangga..., kala menginjak usia remaja arus modernitas sdh mulai merambah Desa kami, radio sdh makin banyak yg punya, tape recorder, TV, sepeda motor pun dah masuk pula... Di perantauan aku hidup di kota, kebanggaan si anak Desa, dunia yg ku arungi berubah pula, adat budaya pun berbeda, pergaulan, aku pun mulai bergaul dg Budi, Stevanus, Wayan, Manurung, dst..., lalu aku mulai mengenal kawasan2 lain..., berbeda2... Kini usiaku sdh tak ter bilang muda lagi, ku tatap ke belakang sejak di saat ku masih kecil dulu..., Serentang perjalanan..., serasa jauh perbedaan itu... Kawan2ku dan orang2 lain berbeda..., dari perbedaan yg dekat hingga yg jauh..., salah kah perbedaan itu?, kalau salah lalu siapa yg harus disalahkan pula?, diantara yg berbeda itu siapakah yg senyatanya salah?, (--ter lepas dari menurut pandangan kita--), dan harus kah diperangi?. Tuhan Maha Bijaksana, Maha Pengasih, Maha Penyayang...

CAHAYA KASIH

Oleh: Abah
Ku berjalan di atas bumi ini, berjumpa betagam insan, tentu banyak yg tak ku kenal, kadang ku sempat menyapa kadang pun tidak, merekapun begitu... Dalam arung kehidupan aku tak mengerti mengapa aku tiba2 begini, dan tentu merekapun juga... "Setiap ku menyapanya selalu ku tanya pula", 'benarkah engkau?', mrk semua selalu menjawab, 'tentu benar', lalu kadang tak ku pedulikan..., karena aku tak punya otoritas utk itu..., di kejauhan ku tatap cahaya, lembut menyinari, lalu menelusup dalam kalbuku, ku ingat2, lalu ku ingat betul bahwa memang ia pernah hadir, namun awan kelabu lehitaman telah menutupinya, sebelum cahaya itu sempat bersarang di kalbuku seperti yg ku alami saat ini..., dan di kesunyian aku tanya tentang dia dg bisikan, dg lembut ia menjawab  'aku cahaya kasih', dg gemetar ku selimuti tubuhku, kengerian yg tak terperikan, krn kelelawar dan mahluk2 pecinta kegelapan bisa tiba2 dg liar menerkam dan mencabik2 jiwa raga ku..., ingin aku menjerit, namun hanya mampu berkata, 'ah, dasar'...
(AFOF 261014)

KISAH HIDUP

DI ANTARA KISAH HIDUP
Oleh: Abah
Teringat. Seketika sy berusia 14 tahun sy sakit, beberapa kawan menggoda, kamu nampak pucat  sekali Puk, matamu juga cekung... Kata2 kawanku itu menjadi buah pikiran..., lalu aku ingat mati..., lalu teringat sorga dan neraka... Saat itu sy bukannya berpikir searah, seperti yg diutarakan kiai, guru dan ustadz kami..., melainkan muncul pertanyaan lain dalam benak ku... Sorga menyenangkan dan neraka amat sangat menakutkan, lalu di mana aku akan memasukinya?, bukankah yg aku anut ini bisa salah?, sebab agama lain mengatakan penganutnyalah yg akan bisa masuk sorga, yg lain neraka?, kalau begitu aku bisa masuk neraka..., ach mengerikan..., itu yg ada dalam benak sy saat itu... Tengah malam sy sering terbangun, sepertinya risau..., aku hanya bisa memendamnya... Lalu terbersit hasrat membaca buku bacaan ayah kami, aku ingat pertama kali aku sentuh adalah sebuah buku Tasauf Modern karya Hamka, berlanjut pada kitab fiqh, hadist, ilmu kalam, mustalahul hadist, qawaidul fiqh dan sy mulai menjalar pada buku2 pustaka pribadi paman ku yg bernama Moh. Syukan Said, ia adalah alumni Pondok Modern Gontor Ponorogo, dan beliau punya banyak koleksi buku..., lalu muncul pula keinginan membongkar majalah2 lama kepunyaan orang tua kami di sebuah almari tua (antik), almari itu besar, berukir2an, peninggalan mbah kami dari garis ibu yaitu R. Muhammad Said..., di situ aku dapati majalah2 lama yg saya ingat yaitu majalah Gema Islam dan Abadi..., majalah2 itu sy kumpulkan dan sy jilid, demikian pula majalah yg ayah kami tetap berlangganan yaitu Panji Masyarakat sy jilid pula, juga Majalah Kiblat yg walaupun ayah kami tiada berlangganan namun selalu beli, sy baca pula Majalah Al Muslimun terbitan Persis Bangil..., sy baca karya2 TM Hashbi Asshiddiq, A. Hassan, A. Qadir Hassan, dsb... (-Tentu sepintas dari bacaan2 itu org akan bisa menyimpulkan bahwa kami dari keluarga Masyumi-). Sy punya kawan berdiskusi (lebih tepat tempat kami ngangsu kaweruh) saat itu, yaitu kak Maeng (R. Ismail yg jg masih sedarah dg mbah kami yaitu R. Muhammad Said) Dusun (Kampung) Lau Sungai, beliau putra tokoh Masymi/Muhammadiyah di Bawean yaitu R. Syahruddin)... Kembali pada bacaan..., dari situ pulalah yg mengantar sy pada membaca karya2 pemikiran al Maududi, Sayyid qutb, Muhammad Qutb, Abdul Qadir Audah, Amir saqib Arselan, karena pd khakekatnya nama2 terdahulu yg karyanya sy baca boleh dikata merupakan pintu gerbang pada Maududi dst... Dan, entah sejak kapan, aku tak ingat lagi, bilamana bayangan tentang kematian dg pertanyaan yg merisaukan itu telah sirna dari benakku..., aku lupa... (AFOF 01114).

Saturday, September 26, 2015

PENGEMBANGAN PULAU GILI

(Sebuah Catatan Pokok-Pokok Pikiran)
Oleh: Abah
Pengantar
Tulisan ini adalah catatan pokok- pokok pikiran saya yg saya kirim pada seorang tokoh muda Bawean yg berdomisili di Malang.
Poin 1-3 tidak sy terapkan di sini.
4. Dalam kesempatan ini saya hanya ingin menyampaikan pokok2 pikiran saja, yaitu berkenaan dengan satu sisi pengembangan P. Gili yang sempat menggelitik pikiran saya. Saya punya pikiran begini:
4.1. P. Gili adalah satu2nya pulau sekitar pulau induk (P. Bawean) yang berpenghuni. Selama ini kita hanya mengenal istilah Pulau Bawean, sehingga terkesan Bawean hanya satu pulau saja semacam Pulau Krismes (Christmas Island) misalnya. Senyatanya di sekitar Pulau Bawean terdapat banyak pulau2, secara keseluruhan Bawean bisa disebut Kepulauan Bawean. Pulau Gili sebagai pulau yg berpenghuni menarik untuk dikembangkan, dan akan memberikan nilai keuntungan baik untuk Bawean maupun untuk pulau Gili itu sendiri. Pengembangan Pulau Gili tentu included pengembangan masyarakatnya. Pendek kata pengembangan Sumber Daya Alam dan Sumber daya manusia.
4.2. Di banyak daerah pulau yg terletak di sekitar pulau (kawasan) induk selalu menarik perhatian, taruhlah misalnya Kepulauan Seribu, Rottnest Island, juga sy menggolongkan pulau Serengat, dan juga sy menggolongkan pulau Batam sebagai yg sy maksud ini, dll.
4.3. saya membayangkan ke depan nanti, bagi sesiapa saja yg berkunjung ke Bawean, belumlah lengkap manakala belum mengunjungi pulau Gili.
4.4. Dalam pikiran saya suatu hal yg menarik manakala kita mengembangkan suatu even yg unik yg berorientasi pada kegiatan produktif, dengan menitik beratkan pada pelibatan warga.
4.5. Adapaun yg sy maksudkan unik yaitu suatu hal yg khas, baik khas tanpa tanda kutip ataupun dg tanda kutip. Saya punya pikiran, sangat menarik manakala diadakan suatu even yg bisa juga saya sebut Festifal. Mungkin kita membayangkan Festifal itu adalah suatu kegiatan besar hura2, membutuhkan dana besar yg 'terbuang', tentu saja ini tidak demikian, ini adalah kegiatan produktif, adapun ada kegiatan bakat-minat yang menopang keberadaan festifal tentu itu baik2 saja. Sasaran kita adalah adanya perputaran uang. Manakala kita punya uang dan hanya kita simpan saja, mungkin di bawah bantal, di bawah kasur, atau mungkin dibenam di bawah lantai rumah, dan lain-lain, maka bermakna uang tersebut tidak ada gunanya. Uang akan bermakna manakala digunakan dan dikembangkan baik bagi kita maupun yang lain. Keberadaan uang akan bisa dibilang sehat manakala uang itu diputar. Makin cepat perputaran uang makin bagus. Perlu ditekankan di sini kata perputaran, jadi bukan hanya sekedar kata aliran, atau mengalir, yang sifatnya satu arah, hanya sekedar lewat saja, bersifat konsumtif, sedang perputaran, terjadinya sirkulasi uang dan lebih bersifat produktif.
4.6. Kegiatan festifal ini sifatnya terfokus dan berkala. Saya tidak tahu persis tentang hasil alam atau hal yg khas di pulau Gili. saya hanya membayangkan, katakana misalnya hasil laut dan pantai diusim tertentu, misalnya udang, maka sebut saja Festifal Udang, dll, atau Festifal apalah..., dan ini dilaksanakan di tiap musim..., bisa dalam satu tahun dua atau tiga festifal dg kekhasan yg berbeda, tentu tak persoalan. Menarik manakala kita bisa memberi pinjaman modal (yang merupakan modal tetap) pada masyarakat setempat.
4.7. Hal tersebut tentu merupakan suatu daya tarik wisata tersendiri, setidaknya untuk awal adalah kalangan wisatawan domistik.
4.8. Adapun bumbu2nya bias melihat perkembangan.
4.9. Saya melihat hal seperti itu efektif dilaksanakan di sini.
Demikian pokok2 pikiran yang saya maksud. Dan sekali lagi perkenankan saya menyampaikan Selamat Berlokakarya. Salam salut dari saya.

Perth, Western Australia, 30 April 2015.

BERKISAH

Oleh: Abah
Pra Kata: Yang namanya farm di sini berhektar2..., tidak hanya ratusan meter...
Sy berkisah 'Malam Menuju Farm Area' nih..., hehe...:
Tak terasa, hari berganti hari, minggu berganti Minggu... Malam Minggu yg lalu anakku putri minta antar ke temannya..., dia bilang di Armadale..., 'ok jawabku...', lepas maghrib kami berangkat, anakku buka peta di HPnya..., dia bilang  'kita ke arah Verna Street, roundabout belok kanan, Corfield St belok kiri dan masuk Tonkin HW ke arah kanan...', sampai situ sy instrupsi  'tidak nak, tidak nak, jauh amat ke Armadale masuk Tonkin HW..., coba nanti adek stel map (peta) nya start dari Kelmscott Train Station...', 'ok...', dia bilang... Sampai Kelmscott TS distel dah..., lalu ditunjukkan belok kanan, belok kanan, belok kiri, dan belok kiri masuk Tonkin HW..., 'loh..., kok masuk Tonkin High Way lagi nak...?', aku bilang..., 'abah sih..., katanya suruh lihat map, tapi tak mau ikut map..., yg lalu aba jg gitu kan...?', demikian anakku protes..., 'ok nak..., kita ikut map...', jawabku... Lalu kendaraan melaju, Tonkin HW kecepatan 100km/jam..., lama juga terasa..., lalu sy dengar suara map 600 m belok kanan, tak terasa 600 m terlampaui, anakku protes lagi..., 'tadi belok kanan bah...', terdengar suara anakku protes..., 'sorry, abahnya bingung nih...'  'terus aja bah..., nanti belok kanan di depan...'. Belok kanan ke luar Tonkin HW, masuk jalan berkecepatan 70km/jam..., kendaraan terus melaju, jalan agak gelap, tapi tentu mulus, tak ada lobang apapun..., lalu anakku bilang, 'sebentar lg belok kanan bah...', aduuuuhhh..., lagi lagi kebacut..., anakku protes lagi, krn bukan HW, maka kendaraan bisa langsung muter..., lalu belok kiri..., 'duh..., kok agak lebih gelap lagi nak...?', aku bilang..., 'di depan belok kanan bah...', anakku bilang..., 'ok...', jawabku..., 'duh..., kok masuk jalan gelap nak...?', ku bilang..., anakku bilang mapnya bilang confused bah...', 'ok..., kalau gitu telpon kawanmu nak...', aku bilang... Lalu di telponnya..., 'balik muter bah...', kata anakku..., lalu balik, kemudian belok kiri..., 'sebentar lagi belok kiri bah...', anakku bilang...; dan lagi2 aku kebacut, dan anakku protes lagi, lalu muter dan belok kanan..., dan di situ telah nampak rumah besar berdiri dg luas halaman kira2 seluas kampungku di Boyan..., kampung Kotta..., seorang anak dara berdiri di pojok rumah sambil bicara dg anakku melalui HP..., begitu masuk pintu gerbang anjing besar menghampiri, besar sekali..., kira2 tinggi punggungnya 75-85 cm..., lalu dipanngil oleh tuannya..., ia tak ambil peduli..., kendaraan aku hentikan, kaca jendela aku tutup..., ia berdiri persis disampingku..., karena tinggi maka dg mudah melihatku..., lalu memutari kendaraan..., dan menghampiri tuannya..., kendaraan aku jalankan lg..., sampai persis di samping kawan anakku aku hentikan..., dan anjing itu pergi menjauh dan duduk manis, lalu tiduran..., dan begitulah sikapnya hingga kami balik pulang...

#Suasana malam di farm area..., mengasikkan tentunya...

KENANGAN MALAM

Oleh: Abah
Di suatu malam, masuk waktu dini hari, sekitar jam satu, menyusur lorong Singapore, tibalah di Lavender, dan dari Lavender naik taxi menuju Larkin Johor Bahru untuk suatu destinasi berikutnya.

Friday, September 25, 2015

Bahasa

PANJANG PENDEK
(Dan Refleksi Kefanatikan)
Oleh: Abah
Dengan bersemangat si Budi mengatakan  'dalam bahasa Arab itu ada panjang-pendeknya, salah menyebut panjang pendeknya bisa2 berbuah makna loh...', katanya. Si Ahmad menimpali  'Kau baru tahu kah Bud?, aku telah tahu sebelum aku lahir...', seloroh si Ahmad. 'Maka itu harus hati2 dong Mat...', lanjut si Budi...; dan lalu si Ahmad bertanya  'maksudmu bahasa mana sih Bud...?, tanyanya singkat, yang dg tegas si Budi menjawab  'bahasa Arab...', jawabnya singkat pula..., dan si Ahmad sekali lagi bertanya, 'maksudmu bahasa mana sih Bud...?', lalu si Budi me jawabnya agak kesal, 'bahasa Arab bahasa Arab Mat..., gak dengar ta...?', jawabnya ketus; lalu si Ahmat berujar, 'ooo..., bahasa Arab, bukan bahasa Indonesia to Bud...?', ujarnya; dan si Budi menjawab  'ya bukan to Mat..., kalau bahasa Indonesia tentu tidak Mat...', jawab si Budi yang lalu di timpali oleh si Ahmad, 'ya sudah, kalau gitu sudah jelas to...'. Memang masing2 kita punya bahasa, dalam setiap bahasa tentu tidak ada bahasa yang seratus proses asli, setiap bahasa akan menyerap bahasa lain. Bahasa adalah alat berkomunikasi suatu masyarakat, maka bahasa itu adalah suatu yg lazim di masyarakat itu. Manakala bahasa lain itu telah terserap pada bahasa kita misalnya, maka bisa jadi akan kehilangan makna sekalipun bila di kembalikan pada bahasa asalnya, artinya orang/masyarakat di mana berasalnya bahasa itu bisa tidak mengerti sama sekali (kehilangan makna), atau berubah makna, atau rusak tak karuan. Manakala bahasa telah terserap, maka ia itu adalah miliknya. Rahmah (Arab) bisa menjadi rahmat (Parsia), dan di Indonesia menjadi Rahmah adalah nama diri untuk orang perempuan, sedang Rahmat adalah nama diri untuk orang laki2, padahal kalau ditulis dalam huruf asalnya sama2 menggunakan ta' marbuta'..., dan tentu pak Rahmat, mas Rahmat, dik Rahmat tak perlu sibuk2 untuk operasi ganti kelamin dooong gara2 itu..., hehe...

Tak usah jauh2..., dalam bahasa kita yang nyalang saja, satu kata bisa beragam makna (--tentu ini berlaku untuk semua bahasa--), seperti 'tahu' bisa bermakna 'paham' (-paham saja bisa bermakna mengerti, ajaran ataupun pandangan). Kembali pada kata 'tahu', bisa bermakna paham, mengerti, atau bisa bermakna makanan yang terbuat dari kedelai giling, tentu tergantung konteks, itulah urgensi konteks. Konstitusi bisa kehilangan makna bila dikembalikan pada bahasa di mana ia berasal, yaitu 'constitution', belum lagi bila dikembalikan pada Akar kata..., ah..., orang Inggris tak perlu sibuk nyalah2kan kita, apa lagi disertai berbagai propaganda2 segala..., hmmm... Itulah bahasa, tak perlu dipaksa2kan..., baik bahasa tulis ataupun oral..., kecuali untuk bahasa slank boleh2 saja sih...

Sebagai Catatan:

Menarik utk dicermati, yaitu bahasa Madura, bahasa Madura yg tingkatan umum itu adalah bahasa Melayu jua..., dengan di sana-sini terdapat perasukan dari bahasa Jawa dan bahasa lain yg jumlahnya tak segitu banyak..., oleh sebab itu sesungguhnya tidak sulit utk memahami bahasa Madura bagi yg memahami bahasa Melayu atau bahasa Indonesia..., hmmm..., cool...

Sunday, September 20, 2015

DIAM

Oleh: Abah


Banyak oaring mengira bahwa diam itu berlawanan dengan gerak, dalam arti yang diam berarti tidak bergerak, demikian pula sebaliknya, yang bergerak itu berarti tidak diam, padahal sesungguhnya gerak itu adalah rangkaiaan daripada diam. Hakekatnya tak ada gerak, yang ada hanyalah diam. Makin banyak rangkaian diam akan makin cepatlah apa yang diistilahkan dengan gerak, sedang makin sedikit rangkaian diam akan makin lambatlah apa yang diistilahkan dengan gerak. Diam dalam pengertian jiwa dan raga sebagai suatu kesatuan yang tak terpisahkan, sebab orang yang raganya banyak rankaian diam mungkin jiwanya tidak, atau sebaliknya atau berimbang.


Banyak rangkaian diam adalah merupakan sumber kegelisahan dalam hidup, sedang makin sedikit rangkaian diam akan makin memberi ketenangan dalam hidup. Makin dinamik maka akan makin tinggi tingkat kegelisahan, politik dan ekonomi adalah suatu contoh kongkritnya, yaitu sebagai suatu perujudan daripada banyak rangkaian diam itu. Seorang pertapa sejati sedikit rangkaian diam, maka akan lebih mendapatkan kebahagiaan daripada orang yang bergumul dalam kehidupan kebanyakan orang, demikian pula dengan seoarang sufi sejati, para pendeta sejati, dan seterusnya, itulah perujudan daripada sedikit rangkaian diam. Hidup di negeri yang makmur dan memberi perhatian terhadap kesejahteraan rakyatnya juga banyak mempengaruhi terhadap sedikitnya rangkaian diam.


Orang yang menerima (ikhlas) akan lebih bahagia daripada orang yang menentang, maka itulah muncullah ajaran tentang pandai bersyukur, keikhlasan maupun berserah diri dan lalu dikembangkan. Pandai bersyukur, keikhlasan maupun berserah diri merupakan perujudan daripada sedikit rangkaian diam. Makin

Saturday, September 19, 2015

PANDAI BERSYUKUR

Oleh: Abah


Bersykur adalah berterimakasih, menerima atas segala apa yang menimpa kita. Rasa lapang akan bisa kita rasakan manakala kita bisa menerima, bila tidak, tentu kita akan merasakan sebaliknya; jangankan atas hal yang besar, sedang hal yang kecil sekalipun akan dirasakan begitu amat menyempitkan dan teramat berat dipikulnya.


Pandai bersyukur acap dikaitkan pula dengan Tuhan, artinya pandai berterimakasih atas segala pemberianNya. Pada ranah ini termasuk pada ranah konteks, kiranya pada ranah inilah bermulanya kalimat pandai bersyukur.




Bersyukur adalah buah dari segala perilaku, yang aktif maupun pasif. Bersyukur an sich tidak terkait dengan nilai, nilai itu ranah tersendiri, maknanya bersyukur itu bebas nilai. Siapa pun juga yang mampu menyikapi realita dengan menerimanya, ia itu berarti pandai bersyukur. Kita ambil suatu misal yang ekstrim untuk perbuatan yang tidak baik, katakanlah seorang koruptor yang dipinana berat, namun ia seakan tak ada beban, seakan tenang-tenang saja, ia menerima apa pun yang menimpa dirinya, maka ia itu termasuk orang yang pandai bersyukur.


Kembali pada permisalan di atas, pandai bersyukur adalah pandai menyikapi (menerima), sedang korupsi adalah perbuatan tercela, bersyukur adalah melekat pada sifat, sikap jiwa, sedang korupsi adalah pada perbuatan. Perbuatan korupsi adalah tercela, tercela adalah nilai, sebagaimana juga baik, buruk, indah, terpuji dan seterusnya.


Sering pula kalimat pandai bersyukur dikaitkan dengan kebenaran. Sesunggunhnya kebenaran itu adalah ranah lain pula daripada pandai bersyukur. Pandai bersyukur bersifat universal, sedang kebenaran bersifat parsial (subyektif), dua rangkaian kata yang berbeda wilayahnya, suatu contoh seorang Pendeta berceramah dengan berkata, 'Puji Tuhan, kita semua wajib bersyukur, kita telah diberi hidayah yang luar biasa dan tak ternilai harganya oleh Allah, yaitu iman. Kita wajib pelihara dan tingkatkan iman kita, kita tidak susah payah menceri kebenaran Ilahi, kita telah dilahirkan dalam iman. Kita wajib bersyukur oleh sebab kedua orang tua kita telah terlebih dahulu menganut iman yang benar, sehingga karenanyalah sebagian besar yang hadir di sini dalam keadaan iman, suatu hidayah yang luar biasa bagi kita yang harus kita semua syukuri'.
Coba perhatikan narasi di atas; pandai bersyukur adalah bersifat universal, berlaku untuk siapa pun juga, namun uraian dari ceramah tersebut bersifat parsial (subyektif), yang dalam faktanya tidak semua orang menyetujuinya. Pada pandai bersyukur bisa dipakai oleh siapa pun juga sedang uraiaannya tidak, bahkan bisa ditentang oleh yang lain.

KONSEP

Oleh: Abah


Konsep itu penting, realita dalam kehidupan kita adalah suatu jelmaan konsep, namun memang tak semua konsep bisa kita jelmakan, namun yang nyata semua jelmaan dalam hidup dan kehidupan kita adalah merupakan buah daripada konsep. Konsep selalunya adalah ragam, tidak tunggal, yang tunggal pun akan ragam pula oleh sebab keragaman konteks dan subyek. Dapatlah kita ambil suatu missal, tatkala kita menyikapi bahan makan beras, manakala apa yang telah terbentuk di alam pikir dan rasa kita bahwa beras bisa kita konsumsi kapan pun juga, maknanya hingga telah berbubuk sekali pun, maka manakala konsep sedemikian itu dimiliki oleh Mentri Pangan misalnya maka jangan heran manakala banyak beras bubuk beredar di pasaran, namun manakala ia memiliki konsep bahwa setiap bahan pangan akan terpengaruh dengan beredarnya masa, dari yang semula segar hingga pada titik rusaknya (termasuk di dalamnya adalah beras), maka ia akan mengupayakan memetakan jangka masa segar, peralihan dan rusak. Dari situ pulalah ia akan memetakan skala kelayakan untuk dikonsumsi masyarakatnya. Hanya dalam keadaan yang sangat terpeksa sajalah yaitu setelah tidak ditemukan jalan lain ia akan mengambil kebijakan lain, sebagai langkah darurat.


Konsep yang telah menjelma dalam realita keseharian kita bisa membikin kesimpulan-kesimpulan yang bersifat permanen membentuk bangunan kesan yang seakan memanglah sebagai suatu keharusan. Acap orang tak lagi mampu membedakan antara bangunan kesan dan apa yang berada dibaliknya, yang justru itulah esensinya. Suatu misal pada masa lalu kita berpikir bahwa dapur itu selalu kotor, penuh jelaga, bukan hanya pada alat masaknya saja melainkan juga pada dinding-dinding dan atap dapur. Demikian pula tempat buang air besar dan kecil akan dikesankan kotor, berbau tidak sedap, penuh kuman, dan sebagainya, oleh sebab itu ruang dapur perlu dipisahkan dengan ruang tamu, tempatnya pun di bagian belakang. Demikian pula tempat WC, dan WC ini harus dipisahkan jauh-jauh dari aktifitas-aktifitas kita. Hal tersebut telah membentuk konsep tentang bangunan rumah dan benda-benda tadi.


Bangunan kesan oleh sebab dari perjalanan pengalaman, sedang esensi tak terpengaruh sedikitpun, maka itu orang yang cerdas dapat membentuk bangunan kesan baru. Pada jaman sekarang dapur bisa berhadapan dengan ruang tamu, bukan hanya berhadapan, melainkan boleh dikata sebagai satu kesatuan dengan ruang tamu; WC bisa ada dimana-mana, seperti di ruang cuci pakaian (laundry), di ruang sebelah tempat tidur kita, dengan pintu yang bisa saja selalu terbuka; juga WC bisa ada di kamar mandi yang juga menjadi bagian dari kamar tidur kita. Bahkan kamar-kamar mandi itu pun begitu luas serta 'merangkpa fungsi' sebagai 'kamar rias' dengan desain yang begitu bagus dan rapih, tak ada air menggenang; suatu hal yang mungkin aneh dan tak masuk di akal manakala kita menggunakan konsep lama.


Saat ini kami tinggal di sebuah apartemen, mana muka mana belakang saya tak tahu, yang nyata begitu masuk dari pintu utama rumah langsung ruang tamu, persis berhadapan dengan ruang tamu adalah dapur, tanpa dinding penyekat yang menutup diantaranya, ada dua kamar mandi yang 'merangkap fungsi' sebagai 'kamar rias, tak ada air menggenang di situ, tiga WC yang semua pintu-pintunya sengaja tidak pernah kami tutup, kecuali saat dipakai tentu; ah..., apakah tidak bau kencing atau bau-bau yang lain...?; itulah konsep, tentu pertanyaan itu muncul oleh sebab konsep.


Memahami perilaku sosial pun diperlukan pemahaman konsep.

MENGGAYUH MEMAHAMI EKSISTENSI TUHAN

Oleh: A. Fuad Usfa Eksistensi Tuhan Berbicara tentang Tuhan berarti berbicara suatu yang gaib, abstrak. Tidak bisa ditangkap dengan penca in...