Friday, September 23, 2016

PANDAI BERSYUKUR

PANDAI BERSYUKUR
Oleh: A. Fuad Usfa
Bersykur adalah berterimakasih, menerima atas segala apa yang menimpa kita. Rasa lapang akan bisa kita rasakan manakala kita bisa menerima, bila tidak, tentu kita akan merasakan sebaliknya; jangankan atas hal yang besar, sedang hal yang kecil sekalipun akan dirasakan begitu amat menyempitkan dan teramat berat dipikulnya.

Pandai bersyukur acap dikaitkan pula dengan Tuhan, artinya pandai berterimakasih atas segala pemberianNya. Pada ranah ini termasuk pada ranah konteks, kiranya pada ranah inilah bermulanya kalimat pandai bersyukur.

Bersyukur adalah buah dari segala perilaku, yang aktif maupun pasif. Bersyukur an sich tidak terkait dengan nilai, nilai itu ranah tersendiri, maknanya bersyukur itu bebas nilai. Siapa pun juga yang mampu menyikapi realita dengan menerimanya, ia itu berarti pandai bersyukur. Kita ambil suatu misal yang ekstrim untuk perbuatan yang tidak baik, katakanlah seorang koruptor yang dipinana berat, namun ia seakan tak ada beban, seakan tenang-tenang saja, ia menerima apa pun yang menimpa dirinya, maka ia itu termasuk orang yang pandai bersyukur.

Pandai bersyukur adalah pandai menyikapi (menerima), sedang korupsi adalah perbuatan tercela, bersyukur adalah melekat pada sifat, sikap jiwa, sedang korupsi adalah pada perbuatan. Perbuatan korupsi adalah tercela, tercela adalah nilai, sebagaimana juga baik, buruk, indah, terpuji dan seterusnya.

Sering pula kalimat pandai bersyukur dikaitkan dengan kebenaran. Sesunggunhnya kebenaran itu adalah ranah lain pula daripada pandai bersyukur. Pandai bersyukur bersifat universal, sedang kebenaran bersifat parsial (subyektif), dua rangkaian kata yang berbeda wilayahnya, suatu misal seorang pemuka agama Kristen berceramah dengan berkata, 'Puji Tuhan, kita semua wajib bersyukur, kita telah diberi hidayah yang luar biasa dan tak ternilai harganya oleh Allah, yaitu iman. Kita wajib pelihara dan tingkatkan iman kita, kita tidak susah payah menceri kebenaran Ilahi, kita telah dilahirkan dalam iman. Kita wajib bersyukur oleh sebab kedua orang tua kita telah terlebih dahulu menganut iman yang benar, sehingga karenanyalah sebagian besar yang hadir di sini dalam keadaan iman, suatu hidayah yang luar biasa bagi kita yang harus kita semua syukuri'.
Coba perhatikan narasi di atas; pandai bersyukur adalah bersifat universal, berlaku untuk siapa pun juga, namun uraian dari ceramah tersebut bersifat parsial (subyektif), yang dalam faktanya tidak semua orang menyetujuinya. Pada pandai bersyukur bisa dipakai oleh siapa pun juga sedang uraiaannya tidak, bahkan bisa ditentang oleh yang lain.
(AFOF, Cannington, 15 September 2015)
(FB)

KAPALKU

'KAPALKU'
(Kenangan)
Oleh: A. Fuad Usfa
Tanaganku menarik koper, demikian pula kedua anakku..., suara roda koper tak terdengar, kalah dengan hiruk pikuk suara apa saja yang memenuhi lobi Pelabuhan Tanjung Perak. Kami bertiga menerobos kerumunan orang, menyelinap, hingga pada pemeriksaan tiket. Di ruang tunggu kami duduk dan berjalan sambil mengamati apa yang mungkjin diamati. Suara orang terdengar, itu kapal yang kita tunggu, itu..., telah datang. Aku maju mendekat kaca transparan, orang menunjuk pada sebuah bayang hitam nun jauh disana. Orang itu berkata, ya..., itu..., saya tahu..., biasa dari arah sana... BayAng itu makin jelas, dan ujud kapal menjelma..., kapal besar, kapal pesiar. Taklama kemudian kapal yang gagah itu bersandar, penumpang turun dari tangga, dan lalu berhamburan. Lama juga kami menunggu..., biasa..., tak perlu heran..., sudah pakem..., waktu molor...

Terdengar suara dari pengeras suara, kami dipersilahkan naik ke kapal, para calopun datang menghampiri, calo tempat, calo kasur, atau apa-apa lagi..., calo..., itulah di antara kiat untuk menyambung hidup..., suatu simbol betapa kerasnya hidup... Dari calo hingga penjaja berbagai barang dagangan, pedagang asongan.

Kami suka berkumpul bersama orang-orang, berkenalan, berbincang, saling berbagi, saling menolong, suatu simbol kehidupan bermasyarakat, alangkah harmonisnya saat itu, walau kami tak saling mengenal sebelumnya.

Tut..., tut..., tut..., kapal mengangkat sauh, kapal bergerak, dan melaju... Betapa gagahnya kapal ini, aku hitung ada tujuh tingkat, ada kantin, ada gedung bioskop, ada mushalla yang reopresentatif, ada yang lain lagi dan lagi..., menyenangkan..., atau mungkin juga ada kecoak, aku tak tahu..., aku kira kapal ini sebesar GKB kampus III UMM. Kapal menelusur hingga memasuki kawasan Jakkarta.
Jakarta Ibu Kota Negeriku..., kami tengah berada di gerbangnya, hiruk pikuk para calo dan pedagang asonganpun terdengar lagi..., berbagai dagangan yang menarik hati, dari kacang goreng yang dibungkus kantong plastik keci, hingga berbagai barang bermerek (berjenama) walau tiruan, tapi tetap menarik hati..., sekali lagi kiat menyambung hidup..., simbol kerasnya hidup di negeriku...
Di pelabuhan ini adalah pelabuhan terlama yang disinggahi, lalu kapal melanjutkan perjalannya lagi..., hingga sampailah kami di pelabuhan Montok, selalunya singgah di pelabuhan ini lepas tengah malam..., kapal berlabuh, tidak sandar; kapal tongkang merapat, tongkang itu dipenuhi banyak orang, termasuk, sekali lagi kiat menyambung hidup dan simbol kerasnya hidup..., tak lama kapal singgah di sini, dan beranjak menuju destinasi berikutnya...
Kapal besar ini telah mengangkut kami..., anak-anakku sangat suka, kappal besar, serasa tiada ombak di bawah kami...

Sampailah kami di pelabuhan Kijang, pulau Bintan Kepulauan Riau, kapal menelusup masuk ke sebuah celah, lampu dihidupkan semua, tak terkecuali lampu merkuri, kami bergegas turun..., entah keberapa kalinya kami menginjakkan kaki di bumi Bintan ini..., kami melangkah ke luar pelabuhan..., dan melihat kapal itu sendirian..., bagaikan gedung menjulang dengn gagah perkasa..., dan aku yakin..., ini Indonesiaku, walau aku tak tahu adakah pula korupsi di balik ini...?!.
(FB)

DIAM

DIAM
Banyak orang mengira bahwa diam itu berlawanan dengan gerak, dalam arti yang diam berarti tidak bergerak, demikian pula sebaliknya, yang bergerak itu berarti tidak diam, padahal sesungguhnya gerak itu adalah rangkaiaan daripada diam. Hakekatnya tak ada gerak, yang ada hanyalah diam. Makin banyak rangkaian diam akan makin cepatlah apa yang diistilahkan dengan gerak, sedang makin sedikit rangkaian diam akan makin lambatlah apa yang diistilahkan dengan gerak. Diam dalam pengertian jiwa dan raga sebagai suatu kesatuan yang tak terpisahkan, sebab orang yang raganya banyak rankaian diam mungkin jiwanya tidak, atau sebaliknya atau berimbang.

Banyak rangkaian diam adalah merupakan sumber kegelisahan dalam hidup, sedang makin sedikit rangkaian diam akan makin memberi ketenangan dalam hidup. Makin dinamik maka akan makin tinggi tingkat kegelisahan, politik dan ekonomi adalah suatu contoh kongkritnya, yaitu sebagai suatu perujudan daripada banyak rangkaian diam itu. Seorang pertapa sejati sedikit rangkaian diam, maka akan lebih mendapatkan kebahagiaan daripada orang yang bergumul dalam kehidupan kebanyakan orang, demikian pula dengan seoarang sufi sejati, pendeta sejati, dan seterusnya, itulah perujudan daripada sedikit rangkaian diam. Hidup di negeri yang makmur dan memberi perhatian terhadap kesejahteraan rakyatnya juga banyak mempengaruhi terhadap sedikitnya rangkaian diam.

Orang yang menerima akan lebih bahagia daripada orang yang menentang, maka itulah muncullah ajaran tentang pandai bersyukur, keikhlasan maupun berserah diri dan lalu dikembangkan. Pandai bersyukur, keikhlasan maupun berserah diri merupakan perujudan daripada sedikit rangkaian diam. Makin sedikit rangkaian diam maka makin akan mendapat kan kebahagiaan. (AFOF, Cannington, 10 September 2015)
(FB)

KONSEP

KONSEP
Konsep itu penting, realita dalam kehidupan kita adalah suatu jelmaan konsep, namun memang tak semua konsep bisa kita jelmakan, namun yang nyata semua jelmaan dalam hidup dan kehidupan kita adalah merupakan buah daripada konsep. Konsep selalunya adalah ragam, tidak tunggal, yang tunggal pun akan ragam pula oleh sebab keragaman konteks dan subyek. Dapatlah kita ambil suatu missal, tatkala kita menyikapi bahan makan beras, manakala apa yang telah terbentuk di alam pikir dan rasa kita bahwa beras bisa kita konsumsi kapan pun juga, maknanya hingga telah berbubuk sekali pun, maka manakala konsep sedemikian itu dimiliki oleh Mentri Pangan misalnya maka jangan heran manakala banyak beras bubuk beredar di pasaran, namun manakala ia memiliki konsep bahwa setiap bahan pangan akan terpengaruh dengan beredarnya masa, dari yang semula segar hingga pada titik rusaknya (termasuk di dalamnya adalah beras), maka ia akan mengupayakan memetakan jangka masa segar, peralihan dan rusak. Dari situ pulalah ia akan memetakan skala kelayakan untuk dikonsumsi masyarakatnya. Hanya dalam keadaan yang sangat terpeksa sajalah yaitu setelah tidak ditemukan jalan lain ia akan mengambil kebijakan lain, sebagai langkah darurat.

Konsep yang telah menjelma dalam realita keseharian kita bisa membikin kesimpulan-kesimpulan yang bersifat permanen membentuk bangunan kesan yang seakan memanglah sebagai suatu keharusan. Acap orang tak lagi mampu membedakan antara bangunan kesan dan apa yang berada dibaliknya, yang justru itulah esensinya. Suatu misal pada masa lalu kita berpikir bahwa dapur itu selalu kotor, penuh jelaga, bukan hanya pada alat masaknya saja melainkan juga pada dinding-dinding dan atap dapur. Demikian pula tempat buang air besar dan kecil akan dikesankan kotor, berbau tidak sedap, penuh kuman, dan sebagainya, oleh sebab itu ruang dapur perlu dipisahkan dengan ruang tamu, tempatnya pun di bagian belakang. Demikian pula tempat WC, dan WC ini harus dipisahkan jauh-jauh dari aktifitas-aktifitas kita. Hal tersebut telah membentuk konsep tentang bangunan rumah dan benda-benda tadi.

Bangunan kesan oleh sebab dari perjalanan pengalaman, sedang esensi tak terpengaruh sedikitpun, maka itu orang yang cerdas dapat membentuk bangunan kesan baru. Pada jaman sekarang dapur bisa berhadapan dengan ruang tamu, bukan hanya berhadapan, melainkan boleh dikata sebagai satu kesatuan dengan ruang tamu; WC bisa ada dimana-mana, seperti di ruang cuci pakaian (laundry), di ruang sebelah tempat tidur kita, dengan pintu yang bisa saja selalu terbuka; juga WC bisa ada di kamar mandi yang juga menjadi bagian dari kamar tidur kita. Bahkan kamar-kamar mandi itu pun begitu luas serta seakan merangkpa fungsi sebagai kamar rias dengan desain yang begitu bagus dan rapih, tak ada air menggenang; suatu hal yang mungkin aneh dan tak masuk di akal manakala kita menggunakan konsep lama.

Sebagai contoh kongkrit, saat ini kami tinggal di sebuah apartemen, mana muka mana belakang saya tak tahu, yang nyata begitu masuk dari pintu utama rumah langsung ruang tamu, persis berhadapan dengan ruang tamu adalah dapur, tanpa dinding penyekat yang menutup diantaranya, ada dua kamar mandi yang seakan merangkap fungsi sebagai kamar rias, tak ada air menggenang di situ, tiga WC yang semua pintu-pintunya (termasuk pintu kamar mandi) sengaja tidak pernah kami tutup, kecuali saat dipakai tentu; ah..., apakah tidak bau kencing atau bau-bau yang lain...?; itulah konsep, tentu pertanyaan itu muncul oleh sebab konsep.

Memahami perilaku/sikap tindak sosial pun diperlukan pemahaman konsep.
(AFOF, Cannington, 12 September 2015)
(FB)

Wednesday, September 21, 2016

ANGSA DI LAKE MONGAR DAN BURUNG NURI DI BARRACK STREET

ANGSA DI LAKE MONGAR DAN BURUNG NURI DI BARRACK STREET
Oleh: A. Fuad Usfa
Persis satu minggu yang lalu, tepatnya 14 November 2016, saya ngobrol2 bersama teman via telpon, beragam hal yang diobrolkan, tentang penyembelihan hewan kurban di Indonesia, dll. Diantara isi obroral itu ada dua kisah yang saya shared di sini, yaitu kisah tentang angsa serta burung nuri (perot).

1. Angsa di Lake Mongar
Kawan saya itu pernah bekerja wira-wiri ke Lake Mongar Perth, dia cerita bahwa pada musim panas di situ banyak sekali angsa, hingga ribuan katanya, tapi bila lepas musim panas angsa2 itu entah pergi ke mana. pernah dia bertanya pada orang sekitar, menurutnya angsa2 itu pindah ke tempat lain yang jauh, baik di Australia sendiri maupun ke Eropa serta Kanada (-sambil bercanda sy tanya, pakai paspor mana?, hehe...). Suatu ketika ia lagi duduk santai di taman, sambil menikmati keindahan sekitar, tiba-tiba penglihatannya tertuju pada pada angsa bersama anak-anaknya di tepi jalan, mereka hendak menyebrang jalan, adapun yang menjadi perhatiannya yaitu ternyata sebelum menyebrang jalan induk angsa itu menoleh ke kanan dan ke kiri, dia bilang bahwa dia tersenyum simpul terasa lucu sekali gus ternyata cerdas juga, namun, begitu angsa bersama anak-anaknya itu sedang menyebrang datanglah mobil, mobil itu berhenti memberi kesempatan pada angsa-angsa itu untuk menyebrang, yang tentu relatif lambat, maka datanglah mobil yang lain dan yang lain lagi, sehingga banyak mobil yang terpaksa berhenti baik dari arah kanan dan kiri, termasuk mobil polisi. Kemudian polisi turun sekalian membantu menyebrangkan sambil memberi aba-aba menyetop kendaraan, untuk memastikan keamanan angsa-angsa itu.

2. Burung Perot di Barrack Street
Juga dia cerita perihal dua perot (saya katakan pada dia burung nuri, sebab di sini banyak sekali burung nuri). Al kisah, suatu saat dia jalan di Barrak Street, di situ dia melihat dua burung perot hendak menyebrang jalan, burung-burung itu rupanya bermasalah pada sayapnya (-saya sering melihat burung-burung kadang bertarung, mungkin itu sebabnya, wallahu a'lam-). Demi melihat dua burung itu sedang menyebrang jalan, kendaraan-kendaraan sama berhenti, karena Barrack Street kawasan ramai maka jalan jadi padat sekali, seseorang ke luar dari mobil memberi aba-aba menyetop mobil, mungkin dikhawatirkan ada yang tidak melihat keberadaan burung itu, sebab mereka kecil sekali tentu. Saat burung itu telah berhasil menyebrang jalan, maka barulah kendaraan-kendaraan itu sama berjalan.

Tentu hal seperti ini bukan pemandangan yang aneh di sini. Beberapa tahun yang lalu sayapun telah menulis status perihal satwa yang sejiwa dengan ini, dan insya Allah akan saya unggah kembali besok atau lusa.
Ada lagi cerita kawanku itu yang akan saya unggah dalam status saya, yaitu cerita dia tentang anjing di rumah sakit hewan, insya Allah di lain waktu. #Semoga kawan saya tersebut membaca status saya ini.
(AFOF, Perth WA, 21 September 2016).

Sunday, September 18, 2016

PENJAJAH DAN YANG TERJAJAH

PENJAJAH DAN YANG TERJAJAH
(Suatu Keanehan Namun Nyata)
Oleh: A. Fuad Usfa
Siapa sih sebetulnya penjajah itu?, dan siapa yang terjajah itu?, betulkah bangsa Indonesia beratus tahun telah dijajah oleh bangsa Belanda (khususnya)?. Kalau itu yang diutarakan dalam pelajaran sejarah kita, bagaimana dengan bangsa yang lain?, yang justru lebih lama bercokol menggerogoti nilai2 kebangsaan kita?, bahkan hingga kini telah menggerogoti dari ubun2 hingga tapak kaki kita?, dengan cara2 pemaksaan tanpa peri keadilan?, menyeret nadi2 kita pada satu titik negeri mereka, bangsa kita telah diseret secara batin dan lahir?, bius2 itu telah begitu tertanam, ditelan dan dimuntahkan oleh agen2 dan para demang2 mereka?, dan segelintir saja perwakilan jazadnya telah menjadi dewa2 di negeri kita; lalu tidak perlu disebut penjajahkah?. Kalau begitu pemahamannya, sungguh bukan hanya pembelajaran dalam teks2 sekolah yang timpang, melainkan dalam realita2 sosial kita.

Rasio kita telah digerogoti, lalu kita menjadi latah oleh sebab bius bius itu telah merasuk dalam nadi kita, hingga merengkuh jantung dan otak kita.
Suatu keanehan, namun nyata.

#ternyata tak lebih dari suatu permainan kata.
#saya yakin, banyak diantara kita yang tak terbaca sejarah uatu upaya pencerahan peradaban di baliknya.
(FB)

DOA (3)

DOA (3)
Oleh: A. Fuad Usfa
Mereka yang percaya doa, ternyata hanya bermunafik ria saja. Di saat 'doaku' dikabulkan, mereka malah berbondong2 menebar fitnah dan hoax, menebar kebencian dan permusuhan, turun ke jalan2 memprovokasi rakyat, mimbar2 pun telah terkotori sehingga susah dicari yang steril lagi, noda2 telah berlepotan di atas dan sekujur mimbar2 kita. Inti persoalannya adalah oleh sebab doa2 mereka tidak diterima Tuhan, tapi mereka tidak berani memprotes langsung pada Tuhan mengapa doanya tidak diterima.
(FB)

SIMBOL

SIMBOL
Oleh: A. Fuad Usfa
Contoh nyata kemunafikan...
Kesalehan yang ditampakkan dalam beribadah, SIMBOL
Bangunan2 tempat ibadah, SIMBOL
Pakaian2 yang kita pakai yg kononnya wajib2, sampai detail diatur2, SIMBOL
Sebut lagi yang lain, ah, SIMBOL
Apakah Tuhan telah begitu sibuknya dengan SIMBOL2?!
SIMBOL2 telah memabukkan manusia, dan kita jadi tertipu dengan SIMBOL2, sehingga segala macam cara dilakukannya, termasuk kesadisan2 membantai mereka2 yang tak berdosa, itulah terorisme sebagai SIMBOL pengabdian pada Tuhan?!, hari2 menghujat, memfitnah, menyerang, serta berbagai tindakan2 brutal lainnya, sebagai SIMBOL pengabdian pada Tuhan?!. Mengerikan..., semua itu demi SIMBOL...
(FB)

Keterangan: Tulisan ini sebagai respon terhadap kasus Bupati Banyu Asin yang terkena razia Operasi Tangkap Tangan oleh KPK saat usai melaksanakan doa keberangkatan naik haji (besoknya hendak berangkat naik haji), bahkan disinyalir terdapat bukti bahwa uang naik haji dibayarkan oleh pihak yang menyogok, jadi uang yang digunakan naik haji adalah uang korupsi.

Dan beberapa kasus seputar naik haji.

ISU AHOK DAN PENGKOPTASIAN TERHADAP TUHAN

ISU AHOK DAN PENGKOOPTASIAN TERHADAP TUHAN
Oleh: A. Fuad Usfa
Ada yang mengeshare berita, konon Yang Dukung Ahok Bakal Masuk Neraka...'. Seperti biasanya, dengan beragam caci maki dan yg sebangsanya, tentu tak lupa fonisnyapun dijatuhkanlah: "Yang tidak berani melawan Ahok akan masuk neraka. Salatnya, ibadahnya tidak akan diterima Tuhan. Hati-hati saudara.‎ Lawan Ahok sampai darah penghabisan, tidak usah takut," ujar dia. (Kutipan).

Sy hanya ingin komen: Sejak kapan diserahi kewenangan menjadi penguasa surga dan neraka...?. Oh..., betapa lemahnya Tuhan dalam pandangannya... Tuhan telah mengajarkan keberingasankah oleh sebab kelemahanNya?!, mengapa perilaku orang beragama begitu beringas dan mengerikan?!. Sekeji itukah Tuhan, apakah Tuhan itu dipahami sama dengan tuhan?!. Tuhan telah dikooptasi sedemikian rupa, hanya berdasar tafsir2 yang berazas pada azas2 kejahiliyahan. Ternyata Tuhan telah menjadi permainan kata, Tuhan sebabagai tuhan.

Kalau dibilang Islam adalah agama paksaan, diantara kita akan kebakaran jenggot bukan kepalang, dan itu akan dijadikan peluang pembenaran terhadap tindakan2 pemaksaan kita, dan bahkan keberingasan kita, kita tidak akan mengakui realias bahwa seperti itulah yang mendominasi pada kita, walau kita tidak pernah capek berkata Tuhan Maha Perkasa..., yang ternyata kita memaknai, tuhan maha perkasa..., Tuhan Tempat Bergantung..., yang ternyata kita memaknai, tuhan tempat bergantung, kalimat tuhan tempat bergantung punya makna yang sama dengan tuhan bergantung pada hambanya..., tuhan bergantung pada manusia..., suatu hal yang mustahil tentu...
(FB)

tUHAN

tUHAN
Oleh: A. Fuad Usfa
Setiap agama itu adalah agama lokal dan temporal, tidak ada agama universal, sebagaimanana juga tidak ada agama rasional maupun agama firah..., oleh sebab itu ajaran asli setiap agama hanya berkutat pada keadaan di seputar kelokalan saja, tidak lebih dari itu, baik Islam, Kristen, Hindu, Budha, Kong Hu Chu, Shinto, Kejawen, dst, seakan pengetahuan Tuhan hanya sangat terbatas. Bermunculanlah tafsir dari para penganutnya yg mencoba melengkapi keterbatasan pengetahuan Tuhan. Sesungguhnya Tuhan yang dimaksudkan adalah tuhan.
(FB)

MUJAMO

MUJAMO
Oleh: A. Fuad Usfa
Mujamo mengalahkan mukjizat para Nabi...?. Mukjizat telah diturunkan untuk mengukuhkan eksistensi keNabian dalam keyakinan garis darah Abrahimik..., baik dari garis Ishak (lebih khusus lagi Ya'kub) maupun Ismail, untuk kalangan sekeyakinan, tiada menyentuh pihak lain, sifatnya individual, tiada yg bisa masuk di dalamnya selain yang bersangkutan. Abrahamik ini kemudian merambah pada wilayah luar garis darah Ibrahim. Pada masa kemudiannya dari garis Ismail telah memunculkan istilah kafir sebagai pembatas.

Mujamo mengatasi semua garis darah, siapapun bisa memperolehnya dan untuk (telah) ditularkan demi dinikmati langsung, real dan faktual oleh semua manusia dan mahluk selain manusia, tiada yang terkecuali.Terkait dg istilah 'pembatas' ternyata dalam faktanya mujamo telah diturunkan pada kalangan kafir, dan telah dinikmati oleh semua manusia (-kita semua telah menikmatinya dengan enjoy, bahkan tak mungkin melepaskanya, demi Allah tak mungkin..., kita telah begitu tergantung kepadanya-), serta untuk (telah) dinikmati oleh makhluk selain manusia.

Mujamo, suatu realita yang jelas2 terbentang di tengah2 kita kita, kita telah bergumul di dalamnya, kita telah menikmatinya, dan hal yang tak mungkin kita pungkiri.

(AFOF, Perth, Medio Awal Musim Semi 2016).
(FB)

TUHAN MAHA PERKASA

oleh: A. Fuad Usfa
Tuhan Maha Perkasa, tentu mustahil dapat terkalahkan oleh mahluknya. Namun sangat disayangkan, ternyata telah kita saksikan suatu realita, bahwa untuk membuktikan keperkasaan Tuhan, sekelompok manusia berhimpun menyusun kekuatan dengan menghalalkan segala macam cara, dengan cara yang keji sekalipun. Memfitnah, hoax, manipulasi berita, atau yang sebangsanya. Seruan pertumpahan darah dan segala macam pengrusakan hasil peradaban manusia dilakukan. Membantai sesama manusia dengan segala kegembiraan, untuk mengharap pahala tuhan, sebagai pembuktian keperkasaan Tuhan... Kalau begitu caranya, berarti ternyata keperkasaan Tuhan itu hanya sebatas keperkasaan manusia yang bergerombol atas nama Tuhan saja..., menjadilah juga bermakna bahwa Tuhan maha sadis..., suatu hal yang mustahil tentu.

Seperti itulah aktifitas para teroris baik yang tidak dalam tanda petik maupun yang dalam tanda petik. :(:(:(
(FB)

MENGGAYUH MEMAHAMI EKSISTENSI TUHAN

Oleh: A. Fuad Usfa Eksistensi Tuhan Berbicara tentang Tuhan berarti berbicara suatu yang gaib, abstrak. Tidak bisa ditangkap dengan penca in...