Oleh: Aba
Senyum itu indah; hadiahnyapun bukan main, pahala dari Tuhan, tapi jangan terus menerus senyum, tak baik ah… hehe.
Sesuatu yang lucu bisa mendatangkan senyum, bahkan bila tak tahan jadi tertawa, bila tiada tahan lagi jadi tertawa terbahak-bahak, dan bila tak tahan lagi bisa perut jadi sakit, bila tak tahan lagi, aduh…, nyebut deh… hehe
Sering hidup ini jadi lucu, walau untuk hal yang tidak lucu, jadi tidak lucu itupun jadi lucu ya…?! Hehe
Anekdot di bawah ini konon terjadi di Bawean, tapi penulis tidak bisa menjamin kesahehannya, maklum katanya aja sih… katanya betul terjadi, entah lagi kalau yang dimaksuadkan adalah betul-betul terjadi bohongnya ya…?!, ya endak lha…!! Tapi tak apa kalau benar ya tak apa, kalau salahpun juga tak apa…, jangan ambil hati aja, namanya aja anekdot…, tapi kalau janji-janji politik benar enggak ya….?!, kalau benar ya alhamdulillah, tapi kalau tidak benar , wah…, anekdot juga ya….!!
Wah hidup itu penuh anekdot memang, diri kitapun kadang jadi anekdot, bilangin orang lucu, padahal kitalah yang lucu kata orang itu, bahkan lebih lucu lagi kali…, anekdot juga ya…
Oh iya, Pemilu udah berlalu, kampanye udah usang, tagih janji nih udah mestinya.., tul enggak ya…?!, jangan boongin rakyat dong…!!. ajang anekdotpun berarti udah mesti di cek, anekdot enggak ya…?!!, tapi jangan pikir politik itu slalu kotor lho…, tidak adil kalau begitu, sebab dengan politik itu keadilan dapat ditegakkan khan..?!, iya tentu kalau yang memegang kendali itu adil, kalau tidak, bisa dhalim dong… jadi anekdot lagi nih…!!
Ya…, marilah kita nikmati lucunya berikut ini:
*) Suatu ketika masuklah waktu Ashar, di sebuah masjid masih lengang, masuklah seorang anak muda, ia langsung menuju dekat mimbar, dengan cekatan ia mengambil mic dan menghidupkan sound, selanjutnya ia mulai mengumandangkan adzan, suaranya terdengar di seluruh kampung. Tapi aduh, tiba-tiba ia menemui kesulitan, yaitu tatkala ia mengalami kesalahan terhadap apa yang dikumandangkannya, semestinya mengumandangkan ‘hayya ‘alashshalah….’, tapi ia mengumandangkan ‘hayya ,alalfalah….’. Saat itu ia tertegun sejenak, sebab ia segera tersadar akan kesalahannya itu, oleh sebab itu ia kebingunagan, akan diteruskan tidak mungkin, akan dihentikannyapun tidak mungkin, demikian pikirnya. Di saat kebingungan itu mic diletakkan pelan-pelan, maunya sih segera keluar aja, tapi saat itu pula ia punya ide lain, maka mic yang sudah diletakkan tadi langsung disambarnya lagi, dan dengan suara keras, sekeras ia mengumandangkan adzan tadi, ia mengumandangkan ‘bule tasalah…., bule tasalah….’ (saya salah…, saya salah…). Orang-orang kampung sekitar masjid tercengang sejenak, lalu mendatangi masjid seraya memarahi sang pengumandang, ‘sapa kereak…, sapa kereak…’ (siapa kamu…, siapa kamu…). Namun setelah dijelaskan duduk persoalannya, mereka jadi tertawa geli (tak betta).
No comments:
Post a Comment