Oleh: Aba
Suatu perhelatan besar baru saja usai dilakukan, suatu perhelatan rutin tahunan di kampungku, ratusan juta rupiah uang terhamburkan, nuraniku berkata, paradoks dengan apa yang diharapkan untuk membina masyarakat mandiri dan berkesederajatan. 'Wartawan' nuraniku berhasil mewawancarai salah seorang 'duta nuraniku':
Wartawan : Assalamualaikum bapak…
'Sang Duta' : Wa alaikum salam…, o… pak wartawan rupanya…
Wartawan : Wah…, acaranya luar biasa bapak...
'Sang Duta' : Ya…, sungguh luar biasa…
Wartawan : Bagaimana pandangan bapak…?
'Sang Duta' : Bukan main, sungguh luar biasa, ya…, luar biasa, para pemimpin kita telah berhasil dengan menakjubkan, benar-benar telah berhasil dalam membina masyrakat makin berpola hidup konsumtif, berhasil dalam memotifasi tumbuh suburnya sifat riya', berhasil dalam menggelar pertunjukan kesenjangan sosial yang menganga lebar, berhasil dalam memajangkan keangkuhan strata (kelas) sosial atas terhadap yang bawah, berhasil dalam menafsir kemulyaan figur Rasul sebagai obyek perayaan adat atas nama agama sehingga tiada alasan bagi mereka yang telah terbius untuk bisa surut dengan advertensi pahala yang merupakan daya tarik yang luar biasa.
No comments:
Post a Comment