(Sebuah Ide, 'Padi Kepak' )
Oleh: Aba
Western Australia, Penghujung Musim Gugur 2011
Oleh: Aba
Western Australia, Penghujung Musim Gugur 2011
Perpustakaan merupakan gudang segala ilmu. Di situlah pustaka ilmu baik dalam sumber yang berupa kitab atau bahkan pustaka maya disua. Sebagai intermeso, andai ‘mereka’ itu bisa bicara tentu alangkah menariknya perbincangan ‘mereka’.
Penulis jadi teringat kampung halaman di mana kami lahir dan dibesarkan, andai kata ada Perpustakaan Umum/Public Library, dan disediakan buku-buku agama, filsafat, dan berbagai buku ilmu pengetahuan, termasuk juga untuk anak-anak --sebagai perbandingan, di sini untuk anak-anak disediakan ruang tersendiri yang didesain untuk selera anak, tapi merupakan satu kesatuan--, maka penulis pikir, bila demikian adanya alangkah indahnya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai telah dicita-citakan oleh Undang-undang Dasar 1945.
Memadailah disediakan buku-buku, tak usah dulu alat-alat modern semacam komputer dan selainnya, sebab itu membutuhkan dana besar, disamping pengadaannya, juga perawatannya, kecuali ‘satu/dua’ untuk disewakan (rental). Buku-buku karya sastra cukup menarik jua, termasuk yang klasik, sediakan pula yang cukup.
Ah…, tidak banyak yang mau datang ke perpustakaan, masyarakat kita tidak punya kesadaran yang tinggi untuk itu…, atau dengan kata lain, kesadaran masyarakat kita rendah…!!!. Demikian itulah sering kita dengar cibiran dari sementara orang. Penulis pikir, untuk itu kita perlu introspeksi diri. Lagi pula apakah semua orang harus datang mengunjungi, pinjam dan/atau membaca di perpustakaan?, atau setidaknya sebagian besar, atau setidaknya lagi 'sangat' banyak diantara mereka?, manakala begitu tentu kita akan sangat bersyukur, namun bilamana tidak, maka kita telah menyediakan fasilitas bagi mereka yang ingin maju; mengapa tidak?!.
Di perpustakaan juga bisa sambil membuka cafe, bisa didesain sedemikian rupa. Tidak semua tempat boleh makan-minum, misalnya hanya disediakan di verendah saja, atau entah bagaimanalah mendesainnya. Tentu yang dilarang keras adalah merokok, kecuali di area bebas, misalnya di luar. Jadi kalau mau, sambil baca bisa pula sambil menikmati hangatnya kopi atau teh, serta makanan ringan (camilan). Ide ini muncul setelah penulis memperhatikan di pusat Kota Perth terdapat toko buku besar yang juga ada cafenya dan di Perpustakaan Negara yang terletak di Kota Perth juga begitu.
------------
CATATAN:
Penulis jadi teringat kampung halaman di mana kami lahir dan dibesarkan, andai kata ada Perpustakaan Umum/Public Library, dan disediakan buku-buku agama, filsafat, dan berbagai buku ilmu pengetahuan, termasuk juga untuk anak-anak --sebagai perbandingan, di sini untuk anak-anak disediakan ruang tersendiri yang didesain untuk selera anak, tapi merupakan satu kesatuan--, maka penulis pikir, bila demikian adanya alangkah indahnya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai telah dicita-citakan oleh Undang-undang Dasar 1945.
Memadailah disediakan buku-buku, tak usah dulu alat-alat modern semacam komputer dan selainnya, sebab itu membutuhkan dana besar, disamping pengadaannya, juga perawatannya, kecuali ‘satu/dua’ untuk disewakan (rental). Buku-buku karya sastra cukup menarik jua, termasuk yang klasik, sediakan pula yang cukup.
Ah…, tidak banyak yang mau datang ke perpustakaan, masyarakat kita tidak punya kesadaran yang tinggi untuk itu…, atau dengan kata lain, kesadaran masyarakat kita rendah…!!!. Demikian itulah sering kita dengar cibiran dari sementara orang. Penulis pikir, untuk itu kita perlu introspeksi diri. Lagi pula apakah semua orang harus datang mengunjungi, pinjam dan/atau membaca di perpustakaan?, atau setidaknya sebagian besar, atau setidaknya lagi 'sangat' banyak diantara mereka?, manakala begitu tentu kita akan sangat bersyukur, namun bilamana tidak, maka kita telah menyediakan fasilitas bagi mereka yang ingin maju; mengapa tidak?!.
Di perpustakaan juga bisa sambil membuka cafe, bisa didesain sedemikian rupa. Tidak semua tempat boleh makan-minum, misalnya hanya disediakan di verendah saja, atau entah bagaimanalah mendesainnya. Tentu yang dilarang keras adalah merokok, kecuali di area bebas, misalnya di luar. Jadi kalau mau, sambil baca bisa pula sambil menikmati hangatnya kopi atau teh, serta makanan ringan (camilan). Ide ini muncul setelah penulis memperhatikan di pusat Kota Perth terdapat toko buku besar yang juga ada cafenya dan di Perpustakaan Negara yang terletak di Kota Perth juga begitu.
------------
CATATAN:
Cafe (dalam hal ini hendaknya didesain sekondusif mungkin), untuk perpustakaan kita hanya menyediakan minuman dan camilan saja, maksudnya agar kebersihan tetap terjaga.
No comments:
Post a Comment