Oleh: Aba
1. Dalam bukunya yang berjudul 'Ghirah' Hamka menulis kisah cinta antara Syeed Hosain dan Vijaya Laksmi Pandit'. Singkatnya; mereka adalah dua belia aktifis perjuangan, cinta telah merasuk hatinya, terajut deengan kokoh dan indahnya, namun rintangan telah menghalanginya untuk masuk ke jenjang perkawinan. Vijaya tetap di India, ia telah kawin, Syeed Hosain pergi ke Amirika..., tiada wanita yang sanggup menggantikannya, hingga rambut berjuntai uban... Itulah cinta.
2. Seorang ibu (kawan kami) telah bercerita, bahwa kawan beliau mempunyai beberapa anak, istrinya telah berpulang kehadirahNya justru di saat anak-anak masih membutuhkan kasih sayangnya, di saat anak-anak masih kecil2, --orang jawa biasa menyebut masih 'lembut2'--. Sang ayah tadi tak jua kawin lagi..., banyak pula kawannya yang menaru empati dan banyak pula wanita yang menyukainya...; bila disinggung hal perkawinan, jawabnya hanya: 'anak2 masih terlalu lembut..., biarlah ia tumbuh dulu...'. Itu pulalah cinta.
3. Di sebuah buku berjudul 'Ulama Sufi', syatelah membaca kisah Ali bin Hosain bin Ali bin Abi Thalib, Cicit Rasulullah SAW, beliau digelarkan pula Zainal Abidin, juga as-Sajjad. Suatu saat seorang pejabat penting selalu menghinanya..., namun di suatu saat yang lain sang pejabat itu masuk penjara karena kesalahannya. Selalunya orang akan baanyak bermanis2 kala kita berjaya, dan menjauh kala terpuruk, namun tidak demikian denggan Ali Zainal Abidin, beliau justru datang menjadi kawan dan memberinya bantuan dana yang ia perlukan... Itulah cinta, kemulyaan...
4. Seseorang hidup kesendirian, bagai ibarat tak seorang pun hendak menemaninya, namun ia hidup bahagia..., begitulah ia memilih jalan hidupnya... Itulah cinta jua.
5. Induk ayam telah menjaga anak-anaknya dengan penuh amanah..., jang ganggu ia, karena ia akan melawan..., tak lagi memikir akan kelemahannya, padahal kalau dalam keadaan biasa jangankan melawan, mendekat pun tak berani... Itulah pula cinta
6. Kisah keluarga R. Hafidz. Suatu ketika Taufiq R. Hafidz (beliau Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang), bersama istri dan adik kandungnyayang masih belia kecelakaan di ingosari Malang, saat itu sekira jam tiga menjelang subuh. Taufiq R. Hafidz dan adiknya meninggal dunia, dan istrinya cedera. Kawan dosen beliau segeera ke Jombang hendak memberitakan kejadian itu pada keluarganya, mulanya hendak menemui ibunya, tapi khawatir ibunya shock makka datanglah mereka ke rumah pamannya, selepas itu baru menemui ibunya yang sudah tua, namun apa yang terjadi, ketabahan yang menakjubkan, intinya beliau bilang inna lillahi Wa inna ilaihi raji'un, kehendak Alah telah terjadi..., dan ia mengantarkan jenazah kedua putranya itu pembaringan terakhirnya... Itu pulalah cinta.
Dari situ pulalah saya dapat tahu hal kisah anaknya yang bernama Salman R. Hafidz, yang dihukum mati atas kasus Tg. Periuk. Konon Salman sempat menulis tafsir saat di penjara, ia tak mau mohon grasi, saat orang menyarankan agar sang ibu bisa memohonkan grasi, sang ibu berkata, ia (maksudnya Salman) telah memilih jalan hidupnya, ia bilang pula sesungguhnya syuhad' itu tidak mati, melainkn ia hidup, hidup di sisi Tuhannya... Itu pulalah cinta. Taufik R. Hafidz adalah dosen kami, dan saat itu saya menjadi asisten daripada beliau, yaitu asisten dosen..., maka itulah saya sedikit-banyak juga tahu perkembangan peristiwa itu...
No comments:
Post a Comment