DI ANTARA KISAH HIDUP
Oleh: Abah
Teringat. Seketika sy berusia 14 tahun sy sakit, beberapa kawan menggoda, kamu nampak pucat sekali Puk, matamu juga cekung... Kata2 kawanku itu menjadi buah pikiran..., lalu aku ingat mati..., lalu teringat sorga dan neraka... Saat itu sy bukannya berpikir searah, seperti yg diutarakan kiai, guru dan ustadz kami..., melainkan muncul pertanyaan lain dalam benak ku... Sorga menyenangkan dan neraka amat sangat menakutkan, lalu di mana aku akan memasukinya?, bukankah yg aku anut ini bisa salah?, sebab agama lain mengatakan penganutnyalah yg akan bisa masuk sorga, yg lain neraka?, kalau begitu aku bisa masuk neraka..., ach mengerikan..., itu yg ada dalam benak sy saat itu... Tengah malam sy sering terbangun, sepertinya risau..., aku hanya bisa memendamnya... Lalu terbersit hasrat membaca buku bacaan ayah kami, aku ingat pertama kali aku sentuh adalah sebuah buku Tasauf Modern karya Hamka, berlanjut pada kitab fiqh, hadist, ilmu kalam, mustalahul hadist, qawaidul fiqh dan sy mulai menjalar pada buku2 pustaka pribadi paman ku yg bernama Moh. Syukan Said, ia adalah alumni Pondok Modern Gontor Ponorogo, dan beliau punya banyak koleksi buku..., lalu muncul pula keinginan membongkar majalah2 lama kepunyaan orang tua kami di sebuah almari tua (antik), almari itu besar, berukir2an, peninggalan mbah kami dari garis ibu yaitu R. Muhammad Said..., di situ aku dapati majalah2 lama yg saya ingat yaitu majalah Gema Islam dan Abadi..., majalah2 itu sy kumpulkan dan sy jilid, demikian pula majalah yg ayah kami tetap berlangganan yaitu Panji Masyarakat sy jilid pula, juga Majalah Kiblat yg walaupun ayah kami tiada berlangganan namun selalu beli, sy baca pula Majalah Al Muslimun terbitan Persis Bangil..., sy baca karya2 TM Hashbi Asshiddiq, A. Hassan, A. Qadir Hassan, dsb... (-Tentu sepintas dari bacaan2 itu org akan bisa menyimpulkan bahwa kami dari keluarga Masyumi-). Sy punya kawan berdiskusi (lebih tepat tempat kami ngangsu kaweruh) saat itu, yaitu kak Maeng (R. Ismail yg jg masih sedarah dg mbah kami yaitu R. Muhammad Said) Dusun (Kampung) Lau Sungai, beliau putra tokoh Masymi/Muhammadiyah di Bawean yaitu R. Syahruddin)... Kembali pada bacaan..., dari situ pulalah yg mengantar sy pada membaca karya2 pemikiran al Maududi, Sayyid qutb, Muhammad Qutb, Abdul Qadir Audah, Amir saqib Arselan, karena pd khakekatnya nama2 terdahulu yg karyanya sy baca boleh dikata merupakan pintu gerbang pada Maududi dst... Dan, entah sejak kapan, aku tak ingat lagi, bilamana bayangan tentang kematian dg pertanyaan yg merisaukan itu telah sirna dari benakku..., aku lupa... (AFOF 01114).
No comments:
Post a Comment