Oleh: Aba
Western Australia, Penggal Musim Bunga 2010
Aku amati detak jarum jam tanganku, kala aku sedang duduk di sebuah taman (park), yaitu ‘Centennial Pioneer Park’ di kawasan City of Gosnells, di area taman itu terdapat jalan yang disangga tiang-tiang besi, jalan itu dibuat sedemikian rupa sehingga nampak begitu indah, melingkar menurun hingga ke area bermain, di jalan itu aku amati orang berjalan kaki, tiba-tiba ada anak naik sepeda ontel menyelip si pejalan kaki. Aku pikir ada dua kata kunci di situ, yaitu yang cepat dan yang lambat, namun pun demikian semua itu dalam satu, yaitu dalam detak waktu. Adapun yang patut kita pahami bahwa mereka yang lambat dan yang cepat dan bahkan yang tercepat sekalipun tak pernah mampu mengalahkan waktu.
Aku amati jarum kecil pada jam tanganku, tak…, tik…, tak…, tik…, ternyata wakt yang lamapun hanya sedetik ditambah sedetik dan terus ditambah, dan akan diakhiri oleh detik jua. Detik ini kita lahir, lalu pada detik ini pula uban berjuntai di rambut kita dan pada detik ini pula ajal menjemput kita, tak pernah detik kemaren atau detik akan dating, sebab bila kemaren bermakna sudah terjadi pada detik itu, dan bila akan datang bermakna belum terjadi, hany Alah yang Maha Tahu. Maka yang dimaksud dengan masa (saat) adalah detik, masanya (saatnya) adalah detiknya. Tak ada yang mampu mendahului waktu. Bermain di arus waktu adalah suatu keharusan, keberhasilan detik ini belum tentu di detik yang lain, dan kegagalan di detik ini belum tentu di detik yang lain, masa hanya dalam perhitungan detik yang tiada terasa dalam derap langkah kita.
Western Australia, Penggal Musim Bunga 2010
Aku amati detak jarum jam tanganku, kala aku sedang duduk di sebuah taman (park), yaitu ‘Centennial Pioneer Park’ di kawasan City of Gosnells, di area taman itu terdapat jalan yang disangga tiang-tiang besi, jalan itu dibuat sedemikian rupa sehingga nampak begitu indah, melingkar menurun hingga ke area bermain, di jalan itu aku amati orang berjalan kaki, tiba-tiba ada anak naik sepeda ontel menyelip si pejalan kaki. Aku pikir ada dua kata kunci di situ, yaitu yang cepat dan yang lambat, namun pun demikian semua itu dalam satu, yaitu dalam detak waktu. Adapun yang patut kita pahami bahwa mereka yang lambat dan yang cepat dan bahkan yang tercepat sekalipun tak pernah mampu mengalahkan waktu.
Aku amati jarum kecil pada jam tanganku, tak…, tik…, tak…, tik…, ternyata wakt yang lamapun hanya sedetik ditambah sedetik dan terus ditambah, dan akan diakhiri oleh detik jua. Detik ini kita lahir, lalu pada detik ini pula uban berjuntai di rambut kita dan pada detik ini pula ajal menjemput kita, tak pernah detik kemaren atau detik akan dating, sebab bila kemaren bermakna sudah terjadi pada detik itu, dan bila akan datang bermakna belum terjadi, hany Alah yang Maha Tahu. Maka yang dimaksud dengan masa (saat) adalah detik, masanya (saatnya) adalah detiknya. Tak ada yang mampu mendahului waktu. Bermain di arus waktu adalah suatu keharusan, keberhasilan detik ini belum tentu di detik yang lain, dan kegagalan di detik ini belum tentu di detik yang lain, masa hanya dalam perhitungan detik yang tiada terasa dalam derap langkah kita.
No comments:
Post a Comment