LIMA POTENSI RASA
Oleh: A. Fuad Usfa
Setidaknya ada lima potensi rasa dalam diri setiap insan, yaitu rasa sosial, rasa susila, rasa seni, rasa inteletual, rasa agama. Tak ada insan yg terlepas dari rasa itu. Lingkungan adalah faktor yg membentuk kemampuan pengembangannya.
1. Rasa sosial.
Tak ada insan yg ingin hidup menyendiri, panggilan nuraninya selalu ingin hidup berkelompok, dari situlah muncul kelompok keluarga, kelompok sekawan, kelompok suku, kelompok ras, kelompok berbangsa, dll sebagainya.
2. Rasa susila.
Tak ada insan yg terlepas dg rasa ini, rasa malu adalah bagian dari perwujudan rasa susila ini, maka itu dalam setiap kelompok insan terdapat nilai2 susila yg menjadi bagian dari tatacar ber kehidupan kelompoknya.
3. Rasa seni.
Setiap insan tak akan ada yg terlepas dari rasa ini, mereka menyukai keindahan, serta keunikan yg mencerminkan keindahan. Dari sinilah insan menentukan nilai2 keindahan dan keunikannya. Perwujudannya tentulah tergantung pada skala ruang dan waktu. Suatu contoh diantara keunikan termaksud antara lain yaitu, di mana2 tempat sy menjumpai orang menjual pakaian sobek2, dijual di toko2 ternama dg harga mahal, dalam satu helai hingga berharga jutaan rupiah. Indah kah pakaian tsb?, mungkin tidak, tapi unik dalam 'keindahannya'.
4. Rasa intelektual.
Setiap insan tak ada yg terlepas dari rasa intelektual ini, tak terkecuali dalam masyarakat yg terbelakang pun. Rasa ini yg memunculkan manusia begitu peduli pada keingin tahuan, kemudian berkembang pada perenungan dan riset untuk membina kemaslahatan dalam kehidupan.
5. Rasa agama.
Setiap insan, di mana dan kapanpun juga, mengatasi ruang dan waktu tentu, tak ada yg terlepas dari rasa ini. Perwujudan dari rasa ini adalah, bahwa mereka mengakui suatu kekuatan yg ada di luar dirinya. Setiap individu dan kelompok beragam responnya terhadap realita yg dihadapinya, dari rasa ini pulalah yg menyebabkan munculnya bermacam2 agama di dunia. Setiap agama bermula dari kelompok kecil, di suatu daerah tertentu, kemudian berkembang sesuai tingkat agresivitas pengembangannya. Dari keadaan yg demikian itulah bisa kita pahami bila agama2 itu sarat dg simbol2 dari tradisi mana agama itu muncul, yg bahkan kemudian diyakini sebagai kebenaran universal.
(FB)
No comments:
Post a Comment