By: Kookaburra (A. Fuad Usfa)
Selain gambaran yg diutarakan kawan saya sebagaimana telah di utarakan di atas, perlu juga saya utarakan tuturan kawan (perkawananan) fesbuk saya bertanggal 25 Desember 2017, dua hari sebelum saya tulis torehanku ini. Ia berdomisili di Kanada, negara dengan kultur sosial yg sangat dekat dg Australia.
Di laman fesbuknya ia menceritakan tentang saat ia akan membayar pembelian mainan dua orang anaknya, tiba2 seorang ibu tengah baya cepat2 membayarkannya seraya berkata “saya bayarkan, mereka sangat cute, dan Selamat Natal” (terjemah dari saya).
Selanjutnya di laman fesbuknya itu ia mengutarakan bahwa menjelang Natal orang2 di sana berlomba2 menyumbang hadiah dan makanan, berlomba2 berbagi dan empati kepada siapa saja, baik yang dikenal ataupun tidak, tanpa memandang asal-usul, status, dan agama.
Sebagaimana yg telah saya utarakan di atas, tentu hal sedemikian itu tidak serta merta menjelma, melainkan oleh sebab terdapat konsep yg telah menjadi bagian dalam dirinya. Hal itu berjalan secara refleks.
(Cannington WA, 27 Desember 2017)
(BERSAMBUNG)
*Sebelum sy berbicara tentang pengalaman dan pengamatan saya, saya akan mengutarakan bagaimana kegiatan yg dilakukan kalangan Ahmadiyah di Inggris dalam suasana di momen Natal.
No comments:
Post a Comment