Oleh: Aba
Terdengar suara dari pengeras suara, kami dipersilahkan naik ke kapal, para calopun datang menghampiri, calo tempat, calo kasur, atau apa-apa lagi..., calo..., itulah di antara kiat untuk menyambung hidup..., suatu simbol betapa kerasnya hidup... Dari calo hingga penjaja berbagai barang dagangan, pedagang asongan.
Kami suka berkumpul bersama orang-orang, berkenalan, berbincang, saling berbagi, saling menolong, suatu simbol kehidupan bermasyarakat, alangkah harmonisnya saat itu, walau kami tak saling mengenal sebelumnya.
Tut..., tut..., tut..., kapal mengangkat sauh, kapal bergerak, dan melaju... Betapa gagahnya kapal ini, aku hitung ada tujuh tingkat, ada kantin, ada gedung bioskop, ada mushalla yang reopresentatif, ada yang lain lagi dan lagi..., menyenangkan..., atau mungkin juga ada kecoak, aku tak tahu..., aku kira kapal ini sebesar GKB kampus III UMM. Kapal menelusur hingga memasuki kawasan Jakkarta.
Jakarta Ibu Kota Negeriku..., kami tengah berada di gerbangnya, hiruk pikuk para calo dan pedagang asonganpun terdengar lagi..., berbagai dagangan yang menarik hati, dari kacang goreng yang dibungkus kantong plastik keci, hingga berbagai barang bermerek (berjenama) walau tiruan, tapi tetap menarik hati..., sekali lagi kiat menyambung hidup..., simbol kerasnya hidup di negeriku...
Di pelabuhan ini adalah pelabuhan terlama yang disinggahi, lalu kapal melanjutkan perjalannya lagi..., hingga sampailah kami di pelabuhan Montok, selalunya singgah di pelabuhan ini lepas tengah malam..., kapal berlabuh, tidak sandar; kapal tongkang merapat, tongkang itu dipenuhi banyak orang, termasuk, sekali lagi kiat menyambung hidup dan simbol kerasnya hidup..., tak lama kapal singgah di sini, dan beranjak menuju destinasi berikutnya...
Kapal besar ini telah mengangkut kami..., anak-anakku sangat suka, kappal besar, serasa tiada ombak di bawah kami...
Sampailah kami di pelabuhan Kijang, pulau Bintan Kepulauan Riau, kapal menelusup masuk ke sebuah celah, lampu dihidupkan semua, tak terkecuali lampu merkuri, kami bergegas turun..., entah keberapa kalinya kami menginjakkan kaki di bumi Bintan ini..., kami melangkah ke luar pelabuhan..., dan melihat kapal itu sendirian..., bagaikan gedung menjulang dengn gagah perkasa..., dan aku yakin..., ini Indonesiaku, walau aku tak tahu adakah pula korupsi di balik ini...?!.
No comments:
Post a Comment