PINDAH AGAMA
Oleh: A. Fuad Usfa
PINDAH AGAMA
1. Pengantar
Saya membaca dan mendengar, bahwa si fulan telah pindah agama..., bahkan bukan hanya sekedar membaca dan mendengar dari orang lain melainkan sy pernah ngomong2 langsung dengan orang yang pindah agama.
2. Bukan Hal Baru
Perihal pindah agama bukanlah hal yang baru, hal itu sudah terjadi sejak jaman dahulu, bahkan juga ada yang pindah-pindah agama. Penyebabnya tentu banyak, ada yang dengan sukarela dan ada pula yang terpaksa, atau bahkan karena dipaksa. Sukarela, terpaksa atau dipaksa tentu akan dirasakan oleh yang bersangkutan, tapi bagi generasi berikutnya tak akan pernah dihiraukan, apakah kakek nenek buyutnya terdahulu menerima dalam keadaan suka hati ataukah menderita tak akan menjadi kepeduliannya, sebagai generasi baru mereka hanya akan menerima begitu saja agama warisannya itu, terlebih manakala menguntungkan, yg tentu saja yang dimaksud menguntungkan disini dalam kalkulasi duniawi. Lalu dibentuklah. Segala daya dan upaya dikerahkan untuk membentuk serta mengembangkan, dari hal yg terjujur hingga yg terbohong, berbagai kejujuran dan manipulasipun dilakukan demi untuk itu, maka terjadilah sesuai yg dibentuk, lalu berlakulah pula hukum evolusi, kaedah bisnispun tak terkecuali menjadi bagiannya.
Generasi baru tak akan menggubris keadaan apa yg menyebabkan orang tua-orang tua mereka pindah agama, suka rela, terpaksa atau dipaksa. Atau dalam kasus (Irene ataupun Syaifuddin), mereka tak akan menggubris, apakah orang tua mereka telah mendapat perlakuan yang adil dari sesama, atau bahkan dari Tuhan ataukah tidak.
3. Sang Pendakwah
Kita sering dihebohkan dg berita2 bahwa si fulan telah pindah agama, bahkan bukan hanya sekedar pindah agama, melainkan mereka aktif menjadi pendakwah2 agama barunya itu, hal ini berlaku untuk agama apa saja, tak terkecuali, baik dari kalangan Islam, Kristen, hindu, dan seterusnya. Seperti Kiai Sadrah, yg nama kecilnya adalah Radin, kemudian setelah nyantri mendapat tambahan nama menjadi Radin Abas, dan setelah pindah agama Kristen mendapat nama baptis Sadrah. Belakangan ini ada Irene Handoyo, ada Syaifuddin Ibrahim, dan masih banyak yang lain lagi. Irene menjadi pendakwah Islam, sedang Syaifuddin menjadi pendakwah Kristen. Pada masa lalunya Syaifuddin telah mampu mengislamkan orang non muslim, setelah ia pindah agama Kristen telah mampu mengkristenkan orang Islam, bahkan konon sangat spektakuler.
4. Pindah-pindah Agama
Bukan hanya sejedar pindah agama, melainkan pindah2 agamapun juga terjadi, banyak contohnya, bahkan di negeri kita belakangan ini banyak yg gusar, ternyata banyak diantara mereka yg pindah pada agama tertentu, dan sudah dipublikasikan, ternyata pindah lagi pada agama semula. menjadi gusar oleh sebab jumlahnya banyak.
5. Ironis
Ada juga yg pada saat awal ia pindah agama, maka kalangan agama barunya itu menyambutnya dg baik, bahkan mengelu-elukannya, disambutnya bagai pahlawan, seakan dikalungkannya anugrah kebesaran; namun setelah masa betikutnya ternyata berbeda pandangan dengannya, atau dg 'madzhabnya', maka dicaci makinyalah hingga ke akar2nya, disesat2kannya, dan bahkan disebutnya gadungan, palsu, penyusup, srigala berbulu domba, dan sebagainya.
6. Dua Keadaan
Dua keadaan yg dihadapi oleh orang yang pindah agama, dan ini terjadi pada agama apa saja, tanpa kecuali, yaitu di satu sisi ia telah menjadi orang yg sesat, sebab ia telah masuk pada keadaan yg gelap, padahal sebelum pindah agama ia benar-benar berada pada keadaan terang benderang, maka itu ia patut untuk dikasihani, sebab ia telah memilih neraka daripada sorga. Demikianlahlah pandangan orang2 darimana si pindah agama itu berasal. Maksudnya adalah, apakah ia berasal dari Islam, Kristen, Hindu, dst.
Namun dalam waktu yang bersamaan, persis dalam waktu yang bersamaan, tak terhalang sedetik pun, ia telah dinyatakan mendapat hidayah, terbebas dari kesesatan, ia telah masuk ke alam yg terang benderang setelah sebelumnya berada di alam yang penuh kegelapan, disambutnya ia dg penuh kegembiraan dan suka cita, sebab ia adalah termasuk golongan orang-orang ahli sorga, ia adalah termasuk golongan orang-orang sang pemenang; seperti itulah kalangan agama barunya menyambutnya, dan dirinya sendiri merasa lega dan bahagia menyambut yg disebutnya sebagai hidayah itu dan bersiap untuk menyongsong sorga.
7. Hal yang Pasti
Bagi kita yang tidak termasuk orang yang pindah agama, namun mesti menyadari bahwa tentu saja orang tua-orang tua kita, entah kapan mulainya, dari pihak mana, entah mereka dalam keadaan terpaksa ataukah suka rela kita tidak tahu, namun kita bisa memastikan bahwa mereka telah melakukan pindah agama, yang lalu diwariskan pada kita. tak tahulah kita ini obyek ataukah subyek.
8. Posisi
Bagi kita yang tidak termasuk orang yang pindah agama, seandainya kita berada pada posisi seperti Irene atau Syaifuddin, dan yang lai-lainnya kala sebelum pindah agama dan sekali gus, dalam waktu yang bersamaan tanpa ada jarak waktu sedetikpun, juga berada pada posisi saat (detik) kini, apa sikap kita?. Maksud saya jangan pisahkan antara saat yang lalu dg (sekali gus) saat ini (secara bersamaan).
(AFOF, Perth WA, 17 Juli 2016)
(FB)
No comments:
Post a Comment