Oleh: Aba
Aku berasal dari sebuah kampung, yaitu kampung Kotta yang merupakan bagian dari kampung Sawah Luar. Rumahku tak jauh dari Masjid Jami’ Sangkapura, kira-kira seratus meter saja dari area masjid. Masa aku kecil dulu terdapat beberapa tempat yang dibilang angker dikampungku itu, yaitu di belakang Masjid Jami', di pacing-pacing, di kolpo-kolpo geluren (aliran anak sungai) e tete-tete belakang rumahnya Mak Jueng (almarhum bapak R. Jauhari, aku sebut namanya, semoga selalu dalam rahmat Allah SWT), di belakang rumah ay Endi (Almarhum KH. Kurdi, aku sebut namanya, semoga selalu dalam rahmat Allah SWT), di pohon buah merahnya mak Molek (almarhumah, aku sebut namanya, semoga selalu dalam rahmat Allah SWT), di sebelah rumahku katanya juga, yaitu di gedukkanna montor (garasi mobil) Polisi, walau tingkat keangkerannya rendah. Kononnya ada kuda semberani juga yang sering melintas tengah malam dari arah belakang Masjid Jami’.
Hantu-hantu yang biasa disebut kala itu adalah ‘oreng celleng’, ‘oreng pote’, ‘mata mera’, ‘ponteanak’, ‘kadeung’, ‘ocek-ocek nandeng’, ‘gettak markong’, atau mungkin ada lagi yang aku lupa.
Dulu banyak sesajen dipasang orang, ada telur rebus, beras kuning, bahkan juga sering-sering ada uangnya, dan lain-lain. Tempatnya biasa terbuat dari pelepah daun pisang, kadang juga sesajen itu dilarung.
Dan…, sekarang macam mana ya…?!!!
Hantu-hantu yang biasa disebut kala itu adalah ‘oreng celleng’, ‘oreng pote’, ‘mata mera’, ‘ponteanak’, ‘kadeung’, ‘ocek-ocek nandeng’, ‘gettak markong’, atau mungkin ada lagi yang aku lupa.
Dulu banyak sesajen dipasang orang, ada telur rebus, beras kuning, bahkan juga sering-sering ada uangnya, dan lain-lain. Tempatnya biasa terbuat dari pelepah daun pisang, kadang juga sesajen itu dilarung.
Dan…, sekarang macam mana ya…?!!!
No comments:
Post a Comment