Oleh: A. Fuad Usfa
Curhat atau curahan hati adalah suatu kondisi pelampiasan kegundahan hati oleh sebab berbagai problema. Curhat bisa pada diri sendiri, pada orang dekat, atau pada siapa yang dianggapnya bisa menerima untuk dicurhati.
Curhat bisa berbentuk lisan ataupun tulisan. Curhat itu selalu datangnya dari lubuk hati yang terdalam.
Muara curhatan bisa pada Tuhan, sedang bagi yang tiada percaya Tuhan yaitu bisa bermuara pada tuhan.
Apakah curhat itu identik dengan sampah?. Tentu tidak, walaupun seringkali dikesankan iya. Bagaimanapun juga curhat itu mempunyai makna, setidaknya bagi pihak yang bercurhat.
Bahkan tak kurang curhat yang menjadi mutiara indah yang mewarnai kehidupan, membeningkan hati dan mencerahkan pikiran kita. Dia bagaikan percik api yang disulutkan pada sumbu lilin di tengah kegelapan.
Maka jangan remehkan curhat itu. Curhatlah sayang selagi memamang hendak curhat, letakkan pada tempat dan waktu yang tepat. Bila perlu tulislah.
Banyak curhatan yang telah memberi rangsangan yang tiada tara bagi kemaslahatan ummat manusia. Ia telah merangsangkan gairah pembaharuan pemikiran dan pergerakan.
Bisa jadi si pencurhat tidak pernah membayangkan akan kecermalangan curhatannya, sebab mungkin saja curhatan itu baru terangkat saat yang curhat itu telah pergi.
Kita mengenal siapa Anne Frank, sang bocah Yahudi itu yang menulis kondisi yang ia alami di tengah-tengah kehidupan bangsanya. Dengan telaten ia menulisnya. Dan, tulisannya itu lalu dipublikasikan, bahkan diterjemah dalam berbagai bahasa, termasuk dalam bahasa Indonesia.
Kita tengok lagi catatan harian yang ditulis oleh Ahmad Wahib, sang santri dari Madura. Lalu tulisannya itu diterbitkan, dan telah membuka cakrawala pikir serta mengilhami pergerakan pemikiran dan pergerakan Islam di Indonesia. Cakrawala liberal Islam bergaung dari tetesan-tetesan penanya.
Kita mengenal juga siapa RA. Kartini. Curhatnya telah mengilhami alam pikir dan jiwa pergerakan kebangkitan wanita Indonesia.
Saya memasukkan pula dalam kategori ini tulisan dari KH. Masdar F. Mas’udi yang berjudul ‘Sesat yang Menyesatkan’, serta keluhan Muhammad Abduh yang mengatakan ‘dzabtu ilaa bilaad al-gharbi, roaitu al-Islam wa lam ara al-muslimiin. Wa dzahabtu ilaa bilaad al-‘arabi, roaitu al-muslimiin, wa lam ara al-Islam’ (aku pergi ke negara barat, aku melihat Islam, namun tidak melihat orang muslim. Dan aku pergi ke negara arab, aku melihat orang muslim, namun tidak melihat Islam).
Banyak pula catatan-catatan harian kita temui di berbagai toko buku.
Dalam makna yang lebih luas lagi banyak pula saya membaca buku-buku bersumber dari binar-binar curhatan.
Curhatlah sayang, jangan anggap curhatan tak bermakna dan hanyalah rengekan cengeng dari anak manusia, bisa jadi itu adalah mutiara ‘langit’ yang dibisikkan pada nurani kita untuk kehidupan.
Curhatlah sayang, selagi masih bisa curhat.
(Cannington WA, 6 Januari 2019)
Ed.rev.
No comments:
Post a Comment