Oleh: A. Fuad Usfa
Mendengar kata framing pikiran kita akan tertuju pada media massa. Dalam konteks itu framing adalah membingkai suatu peristiwa. Framing digunakan untuk untuk memahami bagaimana perspektif yang digunakan wartawan atau media massa saat menyeleksi isu dalam menulis berita.
Framing merupakan suatu metode tentang penyajian suatu realita, yang mana kebenaran peristiwa itu tidak diingkari, hanya saja diarahkan pada penonjolan aspek tertentu yang dipilih.
Begitulah pada garis besarnya. Oleh sebab itu, dalam membaca berita media massa diperlukan sikap kritis kita. Tidak hanya sekedar menelan apa adanya sebagaimana yeng tertera di media itu. Bila memang tidak menemukan media massa yang netral, setidaknya kita bisa mencari berita bandingan.
Janganlah sampai hanya sepihak saja. Apa lagi hanya berdasar media sosial (medsos). Apa sebab?. Sebab sering kita lihat, di medsos itu sering tidak jelas juntrungnya. Jangan sampai diantara kita jadi tidak bisa memilah antara mana yang hoax, propaganda murahan, dan sebagainya. Apapun juga sampulnya.
Ternyata memang perlu ke hati-hatian. Dalam realita keseharian kita, tidak kurang diantara kita yang menganut ‘teori’ (dalam tanda kutip😞) pokoknya sesuai selera. Hal yang seperti itu tidak sulit kita jumpai dalam realita keseharian di kehidupan kita.
Apakah framing itu hanya terkait dengan media massa ‘resmi’ saja?. Tentu tidak.
Framing itu adalah bagian dari kehidupan kita. Maka itu kehendak bebas kita selalu diuji. Kehidupan kita ini tidak terlepas dari ‘framang-framing’. Keberadaan kita saat ini adalah sebagai konsekwensi logis dari ‘framang-framing’ yang telah terjadi atas kita. Pembingkaian itu terus menerus terjadi secara berkesinambungan.
Bisalah kita perhatikan, aspek apa saja yang terjadi atas diri dan lingkungan kita.
Marilah kita renungkan bersama. Ternyata sebagian besar dari hidup kita tak lebih dari hanya sekedar obyek ‘framang-framing’. Untuk itu kita perlu menyadari dan membuka diri, serta lebih bersikap positif dalam menyikapi kehidupan.
Marilah untuk tidak sekedar mengkritisi ‘framang-framing’ media massa saja, sebab saya melihat bila mendengar orang bicara ‘framing’ selalu konotasinya pada media massa saja. Padahal lebih dari itu, bahwa pembingkaian itu merupakan bagian dari kehidupan kita, tidak lepas dari keberadaan kita, yang telah melilit di diri dan sekitar kita.
Lalu, bagaimana kita harus menyikapinya?. Saya berpikir, merdekakan diri kita..., akses segal berita untuk penyeimbang, baca berbagai tulisan dan buku-buku ilmiah yang memuat teori-teori dari berbagai perspektif. Jangan hanya dalam perspektif yang itu-itu saja. Sebab bila hanya perspektif yang itu-itu saja bisa menyebabkan kita terbius. Luaskan wawasan kita. Siapkan diri kita untuk menjadi pemilih jalan hidup dengan merdeka. Memang tidak mungkin bisa sepenuhnya, mustahil, namun setidaknya kita bisa menyadarinya bahwa kita memilih di antara berbagai pilihan dengan pilihan kita secara sadar dan merdeka.
(Cannington WA, 14 April 2020)
Ed. Rev.
No comments:
Post a Comment