Seri Pendidikan:
Oleh: A. Fuad Usfa
Dalam hemat saya, ada suatu hal yang perlu kita lihat ulang di seputar dunia pendidikan seputar kita. Dunia pendidikan dalam pengertian luas.
Salahsatu hal mendasar adalah tidak pernah dikembangkan dengan sadar pendekatan edukasi ‘kaya pilihan’ (dikenalkan berbagai pilihan-pilihan alternatif). Selama ini pendekatan kita adalah pendekatan hitam-putih.
Perdekatan dunia pendidikan kita adalah doktriner. Ini berlaku secara luas, mencakup segala macam aspek. Kita hanya memahami satu adalah satu-satunya.
Stres dan segala macam sinis yang berkembang pada sinisme, serta segala macam intimidasi dan kekerasan muncul diperparah dari pola semacam ini.
Hal tersebut tumbuh subur oleh sebab persoalan edukasi yang dianut di tengah-tengah kita.
Salah satu contoh, perhatikan dalam pendidikan sejarah dan pendidikan tarikh yang disuguhkan pada kita. Pendekatan kekerasan fisik dan intimidasi sangat dominan. Sedang pendekatan pendekatan diplomasi hampir tidak dikenalkan.
Contoh lain lagi yang jelas ada di hadapan kita, dalam hal makanan, hanyut dengan doktrin Orde Baru, seakan yang dimaksud dengan swa sembada pangan adalah semata swa sembada beras. Walau pernah disentuh tentang makanan asli daerah-daerah yang tersebar di seluruh penjuru bumi nusantara kita, namun seakan hanya sekedar ‘cagar budaya’ yang mati. Dari situ muncullah diskriminasi atas pangan. Termasuk anti terhadap pangan tertentu.
Berilah dalam contoh yang lain seperti dalam hal budaya, dan sebagainya. Seperti itulah ujudnya.
Dalam banyak hal sering dilihatnya secara dikotomistik.
Dunia pendidikan kita tidak mengenalkan pendekatan ‘kaya pilihan’.
Sehingga hitam-putih seakan telah menjadi bagian dari identitas keperibadian kita.
(Cannington WA, 8 Februari 2020)
Ed.rev.
No comments:
Post a Comment