Oleh: A. Fuad Usfa
1. Pengantar
Tulisan ini diangkat dari tulisan saya beberapa tahun yang lalu (2008), yang berjudul ‘Peran Orang Bawean Dalam Membina Keislaman di Australia’.
Tulisan itu telah dipublikasikan melalui ‘Media Bawean’ serta berulang saya unggah di fesbuk dan juga saya unggah di tumblr, serta juga dimuat di media lain.
Pada tulisan ini saya hanya mengangkat dari aspek sejarah masuknya saja.
Oleh sebab tulisan ini masih berdasar tulisan 2008, walau di sana-sini sudah saya coba menyesuaikan, namun masih memerlukan masukan dari berbagai pihak.
2. Pendahualuan
Australia adalah salah-satu negara yang mengeluarkan kebijakan multiculturalisme. Penduduknya berasal dari lebih seratus negara di dunia.
Di antara itu terdapat orang-orang Bawean (Boyan). Umumnya mereka tinggal Australia Barat.
Orang Bawean datang ke daratan Australia (Barat) melalui pulau Christmas yang juga masuk bagian dari Australia Barat (sejak 1957).
3. Penduduk Australia
Australia merupakan negara besar yang menguasai satu benua, yaitu benua Australia. Di samping itu terdapat kawasan seberang, seperti Tasmania, pulau Christmas, pulau Cocos, pulau Heard, dan lain-lain.
Australia dihuni oleh penduduk asli sejak lebih kurang enam puluh ribu tahun yang lalu. Penduduk asli tersebut dikenal dengan Aboriginal (Indigenous People).
Pada tahun 1770 seorang penjelajah Inggris yang bernama kapten James Cook mendarat di pantai timur Australia. Ia berpendapat bahwa daratan tersebut merupakan daerah yang patut untuk menjadi daerah tempat bermukim. Sejak itulah penduduk berbangsa Inggris dan Irlandia berdatangan.
Pada 26 Januari 1788 dibangunlah pelabuhan Jackson oleh kapten Arthur Philip di New South Wales. Hari tersebut hingga saat ini dikenal dengan Hari Australia.
Sebelum itu, di sepanjang abad 17 orang-orang nelayan Bugis telah memasuki daratan Australia. Diantara mereka banyak yang menetap dan berbaur dengan penduduk asli.
Orang-orang Cina, India, Jerman memasuki Australia pada abad kesembilan belas.
Setelah perang dunia kedua banyak lagi orang-orang Eropa memasuki Australia. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang Yunani dan Italia.
Antara tahun 1947 banyak juga orang migran dari Libanon. Demikian pula 1975 sejak pecah perang saudara di Libanon.
Orang-orang Indonesia secara umum mulai masuk sekitar lepas paruh dekade 1970an, demikian juga orang-orang dari daratan Indo-Cina seperti Vienam, Cambodia, dan Laos. Orang-orang Melayupun mulai masuk sekitar tahun itu, termasuk orang-orang Bawean (Boyan).
Tapi sebelum dekade 70an itu orang-orang Indonesia, Malaysia (Melayu) telah bermukin di pulau Kokos dan pulau Krismas.
Antara 1970an hingga 1990an banyak berdatangan pengungsi-pengungsi dari Chili dan El Salvador, Hong Kong, Libanon, dan Yogoslavia.
Sampai saat ini penduduk negara Australia dihuni oleh orang-orang yang berasal dari lebih seratus negara di dunia.
Maka untuk eksistensi keberagaman itu dikeluarkanlah kebijakan ‘multiculturalism’.
4. Pulau Bawean dan Bahasa
Pulau Bawean terletak di Laut Jawa, kira-kira 80 mil laut sebelah utara Kota Gresik, terbentang antara 5.43’ dan 5.52’ LS, antara 112.34’ dan 112.44’ BT, dengan luas kira-kira 300 km2.
Penduduk sekitar seratus ribu jiwa, mereka merupakan komunitas tersendiri yang berbeda dengan komunitas Jawa, Madura, Kalimantan dan seterusnya.
Komunitas Bawean membina kebudayaannya sendiri termasuk bahasa. Mereka menyebut bahasa pengantar yang digunakan sebagai bahasa Bawean.
Bahasa Bawean sebenarnya adalah bahasa Madura yang telah termodifikasi secara evolusi, sehingga terdapat perbedaan ‘di sana-sini’ dengan bahasa asal. Sebagaai gambaran dapatlah kiranya diumpamakan bagai bahasa Melayu dan bahasa Indonesia.
Sebenarnya bahasa Madura yang umum berasal dari bahasa melayu, coba kita cermati kata demi kata, seperti jelan=Jalan, engkok=aku, sakek=sakit, roma=rumah, tak endek=tak hendak, tedung=tidur dan seterusnya, sedang bahasa madura halus berasal dari bahasa jawa, coba cermati kata perkata seperti enggih=inggih, panjennengan=panjenengan, kawulo=kawuleh dan seterusnya.
5. Merantau
Pada saat saya mengadakan penelitian di tahun 1997, saya mendapatkan ungkapan yang katanya merupakan salah satu falsafah orang Bawean, yang mengatakan:
Jhek ngabukkak sewek
Saghitakna ngabukkak langgek
Jhek ngabukkak langgek
Saghitakna andik bekal
Maksudnya:
Jangan menikah dulu
Sebelum pergi merantau
Jangan pergi merantau
Sebelum punya bekal
Adaapun yang dimaksud bekal adalah bekal lahir dan batin. Bekal lahir adalah pertahanan diri yang diwujudkan dengan kuntau (konto) dan bekal batin dalam pengertian pengetahuan agama.
Wilayah perantauan utama daripada orang-orang Bawean, selain tanah Jawa adalah di kawasan melayu semenanjung, mulanya kawasan Singapura dan Riau Kepulauan, kemudian memasuki kawasan Malaysia semenanjung. Dikawasan ini nama Bawean dikenal dengan BOYAN.
Secara umum orang-orang Boyan ini datang dengan tidak membawa berbagai problema sosial. Datuk-moyang orang-orang Boyan telah datang dengan menabur nama yang harum, bergaul dengan santun, tidak tercatat dalam sejarah datuk-moyang orang-orang Bawean yang membikin berbagai keresahan sosial semacam penjarahan, perampasan hak, pembunuhan dan lain-lain sebagai penyebab keresahan masyarakat, baik dengan penduduk asal ataupun dengan sesame orang Boyan. Kalaupun ada tidak lebih dari sekedar pengecualian yang tidak mendapat pembenaran kelompok. Maka itulah kiranya kata Boyan dengan indah telah bergaung di tanah perantauan mereka itu sejak lebih dari satu abad yang silam.
Kata BOYAN itulah salah satu peninggalan yang paling MONUMENTAL dari datuk-moyang orang Bawean di tanah perantaauan utamanya itu. Mereka telah berbaur dengan elegan. Maka saya berpikir, disitulah letak keluasan wawasan pergaulan mereka telah teruji.
Dari perantauan di tanah melayu semenanjung ini kemudian orang-orang Bawean menjangkau kawasan Australia sebagai telah diutarakan dalam bagian terdahulu, yaitu bermula dari membina kehidupan di pulau Christmas. Di pulau Krismas reka hidup di sebuah kawasan yang disebut Kampong (Kampung) Melayu.
Hidup dalam kampong ini adalah orang-orang Melayu yang di dalamnya meliputi juga orang-orang keturunan Bawean. Mereka berbaur menjadi satu sebagai satu komunitas.
6. Tempat Bermukim Orang-orang Bawean di Australia
Sebagaimana telah kita pahami bersama, bahwa Australia adalah hamparan tanah satu benua yang amat luas. Negara Australia disebut Commonwealth of Australia, terdapat enam Negara Bagian (state), yaitu Western Australia, South Australia, Queensland, New South Wales, Tasmania, Victoria, serta dua wilayah Kekuasaan (Major Mainland Territories), yaitu Northern Territory dan Australian Capital Territory.
Wilayah terbesar adalah Australia Barat. Australia termasuk Negara yang sejahtera, pendapatan perkapita berada sedikit di atas Britania Raya, Jerman dan Prancis. Berdasar survey majalah The Economist di tahun 2005 Australia berada pada peringkat ke enam dalam kualitas hidup. Australia kaya dengan hasil tambang, hasil tambang terbesar adalah minyak dan gas, batu bara, biji besi, perak, emas, bauksit, uranium dan timah. Daerah pertambangan minyak dan gas, biji besi, emas dan bauksit terbesar terdapat di Australia Barat (Western Australia).
Di wilayah inilah orang-orang Bawean berdomisili. Sebagian besar mereka tinggal di Perth dan sekitar, sedang sebagian kecil tinggal di wilayah jauh (country side), seperti antara lain Port Headland, Geraldton, Mount Newman. Dalam populasi yang lebih besar persebaran orang-orang Melayu dan Kokos lebih luas lagi.
7. Jalur Masuk Orang Bawean (Boyan) ke Daratan Australia
Orang-orang Bawean memasuki Daratan Australia diparuh dekade VII abad XX. Mereka masuk daratan Australia melalui pulau Krismas, dan mereka masuk ke pulau krismas melalui Singapura.
Pulau krismas adalah sebuah pulau dengan luas sekitar 135 km2, terletak di samudra Indonesia, sekitar 500 km di selatan Jakarta dan 2.360 km di sebelah barat daya Perth Australia Barat. Iklimnya masuk dalam iklim tropik.
Kapten William Mynors menamakan pulau tersebut dengan pulau Krismas sebagai kenangan awal mula ia bersama kapal Royal Mary dari East India Ship Company sampai di pulau tersebut, yaitu bertepatan dengan hari natal (Christmas), 25 Desember 1645.
Kawasan pemukiman terdapat di ujung utara, antara lain Flying Fish Cove (Kampong), Bandar Silver, Poon Saan, dan Drumsite.
Pada tahun 1888 Clunies-Ross Brothers mendirikan usaha mengumpulkan kayu balok dan pengumpulan untuk industri di Flying Fish Cove, setelah sebelumnya menguasai kepulauan Keeling atau yang dikenal pula dengan nama kepulauan Kokos *)
*)Disebut Keeling oleh sebab orang yang pertama menemukan kepulauan tersebut
bernama Kapten William Keeling, yaitu pada tahu 1609. Adapun disebut kokos (asal kata, coconut), oleh sebab tumbuh kelapa di serata kepulauan tersebut.
Untuk mengembangkan usahanya Clunies Ross melalui Alexander Hare mendatangkan tenaga kerja antara lain dari Bali, Bima, Sulawesi, Madura, Sumbawa, Timor, Sumatra, Batawi dan Cirebon. Tahun 1857 kepulauan ini berada di bawah kekuasaan Inggris, yang pada tahun 1867 diletakkan di bawah Singapure.
Setelah kejatuhan Singapura ke tangan Jepang pada tahun 1942 kepulauan Kokos diletakkan di bawah Sri Langka, yang selanjutnya dpada tahun 1946 dikembalikan lagi pada Singapura.
Pada 23 Nopember 1955 kepulauan Kokos ini dipindahkan di bawah kekuasaan Australia.
Interaksi antara orang-orang Bawean dan orang-orang Koks terjadi sejak di pulau Krismas dan berlanjut setelah mereka pindah ke daratan Australia.
Kembali pada pokok bahasan tentang pulau Krismas, pada tahun 1887 dilakukan penelitian tentang potensi sumber daya alam. Penelitian terhadap bebatuan dikirim ke Sir John Murray untuk diteliti lebih lanjut, dari situ diketahui terdapat banyak kandungan fosfat.
Tidak lama setelah itu dilakukan penambangan fosfat oleh Clunies-Ross. Sebagai tenaga kerja dari pertambangan itu didatangkan pekerja-pekerja dari Singapura, Cina dan Malaysia.
Dari situlah bermula datangnya orang-orang etnik Cina dan Melayu. Orang-orang Bawean yang sebelumnya telah settle di Singapura termasuk diantara mereka.
Pada tahun 1915 H. Mukri yang biasa juga dipanggil pak Ay telah menjadi Kepala Kampung (Melayu), sekaligus juga sebagai Imam. Baliau adalah keturunan Bawean asal Desa Lebak Kecamatan Sangkapura. Fungsi Imam adalah membina Mesjid, mengajar agama bagi anak-anak khususnya, dan ummat islam umumnya,memimpin ritual-ritual keagamaan, ceramah-ceramah agama, manikahkan dan lain-lain yang berhubungan dengan bidang keagamaan. Di samping itu H. Mukri juga diberi hak untuk merekomendasi orang-orang yang hendak bekerja di pulau Krismas, bilamana perusahaan membutuhkan.
Pada tahun 1939 Mohammad Isa bin Sulaiman berangkat ke pulau Krismas melalui Singapura. Ia berasal dari Perak Malaysia, bersamanya terdapat 6 orang Bawean asal Desa Lebak, yaitu H. Mahmud, H. Hefni, H. Subadar, H. Rusdi, H. Dahlan, dan H. Maksum.
Pada tahun 1944 H. Mohammad Isa bin Sulaiman menikah dengan Hj. Sumriyah bin H. Ismail yang juga keturunan Bawean asal Desa Lebak, Hj. Sumriyah lahir di pulau Krismas. Dari pernikahannya itu dikaruniai 13 anak, diantaranya 1 di Singapura sedang yang 12 di Daratan Australia (WA). Salah seorang yang bernama Zulkifli menikah dengan Khamisah, salah seorang anak daripada H. Gazali, yaitu orang Bawean asal dusun Gunung-gunung Desa Patar Selamat, yang istrinya juga dari dusun yang sama, tapi kelahiran Singapura, bernama HJ. Salmah, dan masuk pulau Krismas pada tahun 1962.
Bersamaan dengannya terdapat pula dua orang Bawean asal Desa Lebak, yaitu H. Safri dan Ahmad Sarbini. H. Gazali masuk daratan Australia pada tahun 1982.
H. Ismail wafat di Makkah saat usai menunaikan ibadah haji.
Saat H. Mukri pulang kampung, Kepala Kampung digantikan oleh H. Husain bin Mat, ia berasal dari Malaka-Malaysia, adapun wakilnya adalah H. Mohammad Isa bin Sulaiman.
Pada masa itu H. Husain meminta kepada kompeni agar diangkat Imam, dan di masa tersebut terdapat beberapa imam, diantaranya adalah H. Hefni, ia adalah orang Bawean asal Desa Lebak.
Di saat H. Hefni sakit, maka ia memilih untuk pulang kampung.
Sekitar 1960 H. Husain bin Mat pulang kampung, dan sebagai penggantinya adalah H. Mohammad Isa bin Sulaiman.
Setelah H. Mohammad Isa bin Sulaiman pindah kedaratan Australia di tahun 1977, kepala kampung dijabat oleh Saleh bin Harun asal Malaka-Malaysia.
Sebelum tahun 1977 telah terdapat orang-orang keturunan Bawean yang berdomisili di pulau Krisma pindah ke daratan Australia.
Pada tahun 1975 Gani Majid bersama adiknya Puad Majid telah mula pindah ke daratan Australia, Gani melanjutkan sekolahnya di Perth, yaitu di Wembley Technical School. Selepas itu ia bekerja di Perth.
Gani menikah dengan Rabi'ah binti abdul Aziz keturunan India kelahiran Singapura pada tahun 1985.
Selepas tahun 1975 banyaklah orang-orang Bawean di pulau Krismas pindah ke daratan Australia (Australia Barat).
Bererapa orang tua yang pindah sekitar 1976 antara lain adalah H. Miftah, H. Marzuki, H. Majid, H. Dafir, H. Zuhdi alias H. Guppan, H. Mashud, H. Mabi, H. Syafri, H. Syaifi, H. Dafir , H. Mu'in dan H. Husni.
Keturunan-keturunan mereka sebagian besar berdomisili di daratan Australia, hanya 'satu dua' saja yang tinggal di Singapura dan/atau di pulau Krismas.
Jadi sejak paruh dekade 70an itu orang-orang Bawean yang tinggal di pulau Krismas mulai banyak yang pindah ke daratan Australia (Perth). Diantara mereka ada juga yang ke Singapura, namun tak lama kemudian juga pindah ke daratan Australia via Singapura.
Disamping itu terdapat pula yang masuk daratan Australia langsung dari Singapura, seperti Yohana keturunan Bawean asal Desa Daun serta juga Suhaimi, tapi tidak banyak dan bisa dihitung dengan jari sebelah tangan.
Atas dasar realitas sebagaimana di gambarkan di atas, maka dapatlah dipahami bila diantara mereka menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar.
Baru setelah memasuki paruh dekade 80an mulai terdapat orang-orang Bawean yang masuk daratan Australia dari jalur selain tersebut di atas,namun dari mereka itu tidak terlepas dari keberadaan keturunan orang-orang Bawean dari pulau Krismas, dalam arti terdapatnya hubungan perkawinan dan/atau keluarga, seperti antara lain H. Gufran Yusuf beserta keluarga (istri: Faridah, dan putra-putri: Faizah, Faiqah, Fadiyah, Fatin, dan A. Ghafur), Khairuddin Bahar, Abdul wahid Jufri, Zuhnan, Minwari, Rosidah pada dekade 80an, Nursyidah, Jamal Siraj, Badrun Akhwan,Manarul 'Aini, Zakiyah, Agus, pada dekade 90an. A. Fuad Usfa beserta kedua putra-putrinya, yaitu Gamal Fanani dan Alba Fathiyatun N di tahun 2007, Rasyid (kelahiran Singapur) sekitar 2009 atau 2010, dan ada lagi dua orang yang datang pada dekade 2010an.
Hingga saat ini belum ada data yang mencatat berapa jumlah keturunan orang Bawean di daratan Australia, khususnya Australia Barat, diperkirakan terdapat tidak kurang dari 700 (-catatan: hanya perkiraan saja-) keturunan orang Bawean termasuk dari perkawinan campur dengan keturunan orang melayu, Kokos, Jawa, India, Eropa, dan sebagainya.
Diantara keturunan mereka yang lahir di Singapura dan Pulau Krismas banyak yang sudah tidak lagi menguasai berbahasa Bawean dengan fasih. Adapun yang lahir di daratan Australia tidak bisa lagi menguasai berbahasa Melayu, tapi mereka mengerti. Sedang terhadap bahasa Bawean mereka sudah tidak bisa lagi, walau masih ada yang bisa mengerti, namun sebagian terbesar dari mereka sudah tidak mengerti.
(Cannington WA, 6 September 2020).
No comments:
Post a Comment