Tuesday, July 19, 2011

PROLOG

IDE PENULISAN CERITA
DENGAN SETTING DANAU KASTOBA
Oleh: Aba

Penulisan cerita dengan setting Danau Kastoba bermula dari kenanganku, di saat 1970, masa aku berusia belasan tahun di ajak kakak kandungku, Ali Usfa yang kini berdomisili di Surabaya, bersama kawan-kawan sepantarannya kemping di Danau Kastoba dalam mengisi masa liburannya yang kala itu ia sedang studi di tanah Jawa. Saat itu cerita tentang danau kastoba amatlah serem, ada jin yang menyerupai biawak (Bwn; berekai), jangan ngambil batu di danau untuk di bawa pulang, dan sebagainya.

Untuk mencegah masuknya ular ke kema, maka di sekeliling kema kami 'pagari' daun pandan, namun saat tengah malam di luar kema nampak ular, kami jadi rebut, serta-merta mak uda Hasyim memukulnya, dan ular itu mati. Menurut cerita dari masyarakat sekitar, kami adalah orang-orang pertama yang berani kemping di danau itu. Wallhu a'lam bissawab.

Pada tahun 1984, saat itu aku telah lulus kuliah pada tingkat Sarjana –pada system lama, sebelum sarjana ada Sarjana Muda--, aku bersama adik kandungku, Taufiq El Hakim Usfa yang kini berdomisili di Tanjung Pinang dan mengembara di Mesir yang dalam setiap enam bulan balik ke Tanjung Pinang untuk bersama keluarga dan sebulan/dua bulan atau lebih berangkat lagi mengembara ke Mesir. Sebelum ke Mesir wilayah pengembaraannya di Bahrain dan Iran, sebelumnya lagi di Singapore, sebelumnya lagi berkelana menjelajah berbagai negeri, hehe. Oh iya…, aku teruskan ceritanya, yaitu bersama adik kandungku, taufik El Hakim, juga bersama Cak Wiwi Barat Sungai yang kini kira-kira berdomisili di negeri jiran Malaysia, serta Sasmito Bengkosobung. Kami berempat naik sepeda pancal kelliling Bawean, waktu itu jalan keliling Bawean adalah jalan Kali Sat alias (Bwn) Songai Asat, hehe, sebab sepanjang jalan lingkar itu batu besar-kecil berserakan di sepenuh badan jalan, bagaikan sungai tak berair alias songai asat, --tapi kini Alhamdulillah sudah senang khn...?!!, sebab sudah diaspal dan dipaving--. Di beberapa tempat kami singgah dan kemping, yaitu di Kepuh Teluk, di Labuan, dan di Labuhan ini kami sempat nonton bioskop Mis Bar alias Gerimis Bubar, juga kami kemping di Tambak serta di Teluk Jati. Dalam kesempatan itu pulalah aku berempat mengunjungi Danau Kastoba dengan mengayuh sepeda sepeda-sepeda kami. Itulah kenanganku tentang Danau Kastoba yang masih terbayang keindahannya hingga saat ini.

Mana kala di saat usiaku belasan tahun aku kemping di tepian Danau Kastoba, kini, di saat usiaku telah melintasi lebih setengah abad, aku bukannya kemping di tepian danau, bahkan kini sedang bertempat tinggal di tepian danau. Danau ini terdapat beberapa meter saja dari rumah tempat kami tinggal, hanya diantarai pagar belakang rumah dan jalan setapak, sebelah kiri rumah terdapat taman (Park), yaitu 'Mery Carrol Park', sedang danau tersebut adalah merupakan bagian dari taman itu. Tidak jauh dari sisi utara Danau, diantarai tiga rumah terdapat sebuah Sekolah Dasar (Primary School), di sekolah tersebutlah Alba Fathiya Natasya, sang penulis cerita berjudul ‘The Haunted Windo’ serta ‘Two Little Australians’ --dalam blog Aba-- bersama abangnya yang bernama Gamal Fanani menempuh studi semasa ia masih di Primary School.


Hari-hari aku di tepian danau, ya…, aku juga anak danau nih…, tapi tidak ganteng macam Fahri sih…; kata orang tentu, tapi kata diriku…, oh aku lebih ganteng doooong…!!!, hehe, GR… nih ye….!!!!.

No comments:

Post a Comment

MENGGAYUH MEMAHAMI EKSISTENSI TUHAN

Oleh: A. Fuad Usfa Eksistensi Tuhan Berbicara tentang Tuhan berarti berbicara suatu yang gaib, abstrak. Tidak bisa ditangkap dengan penca in...