Friday, July 30, 2010

BERITA DUKA

Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un
Telah berpulang ke Rahmatullah Bapak H. Muhammad Isa bin Sulaiman, pada hari Rabu, bertepatan dengan tanggal 28 Juli 2010, waktu subuh, dalam usia 91 tahun.
Semasa hidupnya beliau adalah salah seorang tokoh.
‘Semoga Allah SWT menerima segala amal ibadah dan mengampuni segala salah hilaf beliau serta memberi tempat yang layak di sisi-Nya; amin, amin, amin ya rabbal ‘alamin.

USTADZ H. HAIRUDDIN

USTADZ H. HAIRUDDIN
(SOSOK SEORANG USTADZ DI WESTERN AUSTRALIA)
Oleh: Aba

Ustadz H. Hairuddin, penempilannya selalu ceria, sederhana dalam sikapnya, menimba ilmu bermula dari tanah kelahiran, yaitu pulau Bawean, tsanawiyah dan Aliyahnya ditempuh di Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang. Selepas itu melanjutkan studinya ke Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Internasional di Universitas Darul Ulum Jombang. Pada tahun 1988 berkelana ke Negara Benua di selatan tanah Jawa, yaitu Australia, namun pada tahun itu hanya tiga bulan saja, dan baru sejak tahun 1990 beliau berdomisili di Australia hingga sekarang. Pada tahun 1990-1992 beliau belum bekerja mapan. Mula-mula hanya mengajar anak-anak satu kali dalam satu minggu, dari situlah darah kesantriannya mulai menampak tertularkan di masyarakat Islam Australia. Tatkala masjid besar di kawasan Hipburn (Masjid Al-Hidayah) didirikan beliau menduduki posisi sebagai Presiden, yang pada posisi itu beliau emban selama lima tahun.

Bilamana datuk beliau yang hingga kini namanya terukir indah sebagai nama Pondok Pesantren besar yang berwibawa, yaitu KH. Hasan Jufri menebar ilmu agama Islam di pulau Bawean, beliau sebagai cucunya telah menebar ilmu agama Islam di bumi Australia.

Beliau mengajar agama pada orang-orang Melayu dan Kokos, juga pada anak-anak beberapa keluarga Pakistan, di samping mengajar pada anak-anak Melayu, Kokos dan Boyan. Beliau juga mengajar agama pada anak-anak di Al-Hidayah, di samping pula mengajar agama pada anak-anak di masjid Rivervale. Beliau selalu aktif pula dalam berbagai kegiatan keagamaan, ceramah-ceramah, hotbah-hotbah dan lain-lain, termasuk dalam hal peristiwa-peristiwa kelahiran, perkawinan dan kematian.

Cucu kiyai besar di pulau Bawean telah turut mengukir kebasaran Islam di Australia.

Thursday, July 22, 2010

PENJAJAHAN

Oleh: Aba
Penjajahan yang akrab dikenalkan pada kita adalah merupakan konsep ideologi dan politik, merasuk dalam jiwa, mengalir dalam darah, senjang dengan ranah rasio, oleh sebab itu konsep ini ‘kan dapat pula dengan mudah dan leluasa menipu kita.

PERTH DAN MUSIM

Oleh: Aba
Perth adalah salahsatu kota di Australia yang menawarkan kedamaian, wilayahnya dlingkari sungai yang airnya jernih membiru nan menambah keindahan kota ini. Di seputar Perth terdapat berbagai perkebunan seperti berbagai jenis apel, berbagai jenis anggur, berbagai jenis jeruk, dan lain-lain, serta berbagai jenis sayur-mayur seperti wortle, kubis, kentang, sawi, dan lain-lain. Terdapat berbagai peternakan seperti sapi, kambing, domba, dan lain-lain. Bulu domba yang sudah menebal dicukur dan dari itulah kain wool dibuat yang dengannya dapat menghangatkan badan, khususnya di kala musim dingin. Area perkebunan dan peternakan di sini amat luas. Terdapat pula berbagai industri, pusat-pusat perbelanjaan, dan lain-lain. Bagi orang yang punya hobbi memancing, di kawasan ini merupak
an ‘sorga’nya. Pengendalian pertumbuhan ikan betul-betul dijaga dengan baik, sehingga kelestarian ikan amatlah terjamin. Mungkin banyak orang luar yang tidak menyangka bahwa ikan di sini melimpah-ruah dengan berbagai jenisnya seperti ikan kakap, tuna, tenggiri, dan lain-lain. Ikan-ikan kecil dan besar terdapat di sekitar pantai, apa lagi bila naik bot ke tengah.
Salah satu budaya yang telah terbentuk di sini adalah selalu memperhatikan cuaca di setiap harinya. Masyarakat sangat mengapresiasi terhadap kondisi cuaca. Sebagaimana Australia pada umumnya di kawasan ini terdapatempat musim, yaitu musim panas antara bulan Desember-Pebruari, musim gugur antara bulan Maret-Mei, musim dingin antara bulan Juni-Agustus, serta musim semi antara bulan September-November. Kala musim panas suhu udara bisa mencaapai 47 derajat C, dengan kondisi udara kering, tentu amatlah panas, maka pada musim ini tempat-tempat pemandian, pantai serta taman-taman yang teramat banyak di sini jadi tempat tujuan orang. Selepas musim panas ini datanglah musim gugur, di musim ini untuk jenis tetumbuhan tertentu daunnya pada berguguran hingga tinggal dahan, cabang dan rantingnya saja sehingga bagaikan pohon-pohon mati, suhu udara di musim ini amat nyaman. Selepas musim gugur ini datanglah musim dingin, suhu udara bisa mencapai titik rendah hingga dua derajat di bawah titik nol derajat C, oleh sebab itu di kawasan ini tidak sampai bersalju. Lalu selepas musim dingin ini datanglah musim semi, suhu udara amatlah nyaman, saat ini bunga-bunga pada bermekaran, alam sekeliling seakan menunjukkan keceriaan, suasana betul-betul indah dan nyaman bagai hendak menyambut persandingan sang bidadari.

NUANSA 'CONTROVERSIAL'

ALI HARB (LIBANON)
Cuplikan Oleh: Aba

Pernahkah anda mendengar kata sepakat?, tentu jawabnya iya, itu adalah salah satu kata yang akrab dengan kehidupan kita sehari-hari; pernahkah kata itu terwujud dalam realita kehidupan ummat manusia?, jawabnya tentu tidak, sebab dari waktu ke waktu kehidupan manusia selalu diliputi perbedaan. Demikian pula dalam kancah pemikiran keagamaan. Dalam konteks fiqh kita mengenal pula istilah ijma' sebagai bermakna kesepakatan, namun istilah ijma’ itu bukan bermakna kesemua pandangan isu keagamaannya sepakat, dan untuk itu kita telah sepakat; maka bilamana ijma' dalam konteks fiqh saja sulit diperoleh, apatah lagi dalam kontek yang lebih luas, tentu kita akan bisa memahami realitas adanya ketidak sepakatan itu. Bahkan ketidak sepakatan itu bisa terjadi dalam pengertian yang amat radikal. Dalam nuansa kontroversi ini aku cuplikkan tulisan M. Kholidul Adib Ach, dalam islamlib.com bertanggal 24/08/2003, perihal pandangan sosok intelektual muslim Libanon yang bernama Ali Harb.Ali Harb merupakan sosok intelektual muslim kontemporer yang kontroversial, radikal dan transformatif, ia adalah salah seorang dosen filsafat di Universitas Bairut, Libanon. Pandangannya yang begitu kontroversi dan radikal itu nampak dalam konsep yang diusungnya, yaitu ‘kritik teks’ yang bermuara pada ‘kritik kebenaran’. Diantara dasar pemikirannya ia berpandangan bahwa teks adalah wujud yang independent baik dari unsur penyusunannya maupun realitas-realitas luar supaya bisa dieksiskan di tengah-tengah realitas yang ada. Ia berpandangan pula bahwa ‘perkataan’ adalah tipu daya dan teks adalah bentuk penipuan yang selalu memberi batasan di antara dimensi yang berbeda. Semua teks adalah sama, tidak ada kecuali. Berkenaan dengan ‘kritik kebenaran’ diantaranya ia berpandangan bahwa kebenaran sering menjadi suatu bentuk pengklaiman dari berbagai pihak secara subyektif dan menjadi konsep tunggal dan sederhana atau teologis metafisik yang amat jauh dari ranah penelitian dan pemikiran. Kebenaran itu sendiri merupakan wacana irrasional yang ‘diam’. Ali Harb berpandangan bahwa kebenaran itu relatif adanya.

Monday, July 19, 2010

BOYAN (BAGIAN I)

Oleh: Aba
1. Pendahuluan
Bilaa dikaitkan dengan penamaan Bawean, istilah Boyan tidak dijumpai bila dan dari siapa asal-muasalnya (-bila untuk selain yang terkait dengan penamaan Bawean akan penulis utarakan pada tulisan berikutnya-). Sama juga halnya dengan penggunaan nama Bawean, yang nyata istilah Boyan telah digunakan secara luas di beberapa kawasan perantauan orang Bawean, khususnya di kawasan semenanjung Melayu.

2. Asal Muasal Istilah
Jika kita bertanya pada orang di Surabaya dengan pertanyaan, ‘apakah anda kenal nama ‘Bfebien’?, aku kira kecenderungan mereka akan menjawab ‘tidak’, walau mereka mempunyai teman atau tetangga dekat orang Bawean sekalipun. Berbeda bila ditanya, ‘apakah anda kenal nama ‘Bawean’?, maka mereka akan menjawab iya…, saya punya teman dan tetangga orang Bawean. Mengapa demikian?, tentu oleh sebab istilah Bawean itulah yang luas dikenal dan digunakan dalam masyarakat Surabaya.

Berkenaan dengan istilah Bawean, pertanyaan sama halnya dengan tatkala kita mempertanyakan istilah Boyan, yaitu dari mana asal muasal istilah Bawean, sebab bila istilah Bawean berasal dari orang Bawean, tentu akan mustahil, sebab dalam kata orang Bawean sejatinya tidak mengenal kata ‘ba’, taruhlah sebagai contoh, ‘aba’ menjadi ‘abe’, ‘batuk’ menjadi ‘betok’, ‘babi’ menjadi ‘bebi’, dan seterusnya. Kata sebagian orang Bawean berasal dari kata dalam bahasa Sangsakerta, yaitu ‘ba’ ‘we’ ‘an’. Pertanyaan kita benarkah demikian/, sudahkah kita mengeceknya dalam kamus bahasa dengan semestinya, benarkah kata dalam bahasa Sangsakerta terdapat kata dua huruf-dua huruf seperti itu?, tentu ada tapi sangat sedikit, seperti misalnya kata 'su' yang bermakna baik. Matahari dalam bahasa Sangsekerta adalah 'surya', hal ini sama dengan yang digunakan dalam bahasa Gujarat, Bengali, Thailand, dan juga umum dikenal dalam masyarakat kita, terutama Jawa. Dalam bahasa Sangsekerta matahari juga disebut 'radithya', sedangkan (Dewa) matahari adalah 'aditya'. Adapun sinar dalaam bahasa Sangsekerta adalah 'kara', dan cahaya dalam bahasa Sangsekerta adalah 'chaya', serta menyinari dalam bahasa Sangsekerta adaalah 'gantari'. Dugaan penulis munculnya peng-artian ba-we-an sebagai sinar-matahari-ada tersebut bermula dari senda gurau yang yang kemudian menyebar tanpa mampu dilacak keebenarannya. Sebagai orang Bawean penulis menyadari, oleh sebab budaya dongeng begitu kuatnya di masyakat kita, sehingga sulit membedakan antara dongeng dan realita, termasuk sejarah. 


3. Makna Dalam Kata
Selama ini kita telah teramat banyak menggunakan kata atau istilah yang kita sendiri tidak paham akan maknanya, persoalannya apakah kita harus memahami makna setiap kata yang kita gunakan?, tentu jawabnya ‘tidak’, sebab tidak mungkin itu bisa terjadi. Coba kita cermati, terdapat kata yang berbeda samasekali dengan kata aslinya, seperti ‘telur mata sapi’, tidak benar itu adalah telurnya mata sapi, atau mungkin orang akan menjawab, sebab itu mirip dengan mata sapi, pertanyaannya adalah, mata sapi yang manakah yang mirip dengannya?!; terdapat pula kata atau istilah yang berasal dari satu bahasa yang penyebutannya berbada namun mempunyai makna yang sama, seperti ‘ridha’ dalam kata Arab menjadi ‘riza’ dalam kata Parsia, demikian pula ‘musyawarah’ dalam kata Arab menjadi ‘musyawarat’ dalam kata Parsia. Bahkan terdapat juga kata yang mempunyai makna yang bertentangan secara hakiki dengan segala konsekwensinya, misalnya ‘obat nyamuk’, semestinya racun nyamuk, sebab bila nyamuk diobati konsekwensinya nyamuk yang sakit bisa menjadi sehat; demikian pula istilah ‘shalat’, menjadi ‘sembahyang’, bagaimana ini bisa?, sebab shalat adalah menyembah Allah dalam terminologi Islam, sedang sembahyang adalah menyembah ‘Hiyang’ atau ‘Leluhur’ dalam terminologi pra Hindu-Budha di Nusantara, padahal bila orang Islam menyembah 'Leluhur' (roh) maka bermakna mereka itu syirik, dan syirik konsekwensinya adalah dosa besar yang tak terampunkan. Terdapat pula kata yg dalam bahasa suatu daerah bermakna bagus, tapi di daerah yang lain punya makna yg sangat jelek. Belum lagi kita berbicara tentang persilangan budaya. Bahasa adalah sesuatu yang lazim, lazim berlaku dalam komunitas tertentu, maka itu muncul bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Bali, bahasa Jawa, dan seterusnya. Jadi apa yang lazim dalam komunitas Arab, apa yang lazim dalam komunitas Inggris, apa yang lazim dalam komunitas Jawa, dan seterusnya. Bila tidak, maka bahasa bisa menyebabkan perang, sebab taruhlah misalnya orang Arab mengoreksi penggunaan bahasa Indonesia atau Jawa, dan seterusnya yang berasal dari kata Arab, maka semua penggunaan kata Arab di Indonesia, Jawa, dan seterusnya itu akan menjadi salah, dan akan menjadi benar manakala lidah orang Indonesia, dan seterusnya itu diganti dengan lidah orang Arab di negeri Arab sana, tentu itu tidak mungkin terjadi, demikian pula penggunaan kata dari bahasa Inggris, Belanda dan seterusnya, belum lagi dalam penulisan dan lain-lain. Kita tentu sama maklum pula, bahwa naama negara saja bisa berubah dalam penyebutan di negaraa lain, katakan misalnya Netherlands disebut juga Dutch, bangsa kita menyebut Belanda, lalu dari mana kata belanda?, dugaan penulis oleh sebab diantara mereka banyak yang berambut blonde (pirang), New Zealand bangsa kita menyebutnya Slandia Baru, Greek disebutnya Yunani, USA menjadi Amirika serikat, dan sebagainya, belum lagi panggilaan-panggilan --termasuk panggilan terhadap suatu negara-- berdaasar kebiasaan orang barat, seperti Australia Ausi, atau OZ misalnya, Malaysia menjadi Malay, dan sebagainya.

4. Pergaulan
Manusia tidak mungkin hidup secara sendiri, ia akan bergaul (berinteraksi). Semasa baru lahir bergaul dengan ibunya, kemudian dengan pihak lain, utamanya dengan anggota keluarga dekatnya, dari pergaulan itulah ia meniru banyak hal, termasuk dalam berbahasa, lidahnyapun terbentuk sebagaimana orang-orang disekitarnya, selanjutnya melebar, tergantung tingkat mobilitasnya, makin tinggi tingkat mobilitasnya akan makin lebih luas pergaulannya. Orang mengenal kita karena kita bergaul, bila tidak, maka tetanggapun tidak akan mengenal kita, jangankan orang jauh. Orang yang mengenal kita akan menyebut nama kita, sebab tidak mungkin menyebut bila tidak kenal. Manakala orang yang menyebut nama kita adalah orang-orang di sekitar kita, yang mana lidahnya sudah terbentuk sebagaimana kita, demikian pula pendengaran dan pengalamannya, maka akan samalah dengan kita menyebut nama kita, tapi manakala orang itu di luar kita, yang mana lidah, pendengaran serta pengalamannya berbeda, maka logis bila mereka tidak bisa berbuat seperti kita, sebagaimana pula kita tidak bisa berbuat seperti mereka. Kala itulah kita paham bahwa kita telah berada ‘di luar wilayah’ kita. Taktala kita berada ‘di luar wilayah’ kita, maka bermakna kita telah bergaul melampaui ‘wilayah asal’ kita. Dengan demikian bila istilah “Boyan’ telah dikenal serta lazim digunakan di Singapore, Malaysia dan beberapa wilayah perantauan orang Bawean sejak masa panjang ke belakang, maka sejak masa panjang ke belakang itulah pergaulan orang-orang Bawean telah begitu luas, yang juga menunjukkan mobilitas orang Bawean telah begitu tinggi sejak beberapa masa yang panjang ke belakang itu. Apakah kata boyan dilontarkan oleh sebab pembawaan lidah saja, atau oleh sebab kurang cermat pendengaran, atau oleh sebab hal lain, wallahua'lam bissawaab. Berkenaan dengan pembawaan lidah misalnya dalam penyebutan nama Salahuddin menjadi Saladin dalam lidah orang barat?, Jabal Tarik menjadi Jibrartar?, Ibnu Sina menjadi Avessina?, nama panggilan penulis Ahmad kawan penulis asal Libanon memanggilnya Ahmed, kawan penulis yang orang putih memanggil Aemed.


Sehubungan dengan penggunaaan bahasa ini perlu pula penulis utarakan di sini bahwa bahasa Madura yang umum adalah bahasa melaayu juga, siapa kiranya yang menyadari hal ini?, caba cermati satu persatu, adapun bahasa dikalangan kraton adalah bahasa Jawa. Semua itu telah mengalami penyesuaian dengann lingkungan setempat.

5. Disifatinya
Apakah atas rasa pengertian dan keluasan wawasan para pendahulu kita, maka istilah Boyan dibiarkan bergulir secara sosiologis, tidak ada ‘politisasi’ dan prasangka, maka istilah Boyan dapat pulalah disifati sebagai salah satu kekayaan warisan datuk moyang kita?, atau akan disifatinya dengan penuh kecurigaan dan prasangaka, diperlukan kearifan kita.


(Bersambung)

TAHU

Oleh: Aba
Manusia untuk tahu haruslah melalui proses tahu, ia tahu karena ada jalan ke tahu itu, jalan ke tahu itu berasal dari hulu (pangkal) tahu, hulu (pangkal) tahu itu yang disebut sumber tahu, sumber tahu akan mengalirkan tahu melalui jalan-jalan tahu, lalu melimpah akan sesiapa, dari sinilah tersebar tahu-tahu.

Saturday, July 17, 2010

HUNGRY JACK’S

Oleh: Aba
Western Australia, Medio Juli 2010.
Hungry Jack’s’ adalah nama suatu restoran. Bilamana kita menginjakkan kaki khususnya di Western Australia, maka kita akan menemui restoran ini di mana-mana tempat, aku yakin semua warga di sini talah mengenal ‘Hungry Jack’s’. Aku pikir restoran ini patutlah dibilang sebagai salahsatu aset kebanggaan Australia.

Bilakah ‘Hangry Jack’s’ ‘kan ekspansi ke berbagai negeri atau manca negara secara luas?!, sehingga dengan demikian ‘kan menjadi diantara ‘ikon’ masakan kebanggaan Australia secara global.

Friday, July 16, 2010

LEMAHNYA MINAT BACA

BEBERAPA FAKTOR PENYEBAB LEMAHNYA MINAT BACA
DI MASYARAKAT KITA
Oleh: Aba
Membaca ibarat sebuah pintu, pintu masuk dalam dunia ilmu. Dengan membaca kita dapat melihat berbagai cakrawala, dari situlah alam pikir kita dapat tercerahkan. Manakala alam pikir kita telah tercerahkan maka implikasinya adalah kepekaan pikir kita akan menjadi tajam, dengan demikian akan menjadi jeli dalam melihat berbagai fenomena. Berbagai motifasi yang dilakukan orang dalam menstimulus untuk mencipta dan meningkatkan minat baca.
Adapun bilamana kita cermati, terdapat diantara kita yang membayangkan seakan-akan minat baca dapat terjadi dengan sendirinya, oleh sebab itu mereka begitu emosionalnya dalam mengamati rendahnya minat baca di kalangan masyarakat kita, mereka membayangkan orang lain sebagaimana dirinya, padahal sejarah hidup yang meliputi situasi dan kondisi baik secara material maupun immaterial orang lain itu berbeda dengan dirinya, mereka mempunyai pemaknaan tersendiri yang berbeda dengan kita dalam memaknai dunia baca. Dari situlah kita dapat melihat betapa kurang arifnya kita ini dalam memahami realita, ternyata kita hanya mampu melihat persoalan secara ‘hitam-putih’, sehingga kata-kata yang tidak senonoh sekalipun terlontar jua.Dalam pendahuluan ini kiranya tak perlu banyak ulasan yang perlu di ketengahkan disini, saya kira kita akan dapat menagkap dan mengembangkan makna baik yang tersurat maupun yang tersirat.

Menurut hemat saya terdapat beberapa factor yang menjadi penyebab lemahnya minat cabaca di masyarakat kita, yang secara ringkas antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Masuknya sarana teknologi visual terlebih dahulu sebelum terbentuknya budaya baca, (perhatikan TV, Game, HP dan lain-lain);
2. Metode pembelajaran di sekolah dengan penonjolan sistem hafalan;
3. Sistem dan metode pendidikan di sekolah yang bersifat pemaksaan tanpa memperdulikan bakat minat peserta didik;
4. Kesediaan bahan bacaan yang lebih berorientasi doktriner;
5. Kuatnya sikap otoriter para pembina generasi kita;
6. Terbatasnya ketersediaan bahan bacaan yang sesuai dan mampu memberi stimulus minat bakat subyek;
7. Terbatasnya fasilitas akses;
8. Terbatasnya anggaran (Budged) yang berimplikasi pada penentuan skala prioritas.
9. Mengakarnya budaya oral.
Maka tak heranlah manakala kita dapati kondisi jenuh dan sikap apriori di masyarakat kita.
Kondisi dalam pointer tersebut di atas tentu haruslah dimaknai saling keterterkaitan satu sama lain, bukan pemaknaan keterpisahan (parsial).

Thursday, July 15, 2010

NUANSA KEIMANAN

Oleh: Aba
Hidup adalah ajang perjuangan yang penuh dengan liku; Dan,
'Allah menjadikan ketaaqwaan sebagai tolok ukur kemulyaan'. (Q:S:49:13).




Foto: Di halaman Masjid 'Rivervale' Perth WA.

NUANSA KEREMANGAN

Oleh: Aba
Dalam hidup sering dilanda ketidak pastian
dalam ranah itu keyakinan tampil sebagai penyuluh.
Foto: Kala Senja Di Belmon Park

Wednesday, July 14, 2010

IMAN DAN ILMU PENGETAHUAN

IMAN DAN ILMU PENGETAHUAN
BAGAI CAHAYA
Oleh: Aba
Iman dan ilmu pengetahuan bagai cahaya yang selalu menerangi.
Foto: Di Restoran India, Di Tepi Swan River.

USTADZ FAHRURRAZI

USTADZ FAHRURRAZI
USTADZ ASAL BAWEAN DI MALAYSIA
Oleh: Aba


Perth, Western Australia, Medio Juli 2010

1. Arti Kata
Ustadz bermakna guru (laki-laki), sedang dalam pengertian khusus ustadz dimaknakan guru (laki-laki) agama Islam atau singkatnya guru agama Islam.

2. Tugas Ustadz/Guru
Tugas ustadz/guru adalah mengajar dan mendidik, untuk mengajar tentu mereka haruslah menguasai perihal subyek yang diajarkan, demikian pula halnya dengan mengajar agama Islam.

3. Ustadz Razi dan Keluasan Pergaulan
Di Malaysia ada seorang ustadz yang bernama (Ustadz) Fahrurrazi bin KH. Bazzi atau yang biasa dipanggil dengan ustadz Razi. Penampilannya tenang, ilmu agamanya luas, pergaulannya mencakupi. Beliau bermukim di Malaysia sejak dekade tujuh puluhan, bergaul dengan berbagai puak dan lapisan, santrinya bukan hanya di Malaysia saja, melainkan juga di Singapore. Beliau dikenal luas hingga juga lapisan elit. Atas jasa beliau aku, atas nama Perguruan Tinggi di mana aku berkiprah saat itu menapak kerjasama di bidang hukum dengan para pihak di Malaysia.

4. Keterbukaan
Ustadz Razi sangat terbuka dalam berdiskusi tentang pandangan keagamaan, termasuk yang tidak sejalan dengan pandangannya. Beliau juga memiliki wawasan yan luas di bidang sosil dan politik.

Catatan Khusus:
(Terimakasihku)

*).
Atas jasa beliaulah aku dapat kenal dengan Datuk Othman Hashim, bos kompeni Guaman (kantor Advocates and Solicitors) yang memiliki Branch Office di berbagai Negara Bagian Malaysia. Demikian pula aku di kenalkan dengan encik Abdul Muis bin Hashim semasa beliau (encik Muis) turut merintis Tabung Haji di Indonesia. Dari encik Muis aku telah mampu membuka jaringan kerjasama pula dengan Kompeni Guaman, yang kemudiannya berkembang pada yang lain. Kerjasama tersebut sudah berjalan tiga tahun, sehingga dapatlah dikata kami telah eksis dan tinggal mengembangkan lebih luas lagi, serta telah terdapat beberapa tawaran termasuk dari encik Izam. Di Singapore telah mendapat jawaban positif dan telah ada beberapa sodoran program yang semestinya segera ditindak lanjuti, namun oleh karena aku mesti menapak destinasi baru, maka aku limpahkan pada lembaga, adapun selanjutnya wallhu a’lam, (no comment).
Terimakasih dan hormat aku haturkan.

*). Dalam kesempatan ini tak lupa salam hormatku yang setulus-tulusnya serta betapa besar rasa terimakasih aku haturkan kepada Datuk Othman Hashim (Pusat Bandar Wangsa Maju, Advocates and Solicitors), encik Abd Rahman Mahmood (Pusat Bandar Wangsa Maju, Advocates and Solicitors), encik Baharin bin Rejab (Sepang, mantan Perwira Polisi Diraja Malaysia, Advocates and Solicitors), encik Ahmad Zulkifli bin Ahmad Tabrani (Ampang Point, Advocates and Solicitors), puan Haezreena Begum binti Abdul Hamid (Gombak, Advocates and Solicitors), encik Iszam Kamal Ismail (Batu Cave, Advocates and Solicitors), encik Shakri Hj. Hassan (Batu Cave, Advocates and Solicitors), encik Fakhrul Azman bin Abu Hasan (Ampang Taman Dagang, Advocates and Solicitors), encik Ahmad Khalis (Singapore, Corporate Advisor), Ustadz Hussain S Yacob (Singapore, Presiden Muhammadiyah Association), Ustadz Muhammad Gazali Alistar (Singapore, General Secretary Muhammadiyah Association), Ustadz Rasman bin Saridin (Singapore, EO Dakwah Muhammadiyah Association), serta beberapa lagi yang tiada tersebut dalam kesempatan ini, baik di Malaysia, Singapore maupun Batam (di Batam kami juga telah melakukan kerjasama dengan PT. Epson yang sudah berjalan dengan baik). Rasa hormat dan terimakasih aku haturkan, kiranya Allah SWT selalu memberkati, amin.

CERBUNG

IYEM
Oleh: Aba
(Bagian 3, TAMAT)
K
ini Iyem telah beberapa bulan jadi jongos sang majikan, Iyem benar-benar berhadapan dengan raksasa kesombongan, celakanya lagi dollar atau ringgit atau real ataukah apa namanya, ya…, pokoknya upahlah tak pernah ia sentuh, tentu dengan beberapa alasan, sudah jatuh tertimpa tangga. Adapun tenaganya terus terkuras dan terkuras, ia betul-betul lelah, lelah lahir-batin, dan tak ada tempat mengadu, mulutnya yang selalu terjaga dari perkataan yang tidak bagus itu kini jadi fasih mengumpat-umpat.
*
Iyem bekerja tanpa batas waktu yang jelas, ia bekerja hingga larut malam, dan harus bangun jam tiga dini hari. Kali ini Iyem betul-betul amat lelah, malam ini majikannya mengadakan pesta, tak seperti biasanya, hingga jam satu dini hari ia baru selesai kemas, dan langsung masuk bilik dalam kelelahan. Serta-merta disandarkan kepalanya pada bantal yang sudah kempes, air matanya tak mengalir lagi karena mungkin telah habis terkuras, kemudian suuur bagai melayang-layang; dan, sang majikan datang dengan senyum menawan, aduhai…, ia datang dengan penuh kelembutan, lalu ia berkata bahwa hendaknya Iyem bekerja sebagaimana layaknya orang bekerja, dengan waktu dan job yang jelas, sang majikan mengatakan juga bahwa penguasa negerinya (Indonesia) telah mengeluarkan kebijakan kesepakatan perlindungan yang disebutnya ala Pancasila, ‘Kemanusiaan yang adil dan beradab’ serta ‘KeTuhanan Yang Maha Esa’ tidak lagi hanya simbol semata, melainkan merasuk dalam jiwa dan mengejawantah dalam aksi sorgawi di alam kiprah duniawi, tak ada orang naik haji dan membangun lembaga-lembaga keagamaan dari hasil korupsi dan pemerasan, kopiyah putih, serban serta jubah tak lagi dipakai di tubuhnya, melainkan dipakai dijiwanya. Dengan pasti sang majikan menerangkan panjang-lebar. Setelah ia menerangkan panjang-lebar itu sang majikan mengajak Iyem berlibur ke Singapore. Tentu Iyem tertarik, oleh sebab itu setujulah Iyem akan kebaikan hati sang majikan.
Iyem berkemas saat itu juga, lalu menuju bandara Internasional, kemudian tibalah mereka di Singapore, dan sesampainya di Singapore itu, alangkah terkejutnya ia, ternyata Alwi, sang kekasihnya telah menjemput di Bandara Internasional Changi. Alwi adalah salah seorang TKL alias Tenaga Kerja Laki-laki di Singapore, ia bekerja pada salah-satu keluarga yang masih keluarga majikan Iyem. Semasa di sekolah dulu Alwi adalah termasuk anak yang cerdas, ia kakak kelas Iyem, kini Alwi beruntung sebab disamping sebagai TKL ia juga bisa melanjutkan studi di Universitas terkemuka, majikannyalah yang memperjuangkan Alwi. Alwi menceriterakan segala pengalaman indahnya pada Iyem, Alwipun mengajak Iyem jalan-jalan ke pulau Sentosa. Mereka menuju pulau sentosa dengan naik kereta gantung (cable car); hari itu udara cerah, secerah hati mereka, di bawahnya air selat begitu tenang, kapal-kapal berlabuh dan melintas, pulau Santosa begitu hijau dan menawan hati. Alangkah kagummnya mereka, pemerintah Singapore telah betul-betul membangun negerinya dengan benar-benar terencana secara baik, lalu pikirannya menerawang pada perjalanan sejarah, terlintaslah nama Reffles sang peletak dasar paradigma. Selanjutnya mereka berkeliling pulau Santosa dengan naik bis, free alias gratis, lalu bercengkrama di pantai, menikmati atraksi lumba-lumba, hingga berkelana di alam aquarium raksasa; mereka bagi menyelam dalam laut, berkawan dengan hiu yang ternyata begitu jinaknya, suatu keajaiban terjadi, Iyem bagaikan dapat menangkap pembicaraan ikan-ikan di situ. Seekor ikan raksasa seakan berkata, ‘nikmatilah hidup wahai sang pecinta…, tebarkan senyum, sebab hidup terlalu singkat’, ikan-ikan kecil seakan bersorak-sorai, lalu seekor kuda laut seakan berpekik, ‘hidup keutamaan…, hidup kemulyaan…, enyahlah kesombongan…, sungguh seandainya kesombongan itu adalah mahluk hidup, tentu telah kubunuh engkau…’, setakat itu melintaslah pula seekor ikan raksasa seraya berujar, ‘tahukah engkau wahai kuda laut?!, bahwa kesombongan tak ada makna di hadapan Tuhan…’, lalu sang kuda laut yang kecil itu bergendong di punggungnya, dan meluncur bersamanya. Dengan manja Iyem memeluk Alwi seraya berujar pelan, ‘wahai sayangku…, peluklah aku sayang…, aku cinta padamu…’, namun Alwi yang santri itu lalu berujar, ‘sabarlah sayang, tunggulah suatu ketika, hingga masanya Tuhan mempertemukan jiwa dan raga kita dalam ikatan suami-istri’. Selepas kalimat kata itu diucapkan, tiba-tiba terdengar suara dentuman keras yang disusul dengan hiruk-pikuk, lalu tangisan pilu, pada mulanya satu, lalu dua, kemudian seisi rumah, Iyem kaget, lalu mengusap kedua belah matanya, dan menyebut nama Allah, kini ia sadar bahwa ia baru saja tenggelam dalam mimpi. Demi didengar hiruk-pikuk itulah dengan pelan Iyem membuka pintu kamarnya, lalu, inna lillahi wa inna ilaihi raji’un…, majikannya telah dipanggil menghadap ke hadhiratNya, oleh sebab serangan jantung. Sosok raga pucat pasi telah terbujur kaku persis di depan pintu kamar Iyem. (TAMAT).

Monday, July 12, 2010

TAHUKAH ANDA?

Oleh: Aba

Di pulau kita, monggo cek nih...!!!
1. Tahukah anda, bahwa di sebuah bukit di daerah Sokela terdapat anjir yang di bangun oleh Belanda. (Salah-satu kemajuan wawasan kemaritiman);
2. Tahukah anda, bahwa Belanda telah membangun irigasi yang bagus?. (Salah-satu pembangunan berwawasan lingkungan yang handal);
3. Tahukah anda, bahwa Belanda telah membangun drinase di sepanjang jalan raya sehingga meluapnya air di jalan raya dapat terkendali?. (Bagaimana sekarang?);
4. Tahukah anda, bahwa Belanda telah menerapkan tata kota yang begitu teratur dan terencana dengan baik, termasuk dalam penetaan pemukiman penduduk. (Bagaimana Dinas Tata Kota kita?);
5. Tahukah anda, bahwa Belanda telah membangun pelabuhan laut (dermaga) yang terlindung, yaitu melalui cara membangun dam dengan celah pintu masuk kapal dan perahu di bagian barat dan terlindung oleh gunung (sebuah bukit) di jerat lanjeng?. Sekarang pintu itu telah nyaris ditutup dengan adanya dermaga yang dibangun kita; bagaimana bila kelak mobilitas lalu-lintas laut begitu padat, maka akan berlabuh di manakah kapal-kapal dan perahu itu, akankah Sangkapura bisa tetap menjadi kawasan pelabuhan laut yang menjanjika keamanan dan kenyamanan?, tak tahulah…!!!. (Mungkin saja yang dibayangkan kapal/perahu hanya satu-dua saja seperti sekarang ini, sedang kemajuan kedepan tak terbayangkan, kali nih ye…!!!).
6. Tahukah anda, bahwa pada jaman Belanda dulu telah terdapat mobil dan bis di pulau Bawean, dan dengan leluasa bisa melakukan perjalanan keliling Bawean, sebab walau tidak diaspal tapi rata, drainase berjalan dengan baik. (Untuk ini aku baca di ‘Pelangi’ terbitan Balai Pustaka, tulisan St. Takdir Ali Syahbana, berjudul ‘Bertamasya ke Pulau Bawean’ yang penulis kutip sesuai aslinya di ‘Bulletin IMPSB’ semasa aku kuliah dulu). Kemudian dating Jepang yang telah merampas semua kendaraan-kendaraan itu. (Lain Bengkulu lain Semarang, lain dahulu, lain sekarang).

KORUPSI, MENCURI DAN MENGGELAPKAN

Oleh: Aba
(Serius dan Guyon nih...)
Korupsi itu adalah mencuri atau menggelapkan, yaitu manakala yang dicuri atau yang digelapkan itu milik ummat. Perbedaan mencuri dan menggelapkan yaitu, disebeut mencuri manakala sesuatu itu berada di bawah kekuasaan pihak lain, adapun yang disebut menggelapkan yaitu manakala sesuatu itu berada dalam kekuasaannya (misalnya si A menitipkan buku pada si B, lalu buku itu dijual oleh B tanpa seijin si A). Pencurian adalah merupakan tindak pidana, kecuali mencuri hati atau mencuri pandang, dan penggelapan adalah juga merupakan tindak pidana, kecuali menggelapkan kamar kita karena sudah ngantuk mau tidur; kalau gelap-gelapan hukumnya haram, walau di tempat yang terang. He he, guyon…

Saturday, July 10, 2010

TEMPAT ANGKER

TEMPAT-TEMPAT ANGKER DI KAMPUNGKU
Oleh: Aba


Aku berasal dari sebuah kampung, yaitu kampung Kotta yang merupakan bagian dari kampung Sawah Luar. Rumahku tak jauh dari Masjid Jami’ Sangkapura, kira-kira seratus meter saja dari area masjid. Masa aku kecil dulu terdapat beberapa tempat yang dibilang angker dikampungku itu, yaitu di belakang Masjid Jami', di pacing-pacing, di kolpo-kolpo geluren (aliran anak sungai) e tete-tete belakang rumahnya Mak Jueng (almarhum bapak R. Jauhari, aku sebut namanya, semoga selalu dalam rahmat Allah SWT), di belakang rumah ay Endi (Almarhum KH. Kurdi, aku sebut namanya, semoga selalu dalam rahmat Allah SWT), di pohon buah merahnya mak Molek (almarhumah, aku sebut namanya, semoga selalu dalam rahmat Allah SWT), di sebelah rumahku katanya juga, yaitu di gedukkanna montor (garasi mobil) Polisi, walau tingkat keangkerannya rendah. Kononnya ada kuda semberani juga yang sering melintas tengah malam dari arah belakang Masjid Jami’.

Hantu-hantu yang biasa disebut kala itu adalah ‘oreng celleng’, ‘oreng pote’, ‘mata mera’, ‘ponteanak’, ‘kadeung’, ‘ocek-ocek nandeng’, ‘gettak markong’, atau mungkin ada lagi yang aku lupa.

Dulu banyak sesajen dipasang orang, ada telur rebus, beras kuning, bahkan juga sering-sering ada uangnya, dan lain-lain. Tempatnya biasa terbuat dari pelepah daun pisang, kadang juga sesajen itu dilarung.

Dan…, sekarang macam mana ya…?!!!




KOMPUTER

Oleh: Aba

Aduh…., pinginnya aku pada benda yang satu ini, supaya aku bisa nulis (ngetik) seenaknya…!!!



Gambar dikutip dari: http://www.google.com.au/imgres?

BIDADARIKU

Oleh: Aba

Aduh…, betapa cantiknya parasmu…, secantik budi pekertimu…


Gambar Oleh: Alba Fathiya Natasya (Alba Fuad)

Thursday, July 8, 2010

GENERASIKU

Oleh: Aba
Masa kemaren batu pijakan, masa kini suatu binaan, masa depan keniscayaan.
Foto: Aba dan Alba

CERBUNG

IYEM
Oleh: Aba
Westeren Australia, Medio Juli 2010
(Bagian 2)
S
ampailah Iyem di negeri orang. Ternyata iyem masih mesti menunggu panggilan sang calon majikan, oleh sebab itu ia mesti ditampung dulu dengan menumpang di rumah sang agen, paspor harus diserahkan di tangan sang agen…, aduh…, ia mesti bekerja pula di rumah sang agen, dan aduhai tanpa bayaran apapun. Siang dan malam ia bekerja. Saat itu terasalah bahwa sentuhan kekejaman telah menyapa dirinya. Lalu terbayanglah segala kekejaman sang majikan, penyiksaan demi penyiksaan yang pernah ia baca di berbagai media di Negara tercinta saat ia belum berangkat dulu, benar-benar membayanginya. Lalu ia berpikir, kemana harus mengadu…?!!, ke KBRI?!!, tak mungkin…!!, pikirnya, dan tiba-tiba bayangan pegawai KBRI yang satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa itu menjelma bagai hantu yang menakutkan. Dalam bayangannya, sang pegawai jadi murka, suaranya menggelegar dengan perkataannya yang teramat pedas, lebih pedas dari cabe rawit Bawean (cecenge letek), ‘kamu ke sini mau apa…?!!, mau kerja ataukah mau enak-enakan…?!!, kalau mau kerja maka kerjakan apa yang harus kamu kerjakan, jangan cengeng…!!!’, lalu sang pegawai menelpon sang agen, dan tak lama kemudian datanglah sang agen dan majikan dengan penuh kemenangan ‘menggeretnya’ kembali. Lalu muncullah bayangan dalam perasaan yang tidak-tidak pula atas dirinya, seraya bergumam sedih, ‘aduh Iyem…, tahukah engkau, bahwa engkau dilahirkan bukan untuk jadi budak, atau diperbudak…?!!!, tapi mengapa tali jerat telah memperangkapmu?, itulah jeritan batinnya yang dalam bayang ketakutan. Selanjutnya ia teringat akan pelajaran sejarah di sekolahnya dulu, yang dengan gagah pak gurunya berujar di depan kelas, ‘bahwa Indonesia telah dijajah selama lebih dari tiga setengah abad…, dan kini kita telah merdeka…, merdeka dari alam penjajahan’. Barulah ia memahami akan makna penjajahan…, hatinya protes kepada gurunya yang tiba-tiba dipandangnya bodoh…!!!, sebab penjajahan masih berkubang di negeri pertiwi, negeri ia lahir dan dibesarkan.
Jam sebelas malam baru ia bisa masuk bilik yang dihuni oleh beberapa kawan seperjuangan, dan harus bangun pagi-pagi buta.
*
Keesokan harinya ia dapat berita agak gembira, sebab sang agen mengatakan bahwa ia ada kepentingan ke luar negeri selama satu hari satu malam, maka selama lawatan sang agen itu ia dan kawan seperjuangannya tidak diperkenankan mengerjakan sesuatu apapun. Beberapa pasang mata sang calon pahlawan devisa saling mencuri pandang serta bibir-bibir mereka saling mencuri senyum saat sang agen mengeluarkan pengumuman bersejarah itu. Setidaknya ada dua keuntungan yang mereka akan peroleh dari lawatan sang agen, pertama mereka bisa istirahat dan yang kedua mereka bisa ngerumpi dengan leluasa. Betul juga mereka benar-benar dapat istirahat dang ngerumpi sampai larut malam dengan leluasa hingga mereka terlunglai dalam buaian.
*
Hari ini ada berita baru buat Iyem…, ia dapat panggilan sang majikan, tapi entahlah…, mengapa nasib mujur benar tiada berpihak padanya, ia tak habis pikir merenung nasibnya, ‘salah dosa apakah yang telah aku perbuat hingga nasibku begini?, apakah kurang baktiku pada kedua orang tua?, apakah kurang sujudku pada Ilahi Rabbi?, selama ini aku pikir aku selalu hidup lurus, jangankan melakukan kesalahan besar, atas kesalahan kecil saja hatiku berontak tak karuan. Kini aku tak mampu bergerak selain atas ketentuan majikan, hendak sujud pada Tuhan saja harus mencuri-curi…, aduhai, mengapa nasibku jadi begini…, aku pasrah padaMu ya Tuhan…!!!’. Iyem betul-betul tiada tahan akan tindihan nasib yang menimpanya.

( BERSAMBUNG)

Wednesday, July 7, 2010

CERBUNG

IYEM
Oleh: Aba


Tulisan ini adalah sebuah fiksi yang dikolaborasi
dengan realitas yang melatar belakangi munculnya gagasan penulisn. Dalam konteks konten fiksi, manakala terdapat kesamaan/persinggungan ataupun hal yang kurang berkenan sungguh di luar kesengajaan, untuk itu kiranya mohon maaf dan maklum adanya. Kendatipun demikian disadari sepenuhnya bahwa fiksi ini dimaksudkan sebagai sebuah kritik sosial.

Tulisan ini mula ditulis di musim gugur, oleh sebab ketiadaan masa merampungkannya maka baru di tayang dalam masa musim dingin ini, yaitu setelah lebih dari satu bulan berikutnya. Aduh…, apa boleh buat nih…

Western Australia, Medio Juli 2010
(Bagian 1)
Kemaren pagi, bertepatan dengan anggal 21 Mei 2010, kawanku asal Meddle east, tepatnya Libanon, namanya adalah Nadiyah, ia bilang, ‘Ahmed, hari ini akan hujan, dan seharian akan mendung’. Betul, hari kemaren hujan dan mendung seharian. Hari ini adalah hari Sabtu, hari off kerja bagi kami, seandainya hari ini aku bertemu Nadiyah, aku akan bilang, ‘Nadiyah…, hari inipun weather seperti kemaren, hujan dan mendung seharian’.
Sore hari ini aku duduk sendirian di balik jendela kaca transparan di sebuah unit usaha di kawasan Carousel, di luar angin bertiup kencang menerpa pepohonan, daun-daunnya berkaparan meliuk-liuk dipermainkan sang bayu, biasalah musim gugur dari tahun ke tahun seperti ini. Hari ini udara tidak seberapa dingin, hingga aku merasa tidak perlu memakai jaket. Aku menatap ke luar, aku membayangkan akan nasib si Aminah, si Iyem, si bibik, atau entah siapa lagi lah nama-nama yang bisa kita sebut, yang kata orang mereka itu adalah pahlawan devisa, mereka adalah TKW. Aduh…, apa pula hubungannya Nadiyah, hujan, mendung serta musim gugur yang senyatanya terjadi dengan TKW dalam tulisan fiksiku ini?!!!. Aku hanya membayangkan di kala aku membaca berbagai media di negeriku, tentang gugur dan gugurnya TKW kita, aku telusur irama suara sang bayu, mereka gugur begitu saja tanpa ada perlindungan dari sang penguasa, yang paling banter adalah saling mencari si kambing hitam, dan selepas dari itu masa akan menghapus ingatan kita, si kambing hitam dan sang penguasa telah cuci tangan, bersih dan tetap memainkan tarian.
*

Nadiyah…, hari ini masih juga hujan dan mendung menyelimuti kawasan Perth dan sekitarnya, di negeriku pun mendung dan hujan, yaitu mendung dan hujan dalam teriknya mentari dan cerahnya cuaca, yaitu mendung kesedihan dan hujan tangisan rakyat jelata yang menyabung nasib tanpa hirau akan ada jaminan perlindungan ataukah tidak.
*
Iyem adalah salahsatu TKW kita, ia berasal dari tanah Jawa yang subur, yang penduduknya embludek tanpa mampu diimbangi oleh Pulau-pulau lain di negeriku, termasuk pulau Sumatera yang besar. Pembangunan terpusat di tanah itu, uang dan sentra-sentra usaha melimpah pula. Tak adakah upaya untuk membangun kantong-kantong yang berimbang?!, ataukah kerena hawatir kalau Daerah-daerah bisa Berjaya lalu mereka minta merdeka?!, maka menjajah mereka, atau dalam bahasa halusnya menciptakan ketergantungan adalah merupakan jalan terbaik bagi kejayaan sang penguasa pusat dan sang demang di daerah. Memang kawasan lain telah memuntahkan hasil perut buminya, namun sayang bagai tiada perputaran uang di tanah itu. Namun begitu bukanlah bermakna penduduk di tanah Jawa telah menikmati kemakmuran; tidak…, jutaan ummat hidup dililit kemiskinan, bahkan di bawah ambang batas.
*
Iyem adalah dara nan cantik jelita, kulitnya putih bersih, berambut ikal, hidungnya mancung, senyumnya menawan. Iyem adalah gadis yang cerdas, selalu bintang kelas sedari TK hingga SMU, medali penghargaan selalu digondolnya. Mestinya Iyem layak menjadi apa yang disebut mahasiswa, namun apa daya orang tua Iyem tidak mampu memikul beaya untuk penyandangan status mahasiswa itu. Iyem sempat nganggur beberapa saat, hingga kemudian datang calo TKW menawarkan sejuta harapan. Siapa tidak tertarik dengan gaji tiga juta limaratus ribu rupiah per bulan?!!!. ‘Gaji segitu itu bersih lho Iyem…!!, sudah dipotong tax dan lain-lain tetek-bengek…!!’, demikian kata sang calo. ‘Terimakasih mas…, aku masih mau mikir dulu mas…’, jawab Iyem. ‘Apa lagi yang mau dipikir…?!!, ini kesempatan baik lho Iyem…, kerja di sini paling-paling enam ratus ribu rupuah sebulan…, belum lagi dipotong transport, belum juga baksonya, dan lain-lain, lagi pula kita ini pengerah tenagakerja yang b o n a f i d e lho Iyem…!!!’, demikian crocos sang calo. ‘Iya…, iya…, tapi Iyem mesti mikir dulu la mas…, kasih aja Iyem nomor HP mas, entar Iyem hubungi bila emang Iyem Okay…’, jawab Iyem dengan lembut. Lalu sang calo memberinya kartu nama.

Satu bulan kemudian Iyem memutuskan untuk ikut ambil bagian dalam bursa pahlawan devisa. Pelatihan tetek-bengek telah ia lalui, hingga tiba saat keberangkatan. Bersama kawan seangkatan ia melalui Bandara Juanda Surabaya menuju Batam, lalu ke kesuatu pulau tetangga sebagai tempat penampungan. Ternyata banyak kawan-kawan seperjuangan yang sedang antri di penampungan itu, tak kurang pula yang merasa putus asa, tapi apa mau dikata.
*
(BERSAMBUNG)

Monday, July 5, 2010

TRADISI BAWEAN

TRADISI NGATER-NGATERAKEN
(Orang Bawean Di Australia)
Oleh: Aba

Keterangan Gambar: Ustadz Badrun Dan Pengantar Di Bandara Internasonal Perth Western Australia.
Konon istilah berangkat bermula dari kebiasaan dalam kalangan kaum ningrat yang bila bepergian biasa pula dengan diangkat (dipikul di pundak) oleh ‘abdi’, maka itu disebutlah sebagai berangkat (ber-angkat). Hal tersebut menjadi sebutan hingga sekarang setiap seseorang hendak pergi atau bepergian. Adapun istilah berlayar adalah bermula tatkala seseorang bepergian dengan menyeberang lautan, yang pada mulanya menggunakan kendaraan yang diberi layar (yaitu perahu), maka hingga sekarang bila seseorang bepergian menyeberang lautan dipakailah istilah berlayar (ber-layar) walaupun menggunakan kendaraan kapal mesin yang tidak menggunakan (ber) layer sekalipun.
Di Australia kata berlayar juga ada digunakan orang kita bilamana seseorang pergi (bepergian) ke kampung halaman (Bawean), walau dari Australia dengan naik pesawat terbang (berterbang). Tradisi mengantar seseorang yang hendak ‘berlayar’ pun masih Nampak, dalam hal ini yaitu ke Bandar Udara (Bandara/Air Port).
Nampak dalam gambar tatkala Ustadz Badrun berempat bersama istri, putri serta bibinya hendak ‘berlayar’ pada hari Sabtu, tanggal 3 Juli 2010 selepas waktu subuh.
Bila kita cermati dalam gambar tersebut yaitu terdapat tiga generasi. Generasi pertama yaitu yang lahir dan besar di Bawean, generasi kedua adalah yang lahir dan besar di Christmas Island dengan dominasi culture melayu, adapun generasi ketiga yang lahir di Australia (yang dalam hal ini nampak masih memasuki usia belasan tahun dan belum mandiri). Akankah tradisi semacam itu akan bertahan pada generasi berikutnya yang lahir dan besar dalam pergumulan di bingkai culture ‘dominasi’ masyarakat barat?!!.

MENGGAYUH MEMAHAMI EKSISTENSI TUHAN

Oleh: A. Fuad Usfa Eksistensi Tuhan Berbicara tentang Tuhan berarti berbicara suatu yang gaib, abstrak. Tidak bisa ditangkap dengan penca in...