Sunday, June 27, 2010

GAGASAN

KENANG-KENANGAN MANIS
DARI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
Oleh: Aba

Gosnells WA, Medio Juni 2010

Dalam stiap Kuliah Kerja Nyata (KKN) selalunya memberikan kenang-kenangan buat lembaga di mana KKN dilaksanakan. Adalah suatu kenangan manis yang bukan hanya sekedar buat lembaga, melainkan buat wilayah Bawean secara keseluruhan manakala Universitas Pembangunan Nasional (UPN 'Veteran') bisa memberi suatu kenangan monumental dan selaras dengan nafas dunia Perguruan Tinggi, yaitu dengan menerbitkan buku, misalnya dengan tema yang bernuansakan sektor usaha melalui dunia wisata, atau tema lainnya. Adapun isinya bisa diseting sedemikian rupa, untuk itu bisa bekerjasama dengan Media Bawean yang telah begitu kaya dengan data-data yang diperlukan, dan ready for use. Mungkinkah...?!!!

Friday, June 25, 2010

SANG GENERASI (3)

SANG GENERASI DI PERANTAUAN
(Orang Bawean Di Australia)
Oleh: Aba

Keterangan Foto: H. Muhammad Isa Bin Sulaiman dan Hj. Sumriyah Binti H. Ismail.
Generasi bisa dimaknakan tahap keturunan. Di perantauan orang Bawean yang langsung dari Bawean dan telah berumah tangga sebelum merantau, bisa jadi suami-istri adalah orang Bawean asli, namun manakala telah merantau dan berumahtangga di alam perantauan, bisa jadi mendapat jodoh selain orang Bawean. Demikian pula yang terjadi di Australia, terdapat banyak orang Bawean dan keturunannya yang telah mendapat jodoh dari berbagai etnik dan ras, sehingga dengan demikian terjadilah perbauran darah (mix blood) pada generasi mereka. Salah satu contoh adalah dari keturunan H. Ismail (asal Desa Lebak, wafat di Makkah) dan Hj. Maryam (asal Desa Lebak, wafat di Singapore). Salah satu putri beliau adalah Hj. Sumriyah, beliau lahir di Christmas Island

Keterangan Foto: Keluarga Besar H. Ismail. Duduk paling tengah (memakai baju putih) adalah H. Ismail yang didampingi istrinya. Paling kanan (menggendong putra) adalah H. Muhammad Isa Bin Sulaiman.

yang kemudian menikah dengan H. Muhammad Isa, asal dari Perak Malaysia.
Dari garis Hj. Sumriyah saja H. Ismail+Hj. Maryam telah mendapatkan cucu sebaanyak tiga belas orang, satu diantaranya berdomisili di Singapore, sedang duabelas di Australia. Menurut keterangan dari Habibah cicit daripada Hj. Sumriyah (H. Muhammad Isa) terdapat tidak kurang dari tiga puluh orang, dan diantara mereka telah ada yang sudah dewasa, mereka merupakan generasi ke-lima (cangga) daripada H. Ismail+Hj. Maryam sebagai orang yang langsung dari Bawean.
Keterangan Foto: H. Mukri (pak Ay) bersama anak angkat dan istrinya. Dikutip dari buku 'We Were the CIslanders', yang ditulis oleh: Marg Neale.

Hj. Sumriyah adalah kelahiran Christmas Island pada tahun 1929, pada tahun 1915 telah terdapat orang Bawean (Lebak) yang menjadi Kepala Kampung Melayu (Malay Kampong). Maknanya apa?, pada penggal awal abad XX telah terdapat orang Bawean yang merantau hingga ke kawasan Christmas Island yang sekarang masuk dalam wilayah Western Australia. Arus pergerakan mereka ke daratan (benua) Australia baru mula di pertengahan dekade tujuh puluhan.

LAGI DINGINNYA…!!!

Oleh: Aba

Dingin lagi…, dingin lagi…, tadi malam di Gosnells bisa pada posisi 1 derajat C di bawah nol…, lumayan khan…?!!!

Thursday, June 24, 2010

DINGIN DEH…!!!

Oleh: Aba

Aduh…, dingin deh... tadi malam …, di Gosnells bisa mencapai 0 derajat C, lumayan ...!!!

HUMOR

UJIAN SKRIPSI
Oleh: Aba

1. PERSIS…!!!
Dalam unjian skripsi, dosen penguji bertanya pada mahasiswa, ‘mengapa saudara menyatakan bahwa pemasungan orang yang menderita kelainan jiwa bisa tidak dijatuhi pidana, padahal sudah jelas norma dan sanksinya dalam ketentuan undang-undang bahwa yang demikian itu telah memenuhi unsur delik?!!!. Mahasiswa menjawab bertele-tele, maka itu sang dosen penguji bilang, ‘intinya apa saudara, ka rena ada dalam istilah doktrin…!!’, mahasiswa masih juga menjawab bertele-tele, maka dosen penguji memotongnya lagi, ‘intinya saja saudara, sebagaimana istilah dalam doktrin; lalu mahasiswa mencoba mengingat-ingat, tapi gagal. Sang dosen penguji memberitahu, bahwa saya tahu maksud saudara, yaitu oleh sebab adanya alas an penghapus pidana…, seraya menguraikan. Begitu sang dosen selesai menguraikan, sang mahasiswa dengan tangkas langsung bilang, ‘nah…, itu maksud saya…, persis seperti yang bapak bilang…!!!.
Para dosen penguji mesam-mesem geli sambil geleng-geleng kepala.

2. MASAK LUPA TIDAK BOLEH BU….!!!
Dalam ujian skripsi sang dosen penguji bertanya pada mahasiswa, ‘saudara telah mengambil topik Syarat Sahnya Perjanjian, maka terlebih dahulu saya mau tanya, apa saja sih syarat sahnya perjanjian itu dan dimana diatur?!!!’. Mahasiswa mencoba mengingatnya, setelah berpikir keras belum juga bisa menjawab, lalu sang dosen penguji tanya, ‘apakah saudara menggarap skripsi sendiri ataukah digarapkan orang lain?!!!, mahasiswa menjawab, ‘menggarap sendiri bu…, tapi lupa tentang syarat sahnya perjanjian…!!!’. Lalu sang dosen penguji bilang, ‘mengapa justru pada hal yang mendasar saudara lupa, bukankah mestinya telah di luar kepala…?!!!, sang mahasiswa kontan aja menjawab, ‘lupa bu…, masak lupa tidak boleh…!!!’.
Aduh…!!!, seru para dosen penguji.
3. PANCASILA
Dalam ujian skripsi seorang mahasiswa yang mengambil konsentrasi Hukum Tata Negara (HTN) ditanya oleh sang dosen penguji, ‘saudara mengambil konsentrasi HTN, terlebih dahulu saya mau tanya, apa saudara hafal sila-sila daripada Pancasila?!!!, dengan tegas sang mahasiswa menjawab, ‘hafal pak…!!!’. Lalu sang dosen meminta agar mahasiswa menyebutkan, mahasiswa menjawab, ‘baik pak…!!!, Satu : Pancasila
Dua : Ketuhanan YME
Tiga : Kemanusiaan yang adil dan beradab
Empat : Persatuan Indonesia
Lima : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
Enam : Lho…., kok enam ya…?!!!
Sang dosen penguji bilang, ya…, tidak tahu kenapa enam…
Coba saudara ulang lagi, yang tenang saudara…!!!, ‘baik pak…”, jawab sang mahasiswa. Lalu ia mengulanginya lagi:
Satu : Pancasila
Dua : Ketuhanan YME
Tiga : Kemanusiaan yang adil dan beradab
Empat : Persatuan Indonesia
Lima : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
Enam : Lho…., kok enam ya…?!!!
Majlis dosen penguji mesam-mesem tak mampu menahan geli…!!!

Wednesday, June 23, 2010

TAPAK LANGKAH

Oleh: Aba

Perth, Medio Juni 2010
1. Di bulan Oktober tahun 2000 aku dan beberapa kawan seprofesi (dalam hal ini para Dekan, Pembantu Rektor III dan Direktur ACICIS) melakukan lawatan kerja ke Western Australia, memasuki kota Perth seorang kawan dari Fakultas Agama Islam (FAI) bilang, ‘ini Islam pak Fuad, aku menemukan Islam di sini’; dengan nada kritik aku tanya, ‘Islamnya siapa pak?, yang aku tahu yang paling tahu Islam itu ya Muhammadiyah itu…, ya NU itu…, ya Pondok Pesantren itu…, ya…, kok tidak seperti ini…?!!’, beliau jawab, ‘dalam konsepnya pak Fuad…!!!’.
Keterangan Gambar: Dari kiri ke kanan,
Aku, Tongat, Sumali, Perwakilan LDF, paling belakang Sidik Sunaryo
dalam salahsatu kegiatan Nasional.

2. Di tahun 2005 aku (seorangan) melakukan lawatan kerja ke suatu Negeri, diantaranya aku mengunjungi organisasi Advokat tingkat Nasional, aku baru tahu tingkat pimpinan didominasi kalangan non pribumi (--perlu ditekankan disini, bahwa aku tidak mempermasalahkan pri dan non pri, sebab profesionalisme tidak mengenal pembedaan itu, hanya saja aku sekedar mengungkap apa adanya yang ada dilapangan saja--), dengan realitas itu aku tanya pada kawanku (Advocate And Solicitor), mengapa orang awak minim di struktural? (hanya sekedar ingin tahu), dan beliau menjawab, ‘sebab sudah ‘adat’ tak suka bila saudaranya berjaya, bahkan belum merasa puas kalau belum menjatuhkan saudaranya. Makna yang aku tangkap yaitu nafsu saling menjatuhkan sesama demi status.

3. Juga di tahun 2005 aku bertiga bersama Sumali (sekarang Direktur Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum UMM) dan Tongat (sekarang sedang menempuh program Doktor/S3 di Universitas Diponegoro Semarang) hendak melakukan lawatan kerja ke Batam, Singapore dan Malaysia, hendak berangkat via Bandara Juanda Surabaya, tiket pesawat pesan jauh hari pada orang Bawean, aku tinggal telpon aja. Okay…, tiba tanggal mainnya, dari Malang berangkat jam 02.30 dini hari naik trevel, sampai di Juanda…, aduh…, tiket tidak dapat, katanya diambil orang…, ya…, apa boleh buat, balik ke Malang naik taxi…!!!, lumayan pagi-pagi ngelencer ke Juanda…!!! 4. Di tahun 2006 aku melakukan lawatan kerja ke Batam, Singapore dan Malaysia berdua bersama bersama seorang kawan, oh iya…, beliau adalah salah seorang ahli hisap (maksud saya perokok berat, hehe). Dari Batam ke Singapore naik fery via Batam Centre, aku lihat beliau masih asyik merekok di buritan fery sambil menikmati alunan gelombang Selat Malaka, lalu aku bilang, ‘daripada entar ditanyai petugas, lebih baik buang aja rokok tu…’, dan beliau sepakat. Sesampainya di bagian pemeriksaan, kastam tanya, ‘awak bawa rukuk kah…?!!’, ‘tidak…!!’, jawab beliau, malah petugas tanya lagi dengan pertanyaan yang persis sama, aku jadi tercengan juga…, maka aku turut menjawabkan pula, ‘tak ade lah…!!’, lalu petugas jawab,’tu…, mengapa ade lighter di tangannya…?!!!; aduh…, dasar perokok, dibuang rokoknya masih tersisa korek api ditangannya. 5. Ada lagi pengalaman ke dua bersama Tongat dan Sumali. Seusai bersidang di Mahkamah Konstitusi RI di Jakarta, bermaksud terbang ke Surabaya…, jalanan Jakarta begitu macet…, tidak seperti biasanya, sesampai di Bandara Cengkareng, aduh…, pesawat sudah berangkat… Maka kami dating ke petugas, mereka bilang tiket sudah hangus…, pak Sumali langsung aja bilang, ‘tidak bisa, kami gugat…!!!’. Lalu kami mesti menunggu…., masih akan dibicarakan dulu katanya, dan kemudian dapat keputusan tiket tidak hangus, naik pesawat keberangkatan berikutnya…!!!. Catatan: untuk penerbangan domistik kita, kita ayang selalu menunggu, bahkan hingga berjam-jam karena penundaan.

6. Aku bersama Sidik Sunaryo (sekarang Dekan Fakultas Hukum UMM) serta beberapa kawan melakukan advokasi di luar kota, kejadian tersebut kira-kira tahun 1995, yaitu kasus a susila, tersangka bersikeras, bahwa ia telah menikah, maka itu tidak ada a susila…!!!. Kala ditanya dimana menikahnya, ia jawab di Bangil…, kala ditanya lagi, okay…, di Bangil…, di Bangilnya di mana, di rumahnya sifulan misalnya…,?’, ia jawab, ‘di dalam mobil bersama kawan-kawan….!!!’.

Monday, June 21, 2010

KITA SIMAK YUK….!!!

Oleh: Aba

1. Adakah lini yang terbebas dari korupsi di negeriku….?!!. Ah…, tak perlu jawaban…!!!

2. ‘Kalau kerja di Bea Cukai banyak luarannya lho…!!’;
“Suamiku kerja di bidang pendidikan, jabatannya Kepala Bagian Umum, siapa yang tak suka di pos itu…?!!, setiap bulan uang masuk puluhan juta rupiah, biasa…, luaran komisi…!!!”;
kawannya yang satu lagi bilang, ‘anakku kerja kapal supply di Selat Malaka, aduh…, duit mengelir deh…, aku bisa berkali-kali naik haji….!!’.
Kawannya yang lain lagi bilang, ‘itu korupsi lho…!!!’, kontan dijawab yang lain, dan
dibenarkan yang lain-lain lagi, jawabannya adalah, ‘aduh…, bukan korupsi…, itu luaran namanya…!!!.

3. Setiap orang, tua muda, yang aku jumpai di sini, kala bicara Australia selalu menyebut (yang intinya), ‘amat bagus, penghargaan, manusiawi, damai… dan seterusnya; lalu disbanding-banding seraya bilang (yang intinya), ‘orang di luar Islamlah yang menjalankan Islam’. Hal yang dapat kita tarik makna adalah, bahwa orang tak pernah terlepas dari klaim.

Friday, June 18, 2010

SUARA KALBU

Oleh: A. Fuad Usfa
Perth, Awal Musim Dingin 2010

Aduh…, sering aku kesulitan mengatur waktu untuk menulis sesuatu, kadang hanya ada kesempatan sepuluh menit, dua puluh menit atau tiga puluh menit, atau beruntung kalau bisa satu jam atau satu jam setengah (maksimum), lalu dilanjut besoknya atau entah kapanlah…, bila-bila sempat lah…, maka aku pikir mending yang pendek-pendek aja deh… Dalam kesempatan ini aku suguhkan sekedar ungkapan suara kalbuku aja… Kita simak sama-sama yuk…
* Cinta dan benci tak pernah menyatu, tapi ia hidup dalam satu rumah, yaitu hati.
* Cinta mengambang antara bahagia dan duka, maka itu hati-hatilah dengan cinta.
* Hidup tanpa cinta adalah kematian
* Sementara orang bilang, cinta itu ada dalam laci, aku buka, dan ternyata hanyalah aku dapati lempengan uang dan patung kursi
* Pernahkah anda berpikir mencintai seseorang karena paras dan budi pekertinya?, atau karena parasnya saja?, atau karena budi pekertinya saja?; berbahagialah bila yang awal dan yang akhir yang terujud.
* Cinta remaja bagai pesta dan dekorasinya
* Tiada keindahan taman hati, kecuali di masa remaja.
* Cinta pertama bagai sinar dan bayangan atas benda, ‘kan kekal menyertainya.
* Cinta birahi sebatas kulit ari.
* Aku mencintaimu sayang…, bisa bermakna aku ‘kan menyakitimu sayang…
* Kata sayang buat kekasih merupakan hiasan yang amat indah, maka itu tempatkan sekedar di mana perlu, sebab bila berlebih akan kehilangan makna.
* Aku duduk tepekur di sebuah stasiun Kereta Api di pinggiran kota, di sebelahku ada pelita, di sekelilingnya beratus, bahkan beribu serangga mati terkapar, masih datang yang lain lagi, dan mati terkapar dan terkapar; aku piker bukan karena kebodohannya, melainkan karena cintanya pada cahaya.
* Lidah dan hati sering tak sejalan
* Senyum itu indah.
* Belajarlah untuk tersenyum dalam keadaan apapun, sebab senyum itu dapat meringankan beban hati.
* Bila engkau punya kekasih yang teramat sukar untuk tersenyum, bermakna satu kemalangan telah menimpa anda.
* Seseorang telah berkata: ‘Orang sering melupakan senyum, hingga dagunya hampir menyentuh hidungnya, sebab yang selalu ada dalam benaknya uang, uang dan uang’.
* Masa menyimpang berbagai misteri.
* Dunia penuh misteri, manusialah gembong misteri itu.
* Tebarkanlah benci, tebarkanlah iri dan dengki, tebarkanlah permusuhan, dan lain yang sebangsanya…, bila engkau ingin menjadi kekasih syetan…!!!
* Bila orang bodoh maju memimpin, orang pandaipun akan diperbodoh.
* Orang bodoh sering sombong dengan kebodohannya.
* Bila jiwa telah terbentuk, sulit untuk membentuk yang berikutnya.
* Segalanya 'kan tertakar uang, namun uang bukan segalanya.
* Setiap orang dan bangsa punya ‘berhala’, yang disebut budaya.
* Suatu masa, sang gadis, aku kira membenci aku, ternyata mencintai aku.
* Indahnya menikmati minum teh hangat di pagi ini, setelah lama tak menikmatinya.

Sunday, June 13, 2010

TERIMAKASIH SAUDARAKU

Oleh: Aba

Western Australia, Awal Musim Dingin Di Tahun 2010

Sunyi
Senyap
Terasa gelap

Riak gelombangmu
Irama desir tiupan sang bayu kala membelai hutanmu
Dentum cangkul petanimu
Desingan kail
Dan desir jala nelayanmu
Derap langkah gegap gempitanya
Siapa dan apa di atas punggungmu
Irama nyanyian para perantaumu

Dalam sunyi
Dalam senyap
Dan terasa gelap

Perjalanan masa telah menguak tabir
Seiring dengan hadirnya
Sosok putramu
Yang telah menabuhkan genderang
Menyalakan pelita
Dengan etos dan nyalinya

Kini tiada lagi kesunyian itu
Tiada lagi kesenyapan itu
Tiada lagi gelap itu

Beragam iramamu
Bersama pelita
Telah mengitar globe bumi.

Terimakasih saudaraku.

ANEKDOT

Oleh: Aba

Seorang sufi duduk sendirian di area kampus, tatapannya tertuju ke tanah, tiba-tiba secarik Koran terbang persis jatuh di pangkuannya, lalu tebaca olehnya sederet tulisan kapital ‘MAHASISWA FAKULTAS HUKUM’, dengan refleks pikirannya menerawang; ‘aduhai mahasiswa Fakultas Hukum, tatkala mahasiswa engkau belajar Hukum Dagang, setelah lulus apakah engkau ‘kan belajar dagang hukum…?!!!’

Thursday, June 10, 2010

SEORANG PINGGIRAN

Oleh: Aba










Di suatu pojok dunia

Seorang pinggiran melangkah gontai
Sedih dan dukanya dibalut suka
Tangisnya dibalut senyum dan tawa
Bagai tiada mengenal sedih dan duka serta tangisan

Seorang pinggiran terus melangkah gontai
Yang jejak langkahnya hanya nampak dua belah kaki saja
Yaitu kakinya sendiri
Tiada yang menyertai

Rapuh belulang
Dan tirta raganya yang tersisa

Dipertaruhkan
Untuk meraih cucuran berkah
Sebelas dari kasihNYA

Seorang pinggiran terus melangkah gontai dan gontai
Yang berkata hanya untuk berkata
Sekadar yang ia tahu
Kalau mungkin kan punya makna

Seorang pinggirang terus melangkah gontai, gontai dan gontai
Dengan pikirnya ia merangkai kata
Dari sumber getaran kalbunya

Seorang pinggiran terus dan terus melangkah gontai, gontai dan gontai
Sambil berkata
Berkarya baik hal yang mulya
Apapun pangkat, kedudukan
Ya…, apapun status sosialnya

(Gosnells WA, Medio Juni 2010)
==


TUNTUTLAH ILMU WALAU KENEGERI CINA

WA, 9 Juni 2010

1. Islam dan Ilmu Pengetahuan
Dalam al-Qur’an dan al-Hadist (sabda, perbuatan dan taqrir daripada Rasulullah SAW) pengembangan ilmu pengetahuan telah mendapat tempat yang semestinya, difirmankan oleh Allah SWT, bahwa Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat (Q:S:58:11), ‘adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran’ (Q:S:39:9), ayat yang mula-mula turun adalah merupakan landasan ilmu pengetahuan (baca Q:S:96:1–5). Rasulullah SAW telah bersabda, bahwa menuntut ilmu itu diwajibkan atas kaum muslimin dan muslimat; Tuntutlah ilmu sedari buaian ibu sampai ke liang lahat; Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina, dan tentu masih banyak yang lain sebagaimana telah kita pahami bersama.

2. Sekelebat Ahli Ilmu Pengetahuan Di Saat Kejayaan Islam
Di saat jayanya dunia Islam telah memunculkan para ahli di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan filsafat, yang mana dunia barat telah pula mengambil pelajaran dari kejayaannya. Tokoh-tokoh itu dapat kita catat seperti, Abu Yusuf Ya’kub bin Ishaq bin as- Shabagh al- Kindi, Ahmad bin Thayib as- Sarakhsi, Muhammad bin Musa, Ahmad bin Musa, al- Hasan bin Musa yang termasyhur di bidang ilmu pasti, Muhammad bin Musa al- Khawarizmi sebagai penemu Aljabar, Abu Nashr Muhammad bin Tharkhan al- Farabi (Alphanabius) pencipta alat musik yang diberi nama al- Qanun yang selanjutnya ditiru oleh orang barat dengan nama Piano, Abu Bakar Muhammad bin Zakariya ar- Razi ahli ilmu kedokteran dan kimia, Syeh Abu Ali al- Husein bin Sina (aviciena) dan Abur Raihan Ahmad bin Muhammad al- Bairuni ahli ilmu falak dan ilmu bumi. Diantara tokoh-tokoh yang termasyhur pada Kerajaan Fathimiyah di Mesir dapat kita catat antara lain, Ibnu Yunus dalam ilmu falak dan ilmu alam, Ibnu Ridwan dalam bidang ilmu kedokteran. Sedang di Spanyol muncul tokoh yang termasyhur seperti Abu Walid al- Qadhi Ahmad Ibnu Rusyd (Averroes) dan Abul Qasim al- Zahrawi (Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al-Qur’an, tth, Muqaddimah: 100-101).
Islam telah menguasai peradaban dunia selama 800 tahun, dari kurun ke 8 hingga 16. Di dunia barat Islam telah berkuasa di Spanyol, dari Cordoba hingga Granada serentang masa itu pula.

3. Kekinian dan Kekitaan
Pada hadist yang terakhir penulis kutip mengingatkan kita pada realitas di abad ini, dan sabda Rasulullah tersebut tetap hidup dalam pengertian majazy dan actual(y).

Fakta menunjukkan, bahwa negeri Cina telah berkibar ke berbagai negeri, khususnya di bidang bisnis. Tangan-tangan mereka menggapai di mana tempat. Produk-produk mereka riil telah merambah pasar dunia, dari barang yang kita baru mengenal merek itu, hingga barang berjenama. Coba tengok di Australia Barat saja misalnya, rasanya di setiap jengkal area bisnis, ya…, tertebar barang buatan Cina, angkat Nike, angkatlah Rebock, angkat Nokia, dll, ya…, terdapat buatan Cina, apa lagi souvenir-sovenir, maka selain buatan Cina tak banyak dijumpai. Coba tengok di berbagai negeri yang lain, termasuk di Negara kita. Di bidang politik Cina telah mampu memainkan peran yang amat diperhitungkan, Cina termasuk salah satu dari lima Negara yang mempunyai hak veto di PBB (terlepas apakah kita setuju ataukah tidak dengan sistem veto), keruntuhan Uni Sovyet bagai tak berimbas apapun, Cina masih tetap tegar di tengah gonjang-ganjingnya percaturan politik dunia. Memimpin lebih dari satu milyar jiwa (1.306.313.812 jiwa) (
http://id.wikipedia.org/wiki/Penduduk) dengan wilayah yang luas mestinya merupakan suatu kerumitan tersendiri.

4. Penutup
Sebagaimana kita pahami bersama, bahwa realitas menunjukkan negeri kita adalah merupakan negeri berpenduduk muslim terbesar, sabda Rasulullah itu seakan mengingatkan pada kita, di saat ini pula, ‘utlubul ‘ilma walau bissin’.

Referensi

Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al-Qur’an, tth, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya ke Dalam Bahasa Indonesia.

(
http://id.wikipedia.org/wiki/Penduduk)

Saturday, June 5, 2010

KEJUTAN BUDAYA

KEJUTAN BUDAYA
DAN POSISI MAHASISWA KKN DI TENGAH BUDAYA LOKAL
(Ku suguhkan Buat Mahasiswa UPN
Yang Akan Melaksanakan KKN
Di Pulau Bawean)
Oleh: Aba

Gosnells, Western Australia, 5 Juni 2010

Tatkala jiwa telah terbentuk,
Sulit untuk membentuk yang berikutnya.
(Aba)

1. Pendahuluan
Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.
Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.
Demikian aku kutip dua pepatah dalam masyarakat kita. Dari dua pepatah tersebut menggambarkan adanya pengakuan terhadap keberagaman budaya serta pengakuan terhadap urgensi adaptasi.
Rektorat UPN "Veteran" Jatim, Yogyakarta, Jakarta
Foto di kutip daari Media Bawean 18 April 2010

2. Akar Budaya

Manusia terdiri dari jiwa dan raga. Raga akan tumbuh sebagaimana adanya di manapun ia berada, sedang jiwa akan tumbuh sesuai dengan ranah ruang dan waktunya, maka itu beda ruang ataupun beda waktu akan beda pula coraknya. Raga tak bisa untuk menyesuaikan diri, dalam arti penyamaan diri (jazadnya) dengan orang-orang di mana tempat ia lahir dan tumbuh, orang hitam tak ‘kan bisa menjadi putih walau ia lahir dan tumbuh di tengah-tengah masyarakat kulit putih di benua Eropa. Perbedaan dan persamaan yang timbul dan berkembang dalam konteks budaya bukanlah perbedaan dan persamaan atas raga (fisikal), melainkan perbedaan dan persamaan dalam pengertian rohaniyah (jiwa). Budaya yang mengejawantah dalam sikap perilaku serta benda-benda fisik tak lain daripada cerminan alam rohaniyah (jiwa) yang abstrak. Oleh sebab itu orang kulit hitam yang lahir dan tumbuh di tengah-tengah belantara Afrika akan berbeda (budayanya) dengan orang kulit hitam yang lahir dan tumbuh di lingkungan Gedung Putih Amirika Serikat, walau sama kulit hitamnya. Karena sebab adanya perbedaan pada pertumbuhan dan pengembangan rohaniyahnya (--termasuk alam pikir adalah merupakan alam rohaniyah yang abstrak--) seseorang yang lahir, tumbuh dan berkembang di Jawa, yang sedari alam kandungan telah terbina dengan nilai-nilai budaya Jawa, akan menjadi sebagaimana masyarakat Jawa di mana ia lahir, tumbuh dan kembang itu, ia akan memegang budayanya, bahkan ia akan memegangnya erat-erat serta mempertahankannya dan akan sensitif manakala berhadapan dengan budaya lain yang berbeda, apalagi dipahami bertentangan.

3. Shock
Manakala seseorang sedari kecil hingga dewasa/tua hanya berkecimpung dalam satu budaya saja, maka ia akan mengalami kejutan (shock) budaya yang luar biasa manakala memasuki area lain, atau budaya lain masuk dalam areanya, termasuk apa yang disebut upaya pembaharuan ataukah term apalah namanya. Setiap orang, siapapun juga, tak ada kecuali, termasuk mereka yang telah berinteraksi lintas budaya akan mengalami kejutan budaya manakala mereka memasuki area budaya lain atau sebaliknya. Kejutan itu bisa begitu hebat ataupun ringan saja, tergantung tingkat perbedaan –pemahaman—yang dikandungnya. Makin tinggi tingkat perbedaan –pemahaman- akan makin tinggi tingkat kejuatan yang dialami.

4. Adaptasi
Jalan untuk memadukan (menyerasikan) antar perbedaan itu adalah adaptasi. Adaptasi adalah proses penyerasian antar perbedaan yang ada. Sebagai illustrasi dapatlah diketengahkan suatu misal, manakala orang Jawa yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam budaya Jawa, lalu ia merantau ke Kalimantan. Suatu ketika ia membeli barang, ia menyerahkan uang dengan tangan kanan, namun tiba-tiba si penjual menerimanya dengan tangan kiri. Kita akan berkata jujur, tentu orang Jawa tadi akan mengalami shock yang cukup berat, hatinya akan merasa dicabik-cabik, karena merasa diperlakukan tidak sopan. Namun manakala telah beradaptasi ia akan dapat memahami, walau ia tetap belum bisa menerima. Kendatipun demikian anak keturunan orang Jawa tadi yang lahir, tumbuh dan berkembang di area budaya baru itu akan memiliki sikap yang berbeda, ia/mereka akan dengan mudah menerima atau bisa jadi justru terserap dalam budaya tempatan. Oleh karena kaedah budaya adalah saling merasuki, maka tergantunglah budaya mana yang paling dominant. Suatu misal yang lain lagi manakala seseorang yang lahir, tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat Islam, ia serta datuk moyangnya adalah penganut agama Islam yang taat, hari-hari mengaji, sholat, hendak makan bismillah dan berdoa, dan lain-lain, kemudian ia hidup di tengah masyarakat barat (kulit putih) yang bukan beragama Islam, bahkan banyak pula yang free thinker, belum lagi budaya bebasnya, dan lain-lain yang tergambar dalam benaknya. Tak lama kemudia tiba-tiba putra/putri kandungnya jatuh cinta dan hendak kawin dengan orang barat itu, tentu kita dapat membayangkan apa yang akan terjadi pada diri orang tersebut, walau si calon menantu bersedia memeluk agama Islam sekalipun, masih juga rasa was-was terselip di hati. Bagi mereka yang belum teradaptasi dengan kultur kebebasan barat terhadap penentuan langkah individu tentu ia akan mengalami shock yang amat berat, jangan heran bila ada juga yang tidak mau menghadiri pernikahan putra/putrinya, namun jangan heran pula bila dalam masa kemudiannya baru ia dapat menerima realitas itu. Sedang bagi yang sudah teradaptasi, mereka akan dapat menerima segala kemungkinan, terlepas karena terpaksa ataukah tidak. Selanjutnya guliran waktu yang akan menentukan, generasi berikutnya bisa berkata lain, tergantung budaya mana yang paling dominant merasuki. Kini pergeseran nilai telah terjadi. Bisa jadi bagi si anak/cucu justru budaya dalam masyarakat orang tua dan datuk moyangnyalah yang justru mengejutkan dirinya. Dengan demikian yang terjadi adalah saling keterkejutan. Demikianlah budaya. Posmodernisme menawarkan kata, ‘keberagaman’, ‘plural’, ‘pluralisme’.

5. Refleks
Kejutan budaya yang saangat hebat sering menimbulkan refleks yang membikin seseorang seperti terhipnotis, begitu sadar bagai terdampar di suatu pantai, dengan terkapar lesu.

6. Kesungguhan
Adaptasi merupakan kunci penghubung yang menawarkan kearifan, mudah diucap, namun memerlukan kesungguhan dalam aplikasi, terlebih manakala suatu budaya telah melekat dalam diri.
Muspika dan Kades Sangkapura
Foto di kutip daari Media Bawean 18 April 2010

7. Posisi Mahasiswa KKN Di Tengah Budaya Lokal Di Lokasi KKN
Mahasiswa yang ikut KKN tentu berasal dari berbagai latar belakang budaya, rata-rata mereka baru berada pada proses penyesuaian diri di lingkungan di mana mereka menempuh studi. Di lingkungan barunya itu mereka menemukan banyak hal baru yang mereka ingin gapai dan ingin tepiskan, proses akulturasi sedang berjalan, mungkin saja mereka sedang mencari identitas, sebagai orang lama, orang baru ataukah orang lama dan baru, yang demikian itu tentu lebih banyak berada di alam bawah sadarnya. Yang nyata mereka baru saja ke luar dari kungkungan budaya asalnya, dari pengawasan orang tua dan lingkungan asalnya. Tiga tahun bukanlah waktu yang lama, terlalu instan untuk dikatakan telah mampu memilah-pilah. Kini, di lokasi KKN mereka harus masuk dalam budaya lain lagi, budaya yang berbeda dengan di lingkungan kota Surabaya, Yogyakarta maupun Jakarta, atau lingkungan kampusnya yang tentu lebih terbuka dan privacy. Di lingkungan baru (lokasi KKN) tentu saja mereka dituntut mampu menyesuaikan diri secara tiba-tiba, yang tentu tak ada tawaran lain, dalam konteks ini mereka berada pada posisi bawah angina, mereka adalah sebagai tamu yang sekali gus sebagai orang yang belajar memimpin dalam situasi dan kondisi apapun, namun sekaligus pula sebagi subyek. Budaya adalah merupakan ukuran dasar sebagai tali kendali yang mudah dipegangi. Disinilah mahasiswa KKN mesti memposisikan diri, dengan waktu yang singkat tentu tiada alternatif lain, sebab citra mahasiswa (baik sebagai diri maupun kolektifa) dan almamater serta dunia Perguruan Tinggi pada umumnya dipertaruhkan. Kearifan dalam memanage apa yang disebut kejutan budaya adalah suatu keharusan, tak ada tawaran lain.

8. Beberapa Hal Teknis
Dalam konteks budaya, terlebih dahulu yang perlu mahasiswa cermati di lokasi KKN adalah hal apa yang menjadi kecenderungan perilaku masyarakat yang merupakan arus utama, mahasiswa mesti paham ke mana arus bergerak, mahasiswa mesti paham mengatur posisi, mahasiswa mesti bergerak di tengah gerak gelombang masyarakat lokal, memahami hal di posisi mana masyarakat suka, tidak suka serta posisi netral. Suatu contoh di Bawean, posisi masyarakat suka seperti berpartisipasi dalam acara tahlilan, main zamroh, shalat maghrib berjamaah di masjid/surau, bermain olahraga berbaur dengan masyarakat, selalu bertegur sapa, dan lain-lain; sedang posisi masyarakat tidak suka seperti berlalu-lalang/hilir-mudik/‘keluyuran’ (apalagi berkelompok) di saat masuk waktu shalat maghrib; setahuku dalam hal ini orang Bawean teramat sangat tidak suka, terlebih lagi bila saat dhuhur di hari Jum’at, dan lain-lain; adapun posisi masyarakat netral seperti mengadakan pertemuan kelompok KKN, pertemuan antar kelompok KKN, dan lain-lain.

9. Penutup
Pada bagian penutup ini aku hanya gunakan untuk sekedar nyumbang saran, yaitu gunakan waktu anda yang teramat singkat sebaik mungkin, sebab anda mesti membangun kampus UPN di Bawean dengan megah, semegah yang di Surabaya, di Yogyakarta maupun yang di Jakarta, yaitu membangun di hati masyarakat.

MENGGAYUH MEMAHAMI EKSISTENSI TUHAN

Oleh: A. Fuad Usfa Eksistensi Tuhan Berbicara tentang Tuhan berarti berbicara suatu yang gaib, abstrak. Tidak bisa ditangkap dengan penca in...