Sunday, May 29, 2016

NALAR DAN NURANI TELAH STAG

Oleh: A. Fuad Usfa
Logika dan nurani sudah blong..., mengandalkan rasa dan fanatisme..., ukurannya jadi kabur... Melihat orang bahagia tidak suka, kalau bukan untuk diri dan kelompok klaimnya..., bahkan saudaranya sendiri jadi halal darahnya... Mengerikan..., darah darah darah..., inikah yg dimaknai peradaban...?, tak tahu lah...!. #hukumpun yg dimaknai hukum yg benar adalah hukum yg berdarah2..., menyedihkan memang...!!!
(FB)

Friday, May 27, 2016

DUA KESIBUKAN YANG TAK HENTI HENTINYA

DUA KESIBUKAN YG TAK HENTI2NYA
Oleh: A. Fuad Usfa
Sy buka2 fesbuk..., jadi tak habis pikir..., kita ini yg kononnya kuat dalam beragama..., ternyata larut dalam dua kesibukan utama yg tak henti2nya..., yaitu 1. Sibuk dalam mencari2 pembenaran diri..., dan yg ke2. Sibuk dalam mengoreksi dan menyalah2kan serta  menghujat pihak lain... #bahkan siapa yg berbeda, perangi, bermakna halal darahnya... Menyedihkan, terlalu kuat naluri2 primitif menguasai kita...
(FB)

AYUNAN LANGKAH SANG GENERASI

AYUNAN LANGKAH SANG GENERASI
Oleh: A. Fuad Usfa
(Selepas SLTA)
Tahun ajaran baru telah datang
Lembaga Pendidikan Tinggi membentangkan tangan
Diantara bidang dan jenjang studi mesti dipilih
Semoga tepat sasaran
Cermatilah!

Di usia yang paling produktif dipertaruhkan
Akankah menjadi pengangguran tak kentara?
Berujung pada yang kentara?
Dan...?
Mengorbankan dana serata masa?
Akankah mereka di lepaskan tanpa 'alur'?

Pemerintah dan aktifis dunia pendidikan ditutntu untuk menjawabnya!
Suatu tantangan.
(FB)

RIUH-RENDA DALAM KESUNYIAN

RIUH-RENDA DALAM KESUNYIAN
Oleh: A. Fuad Usfa)
Tiada sunyi
Di tempat sunyu sekalipun
Karena riuh-renda kehidupan
Tetap bersemayam dalam jiwa kita.
(FB)

GADISKU DI JELANG SENJA

GADISKU DI JELANG SENJA
Oleh: A. Fuad Usfa
Ku teringat pada suatu waktu
Kala ku hendak balik keperantauan
Kau datang menghampiriku di ujung dermaga
Wajahmu merona menutup putih kulitmu
Gaun putihmu berayun diterpa angin laut
Di suatu waktu
Menjelang senja.
(FB)

LIMA POTENSI RASA

LIMA POTENSI RASA
Oleh: A. Fuad Usfa
Setidaknya ada lima potensi rasa dalam diri setiap insan, yaitu rasa sosial, rasa susila, rasa seni, rasa inteletual, rasa agama. Tak ada insan yg terlepas dari rasa itu. Lingkungan adalah faktor yg membentuk kemampuan pengembangannya.
1. Rasa sosial. Tak ada insan yg ingin hidup menyendiri, panggilan nuraninya selalu ingin hidup berkelompok, dari situlah muncul kelompok keluarga, kelompok sekawan, kelompok suku, kelompok ras, kelompok berbangsa, dll sebagainya.
2. Rasa susila. Tak ada insan yg terlepas dg rasa ini, rasa malu adalah bagian dari perwujudan rasa susila ini, maka itu dalam setiap kelompok insan terdapat nilai2 susila yg menjadi bagian dari tatacar ber kehidupan kelompoknya.
3. Rasa seni. Setiap insan tak akan ada yg terlepas dari rasa ini, mereka menyukai keindahan, serta keunikan yg mencerminkan keindahan. Dari sinilah insan menentukan nilai2 keindahan dan keunikannya. Perwujudannya tentulah tergantung pada skala ruang dan waktu. Suatu contoh diantara keunikan termaksud antara lain yaitu, di mana2 tempat sy menjumpai orang menjual pakaian sobek2, dijual di toko2 ternama dg harga mahal, dalam satu helai hingga berharga jutaan rupiah. Indah kah pakaian tsb?, mungkin tidak, tapi unik dalam 'keindahannya'.
4. Rasa intelektual. Setiap insan tak ada yg terlepas dari rasa intelektual ini, tak terkecuali dalam  masyarakat yg terbelakang pun. Rasa ini yg memunculkan manusia begitu peduli pada keingin tahuan, kemudian berkembang pada perenungan dan riset untuk membina kemaslahatan dalam kehidupan.
5. Rasa agama. Setiap insan, di mana dan kapanpun juga, mengatasi ruang dan waktu tentu, tak ada yg terlepas dari rasa ini. Perwujudan dari rasa ini adalah, bahwa mereka mengakui suatu kekuatan yg ada di luar dirinya. Setiap individu dan kelompok beragam responnya terhadap realita yg dihadapinya, dari rasa ini pulalah yg menyebabkan munculnya bermacam2 agama di dunia. Setiap agama bermula dari kelompok kecil, di suatu daerah tertentu, kemudian berkembang sesuai tingkat agresivitas pengembangannya. Dari keadaan yg demikian itulah bisa kita pahami bila agama2 itu sarat dg simbol2 dari tradisi mana agama itu muncul, yg bahkan kemudian diyakini sebagai kebenaran universal.
(FB)

BUKAN SEKADAR

BUKAN SEKADAR
Oleh: A. Fuad Usfa
'Orang bodoh itu bukan orang yg tidak tahu, melainkan adalah orang yg sudah tidak mau tahu alias sudah kehilangan mau tahunya itu'; orang buta itu bukan lagi sekedar orang yg tidak bisa melihat, melainkan lebih parah lagi adalah mereka yg sengaja memejamkan mata; orang tuli itu bukannya sekedar mereka yg tak memiliki kemampuan mendengar, melainkan yg lebih parah lagi adalah mereka yg memang sengaja menutup pendengarannya...
(FB)

PEMBODOHAN DENGAN KEDOK

PEMBODOHAN DG KEDOK
Oleh: A. Fuad Usfa
Pembodohan berdalih pencerahan..., begitu maraknya di tengah2 kita...
(FB)

BALI KATEGORI KOTA ISLAMI

(Ma'arif Institute)
Oleh: A. Fuad Usfa
Sehubungan dg isu yg diangkat 'Maarif Institute' belakangan ini sy jadi pingin nanggapi juga, lalu sy kopi aja komen sy di status sy yg lalu dan sy sesuaikan dg konteks...
Bahwa perkembangan sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi sudah begitu pesatnya, di masa Rasulullah belum. Kalau semua dirujuk pada contoh Rasulullah, baik itu fi'li, qauli, maupun takriri, tentu gak mungkin... Ini sy ada cerita: pada th 2000 kawan2 Dekan di lingkungan UMM, termasuk sy Dekan FH, melakukan lawatan kerja ke Perth, singkat cerita begitu sampai di Perth kawan sy Dekan FAI (fakultas Agama Islam) bilang pada sy..., 'wah..., sy menemukan Islam di sini pak Fuad...', katanya; lalu sy bilang Islamnya siapa pak?, sy kira yg paling tahu Islam di Indonesia itu ya Muhammadiyah, ya NU..., sy kok tidak menemukan seperti ini pak...', jawab sy dg mimik tidak serius... Lalu ia bilang..., 'konsepnya pak Fuad...'. Yaaa..., sudah..., kan konsep..., berkenaan dg kebersihan misalnya, tentu sy tdk harus mendebat, apa ada dalil yg membolehkan mengangkut sampah dg kendaraan khusus (yg besar) seperti yg dilakukan di Perth, apa ada dalil tentang TPS (tempat pembuang sampah), apa Rasulullah mencontohkannya misalnya..., ya tentu tidak perlu bertanya seperti itu... Lagi pun sy ini kan agak nyleneh juga..., 'wong hal yg naluriyah kok diatur2, yo ra diatur akan jalan dg sendirinya...', hehe..., :)

Ungkapan2 semacam itu telah lama banyak sy dengar, hingga kini pun, termasuk oleh kalangan kita yg bermukim di sini. Ungkapan dari Muhammad Abduh telah begitu populer di tengah2 kita. Abduh adalah seorang tokoh reformis Mesir yang kemudian pernah berkeliling Eropa. Ia mengungkapkan bahwa ia melihat Islam di Eropa, Inggris dan Perancis khususnya, tapi tidak melihat kaum muslim di sana. Sebaliknya, dia melihat kaum muslim di Mesir (negerinya sendiri), tapi tidak melihat Islam di sana.

Semangat 'Maarif Institute' sama dg ungkapan2 itu semua..., bukan hal yg baru. 'Maarif Institute' melakukan pendekatan keilmuan, di saat kondisi masyarakat kita begitu banyak yg hanya berasyik ria dg pendekatan2 intuitif..., yg selalu sy dengar adalah berbungkus marwah ataupun ghirah buta...
(FB)

MENGGAYUH MEMAHAMI EKSISTENSI TUHAN

Oleh: A. Fuad Usfa Eksistensi Tuhan Berbicara tentang Tuhan berarti berbicara suatu yang gaib, abstrak. Tidak bisa ditangkap dengan penca in...