Friday, September 25, 2015

Bahasa

PANJANG PENDEK
(Dan Refleksi Kefanatikan)
Oleh: Abah
Dengan bersemangat si Budi mengatakan  'dalam bahasa Arab itu ada panjang-pendeknya, salah menyebut panjang pendeknya bisa2 berbuah makna loh...', katanya. Si Ahmad menimpali  'Kau baru tahu kah Bud?, aku telah tahu sebelum aku lahir...', seloroh si Ahmad. 'Maka itu harus hati2 dong Mat...', lanjut si Budi...; dan lalu si Ahmad bertanya  'maksudmu bahasa mana sih Bud...?, tanyanya singkat, yang dg tegas si Budi menjawab  'bahasa Arab...', jawabnya singkat pula..., dan si Ahmad sekali lagi bertanya, 'maksudmu bahasa mana sih Bud...?', lalu si Budi me jawabnya agak kesal, 'bahasa Arab bahasa Arab Mat..., gak dengar ta...?', jawabnya ketus; lalu si Ahmat berujar, 'ooo..., bahasa Arab, bukan bahasa Indonesia to Bud...?', ujarnya; dan si Budi menjawab  'ya bukan to Mat..., kalau bahasa Indonesia tentu tidak Mat...', jawab si Budi yang lalu di timpali oleh si Ahmad, 'ya sudah, kalau gitu sudah jelas to...'. Memang masing2 kita punya bahasa, dalam setiap bahasa tentu tidak ada bahasa yang seratus proses asli, setiap bahasa akan menyerap bahasa lain. Bahasa adalah alat berkomunikasi suatu masyarakat, maka bahasa itu adalah suatu yg lazim di masyarakat itu. Manakala bahasa lain itu telah terserap pada bahasa kita misalnya, maka bisa jadi akan kehilangan makna sekalipun bila di kembalikan pada bahasa asalnya, artinya orang/masyarakat di mana berasalnya bahasa itu bisa tidak mengerti sama sekali (kehilangan makna), atau berubah makna, atau rusak tak karuan. Manakala bahasa telah terserap, maka ia itu adalah miliknya. Rahmah (Arab) bisa menjadi rahmat (Parsia), dan di Indonesia menjadi Rahmah adalah nama diri untuk orang perempuan, sedang Rahmat adalah nama diri untuk orang laki2, padahal kalau ditulis dalam huruf asalnya sama2 menggunakan ta' marbuta'..., dan tentu pak Rahmat, mas Rahmat, dik Rahmat tak perlu sibuk2 untuk operasi ganti kelamin dooong gara2 itu..., hehe...

Tak usah jauh2..., dalam bahasa kita yang nyalang saja, satu kata bisa beragam makna (--tentu ini berlaku untuk semua bahasa--), seperti 'tahu' bisa bermakna 'paham' (-paham saja bisa bermakna mengerti, ajaran ataupun pandangan). Kembali pada kata 'tahu', bisa bermakna paham, mengerti, atau bisa bermakna makanan yang terbuat dari kedelai giling, tentu tergantung konteks, itulah urgensi konteks. Konstitusi bisa kehilangan makna bila dikembalikan pada bahasa di mana ia berasal, yaitu 'constitution', belum lagi bila dikembalikan pada Akar kata..., ah..., orang Inggris tak perlu sibuk nyalah2kan kita, apa lagi disertai berbagai propaganda2 segala..., hmmm... Itulah bahasa, tak perlu dipaksa2kan..., baik bahasa tulis ataupun oral..., kecuali untuk bahasa slank boleh2 saja sih...

Sebagai Catatan:

Menarik utk dicermati, yaitu bahasa Madura, bahasa Madura yg tingkatan umum itu adalah bahasa Melayu jua..., dengan di sana-sini terdapat perasukan dari bahasa Jawa dan bahasa lain yg jumlahnya tak segitu banyak..., oleh sebab itu sesungguhnya tidak sulit utk memahami bahasa Madura bagi yg memahami bahasa Melayu atau bahasa Indonesia..., hmmm..., cool...

No comments:

Post a Comment

MENGGAYUH MEMAHAMI EKSISTENSI TUHAN

Oleh: A. Fuad Usfa Eksistensi Tuhan Berbicara tentang Tuhan berarti berbicara suatu yang gaib, abstrak. Tidak bisa ditangkap dengan penca in...