Thursday, September 15, 2011

KKN, SEBUAH SERBA-SERBI

Oleh: Aba

Western Australia, Pangkal Musim Semi 2011

Pengantar
Tulisan ini telah pernah dimuat di Media Bawean, pada penghujung musim gugur 2010 dan dimaksudkan sebagai sebuah sapaanku bagi segenap mahasiswa peserta KKN dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN), serta untuk menunjukkan rasa terimakasihku sebagai salah-satu putra Daerah kepada segenap Pimpinan di lingkukangan UPN.

1. Makna KKN dan Plesetannya
Membaca berita Di Media Bawean tentang akan hadirnya mahasiswa KKN di bumi Bawean, pulau tempat aku lahir dan tumbuh, mengingatkanku saat menjadi pembimbing KKN dulu. Hampir dua puluh tahun, setidaknya dalam lebih dari dua puluh periode aku menjadi pembimbing KKN, entah mengapa kawan-kawan di LPM kerap menunjukku, dari saat KKN dilaksanakan di Desa-desa terpencil, miskin dengan lokasi yang sulit dijangkau dan pelaksanannya selama tiga bulan hingga KKN yang dilaksanakan di kota-kota Kecamatan yang lamanya hanya satu bulan saja. Namun KKN dimaksud tentu bukan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, melainkan Kuliah Kerja Nyata, yang merupakan kegiatan intra kulikuler dengan bobot SKS tertentu, dan merupakan wahana bagi mahasiswa untuk terjun ke ‘dunia nyata’ memperaktekkan kemampuan keilmuannya sebagai insan sosial. Sekali-kali mahasiswa memaknai KKN sebagai Kisah Kasih Nyata, ah…, ada-ada aja…, maklumlah darah muda…, romantisme, kecantol anak pak Lurah. Sesekali juga KKN bisa bermakna Kesana Kesini Nampang…, makluamalah (riil saja) mahasiswa kita tidak semuanya kuliah dengan sungguh-sungguh, ada juga mahasiswa yang asal-asalan, asal kuliah aja. Maka itu begitu ada kesempatan nampang, apa lagi di daerah kecil (--walau ianya sendiri bisa jadi juga berasal dari Desa, tapi khan sudah lama hidup di kota--), gairah nampangnya sih kambuh juga, naik kendaraan ke sana-ke sini, goncengan ke sana-ke sini, tak peduli cowok-cewek goncengan (sepeda motor) rapat-rapat. Nah…, untuk yang seperti ini sih sang Pembimbing atau Kordes mesti waspada, apalagi di daerah yang masyarakatnya agamis semacam di Bawean, sebab bisa-bisa salah satu missi KKN untuk menunjukkan citra baik Perguruan Tinggi (khususnya Perguruan Tinggi yang melakukan KKN), malah jadi tercemar. Sesekali juga anak muda bisa memaknai KKN adalah Karena Kamu Nyentrik sih…. Ah…, emang anak jaman sekarang (kata ortu, si ajadu alias anak jaman dulu) kadang aneh-aneh, malah yang nyentrik-nyentrik jadi idola…, jangan-jangan ia jadi pay boy dadakan…, maka hati-hati lho neng…, sebab mas KKN hanya numpang lewat aja di Desa lu…, kalau sampai Kecantol Kamu (bisa) Nyesel, kalu entar mas KKN udah balik macam mana?!, lu ngebimbang dianya terus…,ya…, karena kamu sih…, KKN juga…!, maksudnya?, Karena Kamu Naksir banget…, he he…, guyon aja nih…!. Sekali-kali pula kalau kurang cermat KKN bisa bermakna KongKoNan (Jawa: yang disuruh-suruh), yaitu disuruh ngerjakan proyek ini, disuruh mengerjakan proyek itu…,waduh kasihan mahasiswa hanya jadi kongkonan, hal ini bisa terjadi di daerah-daerah yang sudah sering ditempati KKN, sehingga pihak Desa tahu persis bagaimana kiat bikin program yang menjebak mahasiswa jadi kongkonan (obyek). Kalau hal ini terjadi tentu tidak bagus bagi sebuah misi pendidikan kader, yang mana KKN berfungsi pula untuk itu. Oleh sebab itu untuk menghadapi kemungkinan tersebut pihak kampus harus memberi pembekalan yang semestinya.

2. Penyusunan Program
Penyusunan program merupakan suatu seni yang harus dikuasai oleh mahasiswa peserta KKN. Sebelum turun ke lapangan hendaknya mahasiswa melakukan penjajagan guna menyusun suatu rangkaian program. Kalau satu daratan dan jarak jangkaunya dekat tentu jauh lebih mudah oleh karena bisa ulang-alik melakukan penjajagan/pendekatan sebelum hari H, sebab bisa ditempuh dengan kendaraan darat yang mana bisa saja berangkat dan balik sewaktu-waktu, namun kalau ke Bawean tentu tidak bisa, untuk itu tentu perlu kiat tersendiri. Memang selalunya pihak Kordes dan beberapa fungsionarislah yang melakukan beberapa penjajagan sebelum hari H. sehingga pada hari Hnya tinggal melakukan singkronisasi seperlunya.

Kadang mahasiswa KKN menghadapi kendala dalam penyusunan program oleh sebab kondisi di lapangan, seperti misalnya kurang respeknya pihak masyarakat daerah lokasi KKN, maka untuk itu kedekatan mahasiswa dengan tokoh-tokoh masyarakat termasuk (khususnya) kalangan tokoh pemuda sangatlah urgen. Juga tidak menutup kemungkinan atas sebab desakan pihak penguasa daerah lokasi KKN yang berkepentingan untuk memasukkan programnya, sedang bagi mahasiswa (atas hasil survey lapangan) yang telah disesuaikan dengan visi dan misi KKN berpendapat bahwa programnya dipandang lebih utama daripada program yang disodorkan pihak Desa (misalnya), apalagi bila waktu dan dana yang tersedia sangatlah terbatas. Untuk itu mahasiswa hendaknya lebih cermat dalam penyusunan program, jangan sampai asal masukkan karena sungkan (misalnya), sebab bisa berakibat overlodnya program. Mahasiswa harus memprediksi jangan sampai mereka meninggalkan satu programpun yang hanya setengah jadi, lebih tepatnya yang belum tuntas dengan berbagai alasan, baik itu program fisik maupun non fisik, sehingga nantinya akan merepotkan/menjadi beban bagi masyarakat serta dapat mencederai citra kampus. Katakan suatu misal, program pengerasan jalan Desa sepanjang 250 meter, dan sepanjang 250m itu telah dicangkul, namun setelah ditata batu sepanjang 150m ternyata masa KKN telah selesai, apalagi bila dana kurang sehingga materialan belum tersedia, begitu datang musim hujan malah becek tidak karuan, masalah bukan…?!!. Oh iya…, kalau boleh, aku pingin nitip sebuah program, tidak muluk-muluk, praktis aja, yaitu mencetak brosur untuk mengenalkan pulau kami, cetak banyak-banyak, lalu setidaknya kirim pada pecinta alam di semua Perguruan Tinggi dan organisasi pecinta alam lainnya, Resimen Mahasiswa dan organisasi terjun paying serta terbang layang di seluruh Indonesia, beri stimulus untuk mengenal bumi kami dan biarlah masa bergulir sampaai kami siap sarana prasarana yang mumpuni sehingga kelak siapapun akan datang menginjakkan kaki di bumi kami.

3. Program Penyuluhan
Setahuku tidak pernah kegiatan KKN yang tidak memasukkan penyuluhan sebagai salah satu program kerjanya. Terhadap program penyuluhan ini pola penyuluhan tabrak lari mesti dibuang jauh-jauh, seperti misalnya masyarakat diberi penyuluhan yang muluk-muluk, maka begitu mahasiswa itu kembali ke kampus, malah di Desa lokasi KKN terjadi keresahan dan bahkan sampai adu jotos segala. Hal ini dapat dikemukakan suatu misal, yaitu mahasiswa memberi penyuluhan tentang pengurusan sertifikat tanah dan segala halnya, termasuk tentang biaya, lalu dibukanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi hingga korupsinya. Selepas mahasiswa KKN masyarakat berontak, sedang mahasiswa sudah tidak tahu menahu lagi. Kondisi seperti ini dapat dikategorikan sebagai program non fisik yang tidak tuntus dan meninggalkan masalah sosial. Tabrak, lalu lari…!, maka itu dalam program penyuluhan diperlukan kearifan serta tanggung jawab.jadinya tidak bertanggung jawab khan..?!!

4. Hal-hal Ganjil
Dalam perjalanan hidup kita sering menemui hal-hal yang ganjil, suatu missal, bahwa bagi masyarakat pedalaman yang tingkat pendidikan masyarakatnya rendah, mahasiswa sering dipandang serba bisa, oleh sebab itu bisa-bisa banyak orang yang sedang sakit minta diobati, tapi setelah diberi air masak biasa yang pura-pura dido’ain (maksudnya agar mereka tidak kecewa) ternyata sembuh…!. Jangan heran dengan yang demikian itu, sebab itulah peran sugesti yang ternyata cukup ampuh. Peran sugesti ini juga dapat kita amati (misalnya) bila berobat pada perawat X di Desa Sana ternyata cepat sembuh (ces pleng),sedang bila berobat pada perawat Y di Desa Sini tak kunjung sembuh, padahal obatnya sama saja. Masalahnya masyarakat sudah tersugesti terhadap perawat X di Desa Sana, sedang terhadap perawat Y di Desa Sini tidak yakin, padahal sugesti tumbuh dari yakin. Adakah hal-hal ganjil di pulau kami?!, tak tahulah…, perjalanan waktu yang akan menjawab, yaitu setelah program KKN rampung.

4. Kearifan Masyarakat Desa
Desa sebagai obyek KKN yang bermakna pula sebagai sasaran pembelajaran mahasiswa, maka penting pula untuk menggali berbagai kearifan masyarakat Desa. Sebagai illustrasi dapatlah diutarakan suatu misal kecil, mahasiswa KKN memberi penyuluhan tentang rumah sehat di sebuah kampung kecil di pelosok, rumah-rumah mereka sangat sederhana, terbuat dari anyaman bambu (gedek). Mahasiswa menerangkan tentang bagaimana rumah yang sehat itu, ia bilang raumah yang sehat itu harus punya jendela dan fantilasi, sedang ia melihat di kampong ini, bahkan di Desa ini sebagian besar rumah tidak ada jendela dan fatilasinya… dan seterusnya. Saat sesi tanya-jawab salah seorang warga dengan lugunya bertanya, ‘mas KKN…, bagaimana lagi kalau rumah-rumah kami di sini diberi jendela dan fantilasi mas KKN…, sedang tanpa jendela dan fantilasi seperti sekarang ini saja kami sudah kedinginan karena angin keluar-masuk tak karuan…?!!”. (Maksudnya angin itu keluar-masuk dari celah/lobang anyaman bambu/gedek yang dibuat sebagai dinding). Artinya apa?, konten dan konteks telah membentuk sikap perilaku atau budaya suatu masyarakat, maka itu jangan-jangan mereka lebih arif daripada kita oleh sebab kita tidak paham tentang konten dan konteksnya.

Akhirul kalam, doaku dari jauh, selamat berjuang, sukses selalu, amin. Semuga tulisan ini bisa terbaca oleh anda semua.

No comments:

Post a Comment

MENGGAYUH MEMAHAMI EKSISTENSI TUHAN

Oleh: A. Fuad Usfa Eksistensi Tuhan Berbicara tentang Tuhan berarti berbicara suatu yang gaib, abstrak. Tidak bisa ditangkap dengan penca in...