Friday, September 23, 2016

KONSEP

KONSEP
Konsep itu penting, realita dalam kehidupan kita adalah suatu jelmaan konsep, namun memang tak semua konsep bisa kita jelmakan, namun yang nyata semua jelmaan dalam hidup dan kehidupan kita adalah merupakan buah daripada konsep. Konsep selalunya adalah ragam, tidak tunggal, yang tunggal pun akan ragam pula oleh sebab keragaman konteks dan subyek. Dapatlah kita ambil suatu missal, tatkala kita menyikapi bahan makan beras, manakala apa yang telah terbentuk di alam pikir dan rasa kita bahwa beras bisa kita konsumsi kapan pun juga, maknanya hingga telah berbubuk sekali pun, maka manakala konsep sedemikian itu dimiliki oleh Mentri Pangan misalnya maka jangan heran manakala banyak beras bubuk beredar di pasaran, namun manakala ia memiliki konsep bahwa setiap bahan pangan akan terpengaruh dengan beredarnya masa, dari yang semula segar hingga pada titik rusaknya (termasuk di dalamnya adalah beras), maka ia akan mengupayakan memetakan jangka masa segar, peralihan dan rusak. Dari situ pulalah ia akan memetakan skala kelayakan untuk dikonsumsi masyarakatnya. Hanya dalam keadaan yang sangat terpeksa sajalah yaitu setelah tidak ditemukan jalan lain ia akan mengambil kebijakan lain, sebagai langkah darurat.

Konsep yang telah menjelma dalam realita keseharian kita bisa membikin kesimpulan-kesimpulan yang bersifat permanen membentuk bangunan kesan yang seakan memanglah sebagai suatu keharusan. Acap orang tak lagi mampu membedakan antara bangunan kesan dan apa yang berada dibaliknya, yang justru itulah esensinya. Suatu misal pada masa lalu kita berpikir bahwa dapur itu selalu kotor, penuh jelaga, bukan hanya pada alat masaknya saja melainkan juga pada dinding-dinding dan atap dapur. Demikian pula tempat buang air besar dan kecil akan dikesankan kotor, berbau tidak sedap, penuh kuman, dan sebagainya, oleh sebab itu ruang dapur perlu dipisahkan dengan ruang tamu, tempatnya pun di bagian belakang. Demikian pula tempat WC, dan WC ini harus dipisahkan jauh-jauh dari aktifitas-aktifitas kita. Hal tersebut telah membentuk konsep tentang bangunan rumah dan benda-benda tadi.

Bangunan kesan oleh sebab dari perjalanan pengalaman, sedang esensi tak terpengaruh sedikitpun, maka itu orang yang cerdas dapat membentuk bangunan kesan baru. Pada jaman sekarang dapur bisa berhadapan dengan ruang tamu, bukan hanya berhadapan, melainkan boleh dikata sebagai satu kesatuan dengan ruang tamu; WC bisa ada dimana-mana, seperti di ruang cuci pakaian (laundry), di ruang sebelah tempat tidur kita, dengan pintu yang bisa saja selalu terbuka; juga WC bisa ada di kamar mandi yang juga menjadi bagian dari kamar tidur kita. Bahkan kamar-kamar mandi itu pun begitu luas serta seakan merangkpa fungsi sebagai kamar rias dengan desain yang begitu bagus dan rapih, tak ada air menggenang; suatu hal yang mungkin aneh dan tak masuk di akal manakala kita menggunakan konsep lama.

Sebagai contoh kongkrit, saat ini kami tinggal di sebuah apartemen, mana muka mana belakang saya tak tahu, yang nyata begitu masuk dari pintu utama rumah langsung ruang tamu, persis berhadapan dengan ruang tamu adalah dapur, tanpa dinding penyekat yang menutup diantaranya, ada dua kamar mandi yang seakan merangkap fungsi sebagai kamar rias, tak ada air menggenang di situ, tiga WC yang semua pintu-pintunya (termasuk pintu kamar mandi) sengaja tidak pernah kami tutup, kecuali saat dipakai tentu; ah..., apakah tidak bau kencing atau bau-bau yang lain...?; itulah konsep, tentu pertanyaan itu muncul oleh sebab konsep.

Memahami perilaku/sikap tindak sosial pun diperlukan pemahaman konsep.
(AFOF, Cannington, 12 September 2015)
(FB)

No comments:

Post a Comment

MENGGAYUH MEMAHAMI EKSISTENSI TUHAN

Oleh: A. Fuad Usfa Eksistensi Tuhan Berbicara tentang Tuhan berarti berbicara suatu yang gaib, abstrak. Tidak bisa ditangkap dengan penca in...