Friday, September 23, 2016

PANDAI BERSYUKUR

PANDAI BERSYUKUR
Oleh: A. Fuad Usfa
Bersykur adalah berterimakasih, menerima atas segala apa yang menimpa kita. Rasa lapang akan bisa kita rasakan manakala kita bisa menerima, bila tidak, tentu kita akan merasakan sebaliknya; jangankan atas hal yang besar, sedang hal yang kecil sekalipun akan dirasakan begitu amat menyempitkan dan teramat berat dipikulnya.

Pandai bersyukur acap dikaitkan pula dengan Tuhan, artinya pandai berterimakasih atas segala pemberianNya. Pada ranah ini termasuk pada ranah konteks, kiranya pada ranah inilah bermulanya kalimat pandai bersyukur.

Bersyukur adalah buah dari segala perilaku, yang aktif maupun pasif. Bersyukur an sich tidak terkait dengan nilai, nilai itu ranah tersendiri, maknanya bersyukur itu bebas nilai. Siapa pun juga yang mampu menyikapi realita dengan menerimanya, ia itu berarti pandai bersyukur. Kita ambil suatu misal yang ekstrim untuk perbuatan yang tidak baik, katakanlah seorang koruptor yang dipinana berat, namun ia seakan tak ada beban, seakan tenang-tenang saja, ia menerima apa pun yang menimpa dirinya, maka ia itu termasuk orang yang pandai bersyukur.

Pandai bersyukur adalah pandai menyikapi (menerima), sedang korupsi adalah perbuatan tercela, bersyukur adalah melekat pada sifat, sikap jiwa, sedang korupsi adalah pada perbuatan. Perbuatan korupsi adalah tercela, tercela adalah nilai, sebagaimana juga baik, buruk, indah, terpuji dan seterusnya.

Sering pula kalimat pandai bersyukur dikaitkan dengan kebenaran. Sesunggunhnya kebenaran itu adalah ranah lain pula daripada pandai bersyukur. Pandai bersyukur bersifat universal, sedang kebenaran bersifat parsial (subyektif), dua rangkaian kata yang berbeda wilayahnya, suatu misal seorang pemuka agama Kristen berceramah dengan berkata, 'Puji Tuhan, kita semua wajib bersyukur, kita telah diberi hidayah yang luar biasa dan tak ternilai harganya oleh Allah, yaitu iman. Kita wajib pelihara dan tingkatkan iman kita, kita tidak susah payah menceri kebenaran Ilahi, kita telah dilahirkan dalam iman. Kita wajib bersyukur oleh sebab kedua orang tua kita telah terlebih dahulu menganut iman yang benar, sehingga karenanyalah sebagian besar yang hadir di sini dalam keadaan iman, suatu hidayah yang luar biasa bagi kita yang harus kita semua syukuri'.
Coba perhatikan narasi di atas; pandai bersyukur adalah bersifat universal, berlaku untuk siapa pun juga, namun uraian dari ceramah tersebut bersifat parsial (subyektif), yang dalam faktanya tidak semua orang menyetujuinya. Pada pandai bersyukur bisa dipakai oleh siapa pun juga sedang uraiaannya tidak, bahkan bisa ditentang oleh yang lain.
(AFOF, Cannington, 15 September 2015)
(FB)

No comments:

Post a Comment

MENGGAYUH MEMAHAMI EKSISTENSI TUHAN

Oleh: A. Fuad Usfa Eksistensi Tuhan Berbicara tentang Tuhan berarti berbicara suatu yang gaib, abstrak. Tidak bisa ditangkap dengan penca in...