Friday, February 10, 2017

KEINSYAFAN DIRI

Oleh: A. Fuad Usfa
Dulu sy pernah terjebak dalam pemahaman keagamaan normatif, diantara ciri dari pandangan ini teks2 keagamaan lebih dipahami secara tekstual, hitam-putih, hanya kitalah yg paling benar, di luar kita salah, titik!. Th 1979 geliat gerakan masyarakat Islam bergolak, aku masuk dalam bagian 'sumbu pendek itu', kala itu era internet belum menjelma, maka betebaranlah brosur2, tabloid2, kaset2 orasi keagamaan, semisal Tonny Ardi, Husain al Habsyi, Syafruddin Prawiranegara, dll..., nafasnya adalah mendiskreditkan pemerintah dan pihak2 yg tidak sepandangan, tentu aku suka membacanya..., kala itu aku masih mahasiswa..., aku bagian dari sumbu pendek itu...
Pandangan dari Nurcholish Majid tidak aku sukai, tapi aku sering hadir diceramah2 beliau, sebab aku sebaju dg beliau... Pandangan yang bagaikan cakrawala nan luas itu sama sekali tak mampu sy pahami, sebab aku sedang berada dalam tempurung. Bom bom pun meledak di mana2, di sudut gereja, sudut candi Brobudur, atau sebut yg lain... Saat Gus Dur menyebut gerakan2 'sparatis' itu dg bughat, aku diantara orang yg tak setuju, aku adalah juga orang yg tak menyetujui Pancasila sebagai azas tunggal, bahkan dalam ranah di lingkup bawahpun, yaitu kala sy menyusun Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga IMPSB sy merumuskannya secara tegas, walau kemudian berubah saat dalam pembahasan di Surabaya, itu persoalan lain, itu bukan rumusan dari saya, melainkan hasil bahasan, kawan2 sepantaran dan sepergerakan dg saya tentu tahu sikap saya..., sy 'sumbu pendek'...
Mataku mulai terbuka, saat mau mengintip ke luar tempurung, melrik catatan harian Ahmad Wahib, berdiskusi dg mereka2 yg membuka diri, menempuh bidang studi sosiologi, lalu terbukalah, betapa luas cakrawala itu..., lalu aku pun merambah dunia luar, dalam realita di lapangan terbuka..., dan aku berkata pada diriku, 'kau telah terperangkap, kau tersekap, coba kau angkat tempurung yg melingkupimu, tataplah realita yg mengelilingimu, ternyata tempurung itu hanya bagian dari keluasan lingkup itu sendiri'.
Kini ku mesti insaf dan bertobat..., amin. #Aku bagian dari semua.
(Cannington Western Australia, 11 Februari 2017)

No comments:

Post a Comment

MENGGAYUH MEMAHAMI EKSISTENSI TUHAN

Oleh: A. Fuad Usfa Eksistensi Tuhan Berbicara tentang Tuhan berarti berbicara suatu yang gaib, abstrak. Tidak bisa ditangkap dengan penca in...