Wednesday, February 8, 2017

SALAM

Oleh: A. Fuad Usfa
1. pendahuluan
Dulu, sekitar rentang awal dekade 90an, di Fakultas kami dapat proyek penelitian, wilayah penelitian kami Jawa Timur, kawan2 dibagi untuk wilayah masing2 dg dibantu oleh beberapa mahasiswa. Sy mendapat bagian di suatu wilayah kabupaten di tiga Kecamatan. Tentu kami harus tinggal berbaur dg masyarakat di situ. (Terlepas dari topik penelitian kami), di situ terdapat sesuatu hal baru yg sy temui dalam sejarah hidup sy, yaitu sy menemui hari2 masyarakat biasa saja membawa senjata tajam ke mana2, siapa mau ya bawa saja, terutama yg merasa punya 'musuh', utamanya di malam hari. Sy sempat bertanya pula 'mengapa?', katanya untuk jaga diri. Sy juga menemui kenyataan orang bicara bahwa di 'situ' ada pembunuhan, dg nada yg sepertinya tanpa beban (biasa saja).

2. Ber'ballighu 'Annii Walaw Ayah'
Suatu ketika sy diminta untuk ber'ballighu 'annii walaw ayah' (-istilah dari sy-), dan sy bersedia, sy ingin angkat isu dari pengalaman sy saat penelitian itu. Sy sadar bahwa sy harus bicara di hadapan kalangan kaum terpelajar, yg biasanya mesti berbicara dg topik besar, menyadur pandangan dari berbagai buku yg kalau perlu buku yg paling mutaakhir. Sehubungan dg topik yg sy angkat, kalau perlu tentu sy bisa kutip antara lain dari berbagai hal dari buku2 Kriminologi dan Patologi Sosial sebagai penegasan yg itu masih merupakan bagian dari disiplin ilmu yg sy tekuni. Tapi sy pikir, ada sesuatu yg sederhana dan hanya memerlukan pendekatan sederhana pula, dg logika/akal sehat serta pendekatan sosial yg sederhana. Untuk itu sy menyampaikan pandangan sy terkait dg kondisi di lapangan yg sy temui itu. Sy sampaikan yg intinya bahwa beberapa waktu yg lalu sy berkesempatan melakukan penelitian di suatu daerah (-tidak sy sebutkan daerahnya-) ...., bla bla bla..., daerah itu daerah muslim ...., bla bla bla..., sy temui realita ...., bla bla bla..., mestinya kita sebagai muslim sesama muslim dan umat manusia seumumnya cukuplah membawa senjata 'salam'... Sebetulnya secara roh kultur di masyarakat kita Indonesia secara  umum berkurang lebih dg kondisi yg sy temui itu..., kita sekalian, termasuk sy sebagai bagian dari produk budaya... Kemudian daripada itu sy disodori nota, yg maksudnya bahwa waktu sdh tak memungkinkan lg utk diteruskan...

3. Saya Jumpai di Sini
Waktu telah berlalu, sy sdh tidak mengingatnya lagi, sudah lebih dari 20 tahun yg lalu. Sekarang sy jadi ingat kembali, walau antara samar dan jelas tentang apa yg sy sampaikan itu, dan apa yg sy rasakan atas 'reaksi' uraian sy yg bersahaja itu... Sy jadi ingat kembali oleh sebab sy menemukan realita yg sy bayangkan dan harapkan diungkapan sy itu justru sy temui ada di sini..., dalam kontek yg berbeda, namun rohnya sama..., yaitu 'salam'... Demi Allah sy menemui realitas itu di sini, yaitu 'salam'.
Bukan persoalan kejahatan maupun patologi sosial..., sebab yg demikian itu adalah merupakan bagian daripada keberadaan insan..., namun persoalannya pada metode penyikapannya... #dan demi Allah sy jadi banyak 'belajar' justru di sini...
'Salam'
(AFOF, Cannington WA, 7 Februari 2016)
(FB)

No comments:

Post a Comment

MENGGAYUH MEMAHAMI EKSISTENSI TUHAN

Oleh: A. Fuad Usfa Eksistensi Tuhan Berbicara tentang Tuhan berarti berbicara suatu yang gaib, abstrak. Tidak bisa ditangkap dengan penca in...