Thursday, August 12, 2021

DINOSAURUS COVID 19 YANG SEANDAINYA

Oleh: A. Fuad Usfa


1. Ilustrasi:

Pertama: 

Saya pernah tinggal di Kota Malang, juga di Kota Batu. Kalau hendak pergi ke Surabaya, tentu harus menuju ke arah utara. 


Lewat apa?; selalu ya lewat jalan. Jalan apa?; jalan raya. Berjalan kakikah?; tentu tidak. Naik apa?; naik kendaraan. 


Kenapa naik kendaraan?; supaya cepat sampai. Bukankah kita bisa cukup duduk di kursi rumah saja?; ah, mana bisa?!. Bisa saja, yaitu kalau Tuhan menghendaki. Kalau Tuhan menghendaki, apa yang tidak bisa?!.

*

Kedua: 

Arus listrik sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. bisa menjadi teaga penerang, tenaga penggerak, dan seterusnya. Tapi juga bisa berbahaya bagi kehidupan manusia. Dalam tegangan tinggi bisa membakar mana kala konslet, juga bisa membunuh manusia, dan seterusnya.


Ah, itu semua tidak akan terjadi, bila mana Tuhan menghendaki.

*

Dari narasi di atas nampak gambaran adanya wilayah antara realita kehidupan dan kehendak Tuhan. Terdapat dikotomikah?.

*

Ketiga:

Selanjutnya mari kita tarik dalam ranah gonjang-ganjing wabah covid19. 


Corona adalah virus. Mereka teramat kecil. Dengan kaca pembesar bisa dilacak keberadaannya, habitatnya, karakternya, dan seterusnya. Sama halnya dengan benda-benda fisik lainnya yang bisa kita lihat. Misalnya seperti dua narasi di atas. Hanya saja virus corona itu baru bisa dilihat jika dengan menggunakan kaca pembesar tertentu.


Virus corona menular dari manusia yang satu ke manusia yang lain. Kepada siapa saja. Ya, kepada siapa saja.


Jadi keberadaan virus corona itu jelaslah bisa diditeksi. 

*


2. Gonjang-ganjing.

Virus corana adalah tentara Tuhan; virus corona tidak akan menyerang orang yang ‘yakin’; virus corona hanya menyerang orang yang ‘ingkar’; Virus corona bisa kita ‘usir’; dan seterusnya.

*

*


3. Kita Lihat

Kita mengenal sunnatullah (hukum alam)/qada, yang merupakan hukum keajegan yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Seperti, air membasahi, api membakar, dari kota Malang ke Surabaya menuju ke arah utara, arus listrik dalam tegangan tinggi bisa membunuh manusia, virus corona adalah menular. 


Itu semua bisa diditeksi dan diekprimen. Berlaku universal. Hukum-hukum pengecualian tetaplah pengecualian. Tidak bisa digeneralisir.

*

Selanjutnya mari kita gabungkan narasi-narasi di atas.


Dari kota Malang ke Surabaya. Ya harus ke arah utara. Bisa mutar-mutar, misalnya ke selatan (Sumber Manjing, Blitar, Kediri, Jombang, Mojokerto, Spanjang, lalu sampailah ke Surabaya), namun Sura baya tetaplah di arah utara kota Malang.


Ingin cepat sampai di Surabaya. Ya lewat jalan raya, dengan kendaraan. Bukan dengan jalan kaki. Ingin lebih cepat lagi, ya naik pesawat udara.


Jelas adanya, bisa dieksprimen. Cobalah. Bisa dicoba langsung.

*

Arus listrik dalam tegangan tinggi berbahaya bagi manusia. Jangan memegang kabel listrik (-dalam keadaan telanjang-) yang sedang ‘on’. 


Ini juga sunnatullah (hukum alam)/qada, jelas adanya, juga bisa dieksprimen. 

*

Demikian juga dengan virus corona. Menular, jelas keberadaannya, bisa diekspimen.


*

Selanjutnya mari kita coba cermati perlakuan antara ketiga hal tersebut di atas. Ternyata ada perbedaan perlakuan. 

Menafsir kasus pertama dan kedua tidak ada pesoalan. Begitu masuk pada kasus ketiga, ternyata berbeda. 


Kasus pertama dan kedua penafsirannya ‘tidak melibatkan’ Tuhan. 

Dari kota Malang ke Surabaya ke arah utara, melalui jalan raya, dan naik kendaraan. Tidak ada yang bilang, ‘kalau Tuhan menghendaki, cukuplah duduk di rumah saja, maka akan sampailah ke Surabaya’. Dalam hal ini tunduk pada sunnatullah (hukum alam)/qada, yaitu hukum keajegan yang telah ditetapkan Tuhan.


Demikian juga pada kasus kedua. Tidak ada yang sembarangan memegang kabel lustrik (-dalam keadaan telanjang-) yang sedang dialiri arus listrik tegangan tinggi, seraya mengatakan, ‘aku hanya takut pada Tuhan’, atau ‘bagi orang yang melaksanakan ibadah dalam agamaku arus listrik dalam tegangan tinggi ini tidak mungkin membunuh kita’. Berarti dalam hal ini juga tunduk pada sunnatullah (hukum alam)/qada.


Berbeda dalam menyikapi virus corona. Dalam hal ini banyak di antara kita yang tidak tunduk pada sunnatullah (hukum alam)/qada, yang merupakan hukum keajegan yang telah ditetapkan oleh Tuhan. 


Coba kita cermati, padahal ketiganya sama-sama bisa diditeksi dan dieksprimen.


Tentu berbeda jika seandainya virus corona sebesar dinisaurus, di saat semua orang bisa melihatnya, bukan hanya melalui kaca pembesar saja.

*

Sesungguhnya teramat banyak penyakit yang menyerang manusia di dunia ini, seperti penyakit flu burung, kanker, lever, dan seterusnya, dari yang ringan hingga yang berat. Dari yang tidak menular hingga yang menular, dan sebagainya. Termasuk serangan-serangan binatang buas yang kadang juga acap kita dengar. 


Di manakah letak dikotomi itu?!.

(Cannington WA, 2 Juni 2020)

No comments:

Post a Comment

MENGGAYUH MEMAHAMI EKSISTENSI TUHAN

Oleh: A. Fuad Usfa Eksistensi Tuhan Berbicara tentang Tuhan berarti berbicara suatu yang gaib, abstrak. Tidak bisa ditangkap dengan penca in...