Friday, August 6, 2021

SEKOLAH DAN PEMBEKALAN HIDUP

Oleh: A. Fuad Usfa


Sekedar berbagi pengalaman.

Salah satu hal yang menarik dalam hidup ini adalah bila adanya saling pembelajaran di antara kita. Dalam kesempatan ini saya ingin mengutarakan untuk bidang pendidikan. Dalam konteks ini sepanjang apa yang saya lihat, perhatikan, dan saya rasakan, khususnya perihal (sekelumit) model dunia pendidikan di sini, yaitu bagi  tingkat sekolah menengah (high school).


Di atas saya mesebut ‘sepanjang apa yang saya lihat, perhatikan, dan saya rasakan’. Artinya dalam konteks pengalaman saya sebagai orang tua dari anak-anak kami, yang mana anak-anak kami pindah ke sini (Perth, Australia Barat) semasa mereka duduk di bangku primary school.


Saya tegaskan di sini, bahwa saya menulis ini hanya sekedar berbagi. Siapa tahu (secara umum) ada hal yang bisa menginspirasi untuk pengelolaan lembaga pendidikan kita. 


Saya menyadari sepenuhnya, memang konteksnya berbeda. Hanya, siapa tahu ada roh (semangatnya) yang bisa ditarik untuk dikaji. Misalnya semangat kemandiriannya, pengembangan kerjasamanya, kreatifitasnya, atau aspek apanyalah🙂. 


Baiklah, dalam kesempatan ini saya hanya menulis poin-poinnya saja🙏, secara singkat sebagai berikut:


1. Saya memberi judul dalam tulisan ini, yaitu ‘Sekolah dan Pembekalan Hidup’. Dimaksudkan pembekalan hidup dalam konteks ini adalah, bahwasanya sekolah juga membantu siswa dalam mempersiapkan diri untuk hidup mandiri.


2. Perlu diketahui bahwa anak di Australia sejak umur enam belas tahun sudah mulai dilatih bisa lepas dari ketergantungan pada orang tua (-hal tersebut sudah menjadi bagian dari tradisi-). Oleh sebab itu mereka sudah harus belajar bekerja. Yaitu mulai bekerja ‘casual’ atau bahkan bisa jadi ‘part time’. Bukan bekerja tetap, sebab bagi siswa tentulah tidak mungkin untuk bisa bekerja tetap (full time).


Adapun yang perlu diketahui bersama, bahwa di sini upah kerja dihitung perjam. Tentu termasuk menit juga dihitung. Itulah sebabnya, maka anak-anak bisa bekerja hanya dalam waktu singkat, yaitu di waktu luang sekolah saja. Misalnya satu hari bisa bekerja dua atau tiga jam saja. Sedang hari Sabtu atau Minggu bisa lebih pananjang lagi.


3. Berkenaan dengan poin (2) di atas, sekolah juga turut membantu siswa, misalnya memberi rekomendasi untuk kepentingan siswa dalam melamar kerja. Perlu diketahui, bahwa di sini rekomendasi itu penting sekali.


4. Sekolah juga memfasilitasi siswa untuk melakukan latihan kerja. Program ini  disebut ‘work place experience’. Misalnya latihan kerja di mall, restauran, dan lain-lain. Tentu di bawah bimbingan guru dan pihak tempat di mana mereka melakukan latihan kerja.


5. Di samping ‘work place Experience’, bahkan sekolah juga membantu siswa untuk ‘apprenticeship’. 


Berbeda dengan ‘work place’, yang memang murni sekedar latihan bekerja semata, peserta program ‘apprenticeship’ tersebut memang sengaja dilatih dengan benar-benar agar betul-betul menguasai bidang kerja tertentu secara profesional. 


Peserta program ini mendapatkan upah, walau belum mendapat upah penuh. Setelah program ini selesai, yang bersangkutan akan direkrut menjadi pekerja di mana tempat ‘apprenticeship itu dilakukan. 


Perlu diketahui pula, bahwa peserta program ini setidaknya harus sudah mencapai usia 16 tahun (jadi setidaknya harus sudah duduk di year 10).


6. Kemudian daripada itu sekolah juga menjalin kerjasama dengan Politeknik atau TAFE untuk mengikuti studi diploma. Program ini bagi siswa yang telah duduk di bangku kelas 12 (year 12). Jadi pada tingkat akhir high school.


Beberapa bidang studi ditawarkan dalam program ini. 

Siswa yang mengikuti program ini harus bersekolah rangkap, yaitu menyelesaikan ‘high school’nya, dan sekali gus menempuh studi di Politeknik atau TAFE. Jadi program ini adalah merupakan program kembar (twining program).


Adapun pengaturan jam studi ditata secara khusus. Dalam satu minggu mungkin dua hari menempuh studi di sekolahnya (high school), dan tiga hari menempuh studi di Politeknik atau TAFE. Jadi dengan demikian pihak sekolah harus memperogram waktu secara khusus bagi peserta program kembar ini.


Anak saya yang perempuan mengambil program ini. Ia mengambil bidang pramugari (Kepramugarian). Namun setelah lulus, ia mengambil bidang lain, dan selanjutnya memilih untuk melanjutkan studinya. Untuk itu tidak ada persoalan. Dipandang sebagai hak pilihan-pilihan setiap orang. 


Berkenaan dengan pembayaran SPP, hanya dikenakan satu saja, yaitu mana yang lebih mahal. Tegasnya, begini: Kalau High Schoolnya yang lebih mahal, maka hanya membayar SPP untuk High Schoolnya saja. Namun kalau TAFE atau Politekniknya yang lebih mahal, maka hanya membayar SPP untuk TAFE atau Politekniknya saja.


7. Lain dari pada itu siswa juga diajari memasak. 

Kebiasaan memasak dianggap suatu yang penting sekali dalam kaitannya dengan kemandirian. Laki-laki dan perempuan harus bisa hidup mandiri, dan memasak adalah salah satu bagian dari realita hidup yang dihadapi oleh setiap orang. Sehingga dengan demikian tidak terjadi ketergantungan yang satu terhadap yang lain. 


Saya membayangkan, berarti di sekolah ada dapur besar dengan fasilitas kompor gas, oven, microwave oven, kulkas, dan lain-lain. 


Bahkan dalam hal memasak ini, pada tingkat primary school pun juga telah dikenalkan, walau hanya yang ringan-ringan saja, seperti misalnya membikin sandwich, dan lain-lain yang ringan-ringan saja.


8. (Seingat saya), sekolah juga membantu siswa dalam menguruskan pembuatan rekening Bank (account bank). 


Perlu diketahui, bahwa di sini, sejak dini (high school), anak-anak sudah seharusnya punya rekening Bank. Bagi bagi yang masih duduk di bangku sekolah (high school), rekening banknya itu masuk dalam kategori ‘Student Account’. 


Rekening bank ini sangat urgen, sebab setelah siswa bekerja, baik casual atau part time sekalipun, gaji akan langsung masuk ke rekening Bank yang bersangkutan. Di situlah salah satu letak urgensinya. 


Jadi rekening bank itu memang sangat urgen bagi orang sini. Oleh sebab itu setiap orang harus punya. Bagi yang hidup di kawasan manapun juga. Termasuk yang hidup di countryside. 


Sekedar tambahan informasi, (mohon maaf di luar konteks🙏), bahwa bantuan-bantuan dari Pemerintahpun akan langsung masuk ke rekening bank yang bersangkutan. Saya tekankan dalam tulisan ini, oleh sebab itulah, memang sangat urgen.


9. Sekolah juga membantu menguruskan ‘tax file number’ (Nomor Pokok Wajib Pajak/NPWP). 


Di sini setiap pekerja dikenakan wajib pajak. Kecuali bagi pemula (enam belas sampai tujuh belas tahun) tidak dikenakan. Mungkin juga tetap dipotong, tapi pada akhir tahun anggaran akan dikembalikan semua (untuk ini saya lupa)🙏. 


Mulai usia delapan belas tahun hukum wajib pajak dikenakan. Tapi setiap pekerja akan dapat pengembalian sebagian dari potongan atas pajak tersebut dalam setiap tahunnya, yaitu pada tiap akhir tahun anggaran. Prosentasenya, makin tinggi pendapatan, makin sedikit pengembaliannya. Demikian pula sebaliknya. 


Dalam kesempatan ini juga pemerintah mengevaluasi, yang mana bagi mereka yang masuk dalam kategori pendapatan rendah akan memperoleh bantuan dari pemerintah. Semua akan masuk dalam rekening bank. Dengan demikian tidak akan terjadi kecurangan.


10. Sekolah juga melakukan kerja sama dengan pihak Department Of Transport (DOT), dalam rangka penyelenggaraan tes tulis (Baca: komputer/internet) untuk memperoleh Surat Ijin Mengemudi (SIM). 


Jadi ternyata sekolah juga peduli terhadap hal ini. 

Di sini ada beberapa tahapan untuk sampai memperoleh SIM penuh. Saya sebut SIM penuh, sebab di sini ada tahapan-tahapan. 


Mengenai tahapan-tahapannya tidak saya ceritakan di sini, sebab kalau diceritakan panjang🙏. Berkenaan dengan hal ini saya sudah menulis, dan sudah saya unggah di FB, di Tumblr, serta -seingat saya- juga di Blog saya.


11. Menarik juga dicermati, yaitu dalam hal acara Wisuda. Saya menganggapnya amat penting. 


Saya mengikuti acara Wisuda anak saya (putri), pembicaranya berkaliber internasional. Artinya, sejak dini keluasan wawasan itu sudah diberikan. Di momen itu membicarakan problema kemanusiaan yang terjadi diberbagai negara di dunia.


12. Oh iya, bagi mereka yang sejak dini memang berencana untuk melanjutkan ke studi ke jenjang Universitas, dilakukan pembinaan secara khusus. Namun perlu dipahami, bahwa bagi siswa yang semula tidak merencanakan untuk ke Universitas, bukannya berarti mereka tidak bisa ke Universitas, tentu mereka bisa untuk melanjutkan ke Universitas. Biasanya melalui TAFE atau Politeknik dan berlanjut ke Universitas. 


Demikian sekedar berbagi dari saya.

(Cannington WA, 24 Juli 2021)

No comments:

Post a Comment

MENGGAYUH MEMAHAMI EKSISTENSI TUHAN

Oleh: A. Fuad Usfa Eksistensi Tuhan Berbicara tentang Tuhan berarti berbicara suatu yang gaib, abstrak. Tidak bisa ditangkap dengan penca in...