Saturday, August 7, 2021

PERSPEKTIF'NYA'

Oleh: A. Fuad Usfa

Bagian (1)


Kemaren lusa, di hari minggu pagi, bertanggal 20 Di bulan Agustus ini aku berbincang santai dengan kawan. Berbincang ragam 'topik', sekenanya. 


Dalam perbincangan itu sampailah pada Syaifuddin Abraham. Saya bilang bahwa 'Syaifuddin Ibrahim (kini: Syaifuddin Abraham) dulu mengajar di situ, tapi kini ia pindah agama, kini Kristen dia'. 


Dengan informasi saya itu lalu ia tanya, 'kenapa pindah agama?!'. Saya bilang, 'tentu jawabnya baku, klasik'. 


Dengan maksud ingin tahu lalu ia bertanya kembali, 'iya, kenapa?!'. Saya bilang, 'jawabnya tentu baku. Karena telah memperoleh petunjuk. Kiranya itu yang ada dalam pikirnya'. 

Serta merta kawan saya itu mesam mesem.


Manusia tak lepas dari keakuan, dalam batasan dimensi ruang dan waktu.

(Cannington WA, 22 Agustus 2017)

Ed.rev.


Bagian (2)


Setelah mesam mesem itu kawan saya menanggapi bla bla bla.


Seorang ustadz atau kiai sekelas Saifuddin Ibrahim (sekarang: Syaifuddin Abraham), kononnya ia adalah salah seorang pengasuh di ma'had al Zaitun dan juga dosen. Beliau telah pindah agama.


Menurut keterangannya beliau adalah mengajar Al-Qur'an, Hadis, Aqidah, Ahlak, Sejarah Kebudayaan Islam, serta jurnalistik sejak tahun 1999. Kononnya telah pula mampu menarik orang pindah ke agama kita, namun dalam perjalanannya telah memilih pindah agama. Bahkan menurut informasi yang saya dapat telah begitu banyak sekali menarik orang ke agama barunya, menulis buku, serta mengajar di lintas negara.


Tentu alasan rasionalnya ia pindah agama bla bla bla.

Sepanjang berpijak pada dasar rasional tentu bisa terukur, jelas ukurannya. Sedang alasan baku atau klasik sebagaimana yang saya utarakan pada bagian (1) sering dengan alasan yang tidak terukur. Maka sudah titik di situ, ke cuali di tarik pada ranah rasio pula.


Pembicaraan dengan kawan saya itu berlanjut pula, 'bila Tuhan telah menghendaki siapapun akan diberi petunjuk (hidayah)'. 'Bagi Tuhan tak ada yang sulit, apapun bisa terjadi dengan kehendakNya'. 


Persoalannya adalah, kalimat itu tertuju untuk siapa?!. Sebab katalimat 'bila Tuhan.... dst' sebagaimana tertera di atas adalah kalimat umum, bisa berlaku untuk umum. Bisa untuk yang pindah agama, pindah sekte, pindah madzhab, pindah paradigma, dst, apapun, tanpa kecuali. 


Jadi kalau begitu kalimat itu tertuju untuk siapa?!. Terpulanglah pada perspektif'nya'.


Tuhan adalah Rabbul alamin, Tuahan adalah Tuhan semesta alam. Tuhan adalah Tuhan dengan 'T' besar.

(Cannington WA, 22 Agustus 2017)

Ed.rev.

No comments:

Post a Comment

MENGGAYUH MEMAHAMI EKSISTENSI TUHAN

Oleh: A. Fuad Usfa Eksistensi Tuhan Berbicara tentang Tuhan berarti berbicara suatu yang gaib, abstrak. Tidak bisa ditangkap dengan penca in...