Tuesday, August 10, 2021

JENGGOT DAN SUBHAT

(Belajar dan Pembelajaran)

Oleh: A. Fuad Usfa 


Jam menunjuk pukul 08.15 pm, saya baru saja cukur jenggot yang mulai tumbuh memanjang. Untuk itu saya memakai alat cukur listrik, di bawa cahaya lampu listrik yang begitu terang benderang.


Saya beli alat cukur itu tidak pakai uang kertas dan/atau uang logam, saya hanya pakai kartu. Kartu itu dengan alat yang tersedia tinggal dipadukan saja, dan keluarlah kertas tanda bukti pembelian. 


Cara seperti itu sudah terbiasa kita lakukan. Demikianlah sebagaimana telah lakukan bersama.


Saya datang ke area pertokoan untuk membeli alat cukur itu dengan naik mobil, diparkir di area parkir nan rapih dan bersih. 


Di tubuh saya melekat topi ‘entah merek apa’, kaos singlet entah merk apa, baju, jaket, celana, kaos kaki serta sepatu, yang tak saya pedulikan bermerk apa. Demikianlah, sebagaimana kita pakai dalam keseharian kita.


Adapun yang terpenting dari narasi di atas adalah bahwa saya tidak membuatnya sendiri, apa lagi membuatnya dengan jarum tangan buatan sendiri, tentu tidak. 

*

Tanpa perlu berpikir dengan menggunakan perenungan yang dalam (hehe...) tentu kita bisa tahu bahwa semua itu dibuat dengan pakai mesin..., mesin modern..., yang pada masa lalu itu semua belum ada.


Sebelum mencukur jenggot, terlebih dulu saya makan. Makan nasi dan rendang ayam. 


Saya makan nasi dari beras Arborio, beras Itali, bumbu rendang saya beli di toko 'cina'  (Asian), merk bumbu itu Kokita.


Saya masak sendiri, pakai kompor gas, yang saya tak pernah tahu dari mana gas itu. Saya tak pernah pergi ke toko membeli gas utk dapur yang saya pakai. 


Sebagaimana kebiasaan saya yang sulit untuk dilepaskan, dan bahkan saya tak pernah berpikir mau melepaskannya, adalah bahwa bila saya makan selalu pakai sendok dan garpu. 


Bagi saya makan dengan menggunakan sendok dan harpy adalah suatu alternatif yg lebih baik. 


Seandainya jaman dulu, kala sendok dan garpu belum dikenal tentu saya tak mungkin memakai sendok dan garpu.


Piring yang saya pakai entah buatan mana..., atau siapa yang membuatnya, saya tak peduli. 


Apakah harus dipertanyakan hingga ke detail-detailnya di jaman yang serba kompleks dan penuh alternatif ini...?!. Garis bawahi ‘serba kompleks dan penuh alternatif’.


Apa hubungan jenggot ku dengan rentetan narasi di atas...?!.


Jiika hanya sekedar merujuk pada masa-masa lalu..., maka saya tak perlu menggunakan semua alat yang saya sebut satu persatu di atas, serta semua apa yang tak dapat saya sebut satu persatu, sebab jumlahnya tentu tak terhingga..., demikian pula 'medannya'.


Mungkinkah kita kembali pada masa lalu, atau budaya 'stagnan'...?, yang tentu saja harus stop menggunakan internet juga..., ataukah kita harus tidak konsekwen dalam menghukumi...?!.


Ah, dunia serba subhatkah?!

Pertanyaan mendasar yang menurut hemat saya sebetulnya mudah untuk kita jawab, namun ....... (titik titik mohon untuk dijawab sendiri, dengan sejujurnya).

(AFOF, Cannington WA, 10 Juli 2016)

Ed.rev.

No comments:

Post a Comment

MENGGAYUH MEMAHAMI EKSISTENSI TUHAN

Oleh: A. Fuad Usfa Eksistensi Tuhan Berbicara tentang Tuhan berarti berbicara suatu yang gaib, abstrak. Tidak bisa ditangkap dengan penca in...