Wednesday, August 4, 2021

Catatan Perjalanan (2)

(Menelusur Ayat-ayat Kauniyah)

CARAVAN

Oleh: A. Fuad Usfa


Sekitar jam 8.55 am kami bertiga di Kardinya Shopping Centre (tidak jauh dari kawasan Murdoch University). 

Pada 9.25 am barulah kami beranjak menuju destinasi.


Kurang-lebih satu jam kemuadian kami telah berada di kawasan luar kota. Rambu jalan menunjuk pada kecepatan 110km/jam. Jalanan betul-betul sepi, boleh dikata jarang berjumpa dengan kendaraan lain. Namun, seperti biasanya kondisi jalan raya betul-betul sangat bagus. 


Sesekali kami berhenti sejenak bila ada pemandangan yang menarik perhatian atau  bila ada ‘hajat kecil’.


Di tengah jalan itu kami menjumpai caravan demi karavan melaju dengan gagah. 


Sekitar jam 1pm kami memasuki suatu kawasan di Nambung. Kawasan itu sepi, dikelilingi semak-semak, bertanah merah. Saya lihat di sana-sini caravan bertengger. Juga tenda-tenda mobil. Nampak pula jalan baru (menerobos semak-semak, tapi bersih dan ‘rapih’). 

Saya tidak tahu, pemandangan apa yang indah di situ, selain sepi dan alami saja. 


Perjalanan kami lanjutkan menuju destinasi lain. 


Selepas itu semua, kami balik arah menuju tempat di mana kami harus istirahat, yaitu di sebuah kota kecil, Leeman.

*


Keesokan harinya, kami lanjutkan perjalanan. 

Kami menapaki beberapa destinasi. 

Di salah satu lokasi, di kawasan Jurien Bay kami memasuki suatu kawasan ‘kecil’. Sama halnya dengan yang saya ceritakan di atas, kawasan itu juga sepi sekali. Saya lihat di sana sini caravan dan ‘tenda-tenda mobil’ bertengger.


Jadi sama halnya dengan yang saya utarakan di atas, bahwa saya tidak tahu pemandangan indah apa yang ada di situ. Tidak ada yang istimewa, hanya biasa-biasa, selain sepi dan alami saja.


Kawasan ini di tepi pantai, tapi pantainya biasa-biasa saja. Bahkan nampak banyak sampah rumput laut terdampar di bawa ombak. Beberapa meter dari situ terdapat padang gurun pasir putih membentang. Tidak nampak siapapun di gurun itu, saya tidak melihat jejak tapak kaki ataupun jejak mobil 4WD. Nampak mulus adanya.


Caravan-caravan itu bertengger dengan gagah di tengah sepinya alam. Nampak pula orang-orang sedang duduk santai di bawah tenda di samping caravan. Mengobrol santai dengan beberapa hidangan apa adanya di meja. Nampak ada juga yang sedang masak, dan ada yang ‘sepi-sepi’ saja.


Yaaa..., sepi, udara bersih, tetumbuhan adalah real tetumbuhan, bukan tetumbuhan beton seperti di alam perkotaan. Alam bagai bersuka ria terhidar dari terpaan polusi alam modernitas. Ketenangan ditawarkan di situ.


Saya berpikir, inikah ‘model i’tikaf baru’ dari kalangan kaum modern?. Lalu saya menerawang pada masa di saat para filusuf menerawang ke alam metafisik, para pertapa, dan para zuhud. Kala mereka menerawang ke alam metafisik, hingga menembus alam ukhrawi. 


Dari ketenanganlah alam kesejatian tertampakkan. Terlepas dari hiruk-pikuk persekongkolan keserakahan ujud diri sosok manusia. Menggapai harmoni simponi alam kehidupan.

(BERSAMBUNG)

(Cannington WA, 20 Juni 2020)

No comments:

Post a Comment

MENGGAYUH MEMAHAMI EKSISTENSI TUHAN

Oleh: A. Fuad Usfa Eksistensi Tuhan Berbicara tentang Tuhan berarti berbicara suatu yang gaib, abstrak. Tidak bisa ditangkap dengan penca in...